(Not) A Perfect Day

175 14 0
                                    

13 Februari 2016

Pukul 16.30, waktu yang di tunjukkan oleh jam tangan kulit berwarna cokelat muda di pergelangan tangan kananku. Aku berjalan dengan cepat diantara lorong-lorong pertokoan di salah satu sudut Kota Yogyakarta. Sebelum jam 5, aku harus sampai ke toko langgananku untuk membeli sesuatu yang begitu penting.

Kuperhatikan setelan kerjaku yang hari ini terlihat sudah sangat kacau. Kusut disana-sini, ditambah dengan noda tumpahan kopi di ujung rokku. Tangan kananku membawa tumpukan file-file kantor yang begitu banyak, sedang tangan kiriku membawa tas jinjing hitam kesayanganku.

Hari ini benar-benar melelahkan, aku ingin segera sampai di rumah lalu istirahat di kasur empukku. Uh, betapa menyenangkannya hidup bila seperti itu.

Nah, itu tokonya.

Sebuah toko sederhana di ujung gang, bernuansa putih klasik. Dindingnya terbuat dari susunan batu bata, bagian kanan-kirinya di tumbuhi oleh sulur-sulur hijau yang merambat. Menyenangkan, itu kesan kudapat setiap datang kemari.

"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?" ucap seorang pramuniaga sembari tersenyum ramah saat aku baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam toko.

"Mbak, mau ngambil pesenan yang kemarin. Udah ada?" kataku sambil membalas senyuman ramah pramuniaganya.

"Oh, Mbak Jessie ya?" tanya pramuniaga tersebut sambil memperhatikan kertas yang kutebak berisi daftar pesanan pelanggan.

"Iya," jawabku ramah.

"Udah dong Mbak, kita disini bahkan sampe hafal pesenannya Mbak loo," Pramuniaga itu sibuk mencari pesananku diantara tumpukan kotak-kotak yang sangat banyak.

"Habisnya tiap tahun mendekati tanggal 14 Februari selalu kayak gitu sih," ucap pramuniaga -yang kuketahui bernama Ratna dari name tagnya- mengangsurkan kotak berukuran sedang berwarna biru malam.

Aku tersenyum miris membalasnya, "Makasih Mbak Ratna."
"Sama-sama Mbak, silakan datang kembali." ucapnya menunduk sopan lalu membukakan pintu untukku.

Aku tersenyum sopan sembari menganggukkan kepala, kemudian melangkahkan kaki keluar toko.

Ahhh ...

Besok adalah hari yang istimewa, sangat-sangat-sangat-istimewa. Bukan hanya sekedar hari kasih sayang, namun maknanya lebih dari itu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tanggal 14 Februari akan selalu special.

Bukankah begitu, Sayang?

*********

14 Februari 2016

Aku menatap cermin rias di depanku. Kulihat bayangan seorang gadis berwajah oval dengan kulit putih pualamnya, serta bola mata berwarna cokelat terang. Rambut hitam pekatnya di sanggul rapi, menyisakan helai anak-anak rambut yang jatuh ke dahinya.

Yap, itulah aku.

15.30. Ahh, waktunya berangkat.

Kamu menungguku jam 4 sorekan? Nah, aku akan datang tepat waktu. Aku nggak bakalan ngulangin kesalahan yang sama, sayang.

Sekali lagi, kurapikan blus selutut berwarna krem milikku. Kuambil ikat pinggang cokelat kecil untu mempermanisnya. Oke, aku sudah siap. Saatnya berangkat.

Kau bilang aku selalu cantik kalo pake baju inikan? Bahkan kamu bilang aku selalu cantik mengenakan baju apapun. Iyakah?

Dengan berjalan perlahan, aku menuju ke taman bunga dekat komplek perumahanku. Aku begitu bahagia hari ini, seakan-akan, semua bebanku selama ini menghilang.Sebelum perempatan, sebuah toko bernuansa kayu menarik perhatianku.
Lily Florist.

InterGen - Antologi RomansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang