10th Chapter : David POV

28 6 0
                                    

---------

Aku berjalan mengikuti Roy ke kamarnya yg berada di lantai 2 S-Camps
Sampainya di kamar Roy, aku hanya melihat banyak barang perkakas untuk mereparasi semua masalah teknis.

"Maaf ya kalau kamarku berantakan" ujar Roy padaku

"Hahaha, tidak apa-apa mungkin kamarku hampir mirip dengan kamarmu" ucapku

"Yaa beginilah kamar seorang ahli teknisi selalu berantakan" ujar Roy

Aku hanya tersenyum, lalu Roy menyuruhku duduk di kasurnya.

"Lumayan empuk untuk kamar seorang Defence Corps" itulah kata hatiku

Wajar dirumahku lebih tepatnya kamar ku itu mempunyai kasur yg sangat lembut dan empuk, yaa sedikit berbeda namun aku akan terbiasa seperti ini.

"Baiklah, aku akan menjelaskan beberapa alat perkakas yg aku miliki" ujar Roy

Dia mulai menjelaskan satu persatu kepadaku, aku hanya memperhatikan dengan teliti sekaligus mengingat alat yg diberi tahu oleh Roy.

"Baiklah, aku sudah menjelaskannya semua kan?" Ujar Roy

"Yaa, aku juga sudah mengerti dan paham sedikit tentang semua alatmu" ujarku

"Ohya, aku akan keluar sebentar ada keperluan" ujar Roy

Dia keluar dan menutup pintu kamarnya, aku hanya terdiam dan sesekali melihat-lihat alat-alat milik Roy.

"Sudah berapa lama aku ada disini, mungkin 3-4 jam, kemana si Roy katanya hanya sebentar" ujarku dengan sedikit kesal.

Aku menunggunya selama 1 jam lagi, namun Roy tidak kembali ke kamarnya.

Karena aku sudah mulai merasa tidak betah dan kesal menunggunya yg sangat lama, aku mencoba keluar dan membuka pintu kamar Roy yg dilengkapi oleh bermacam-macam kunci keamanan.
Namun, pintu itu benar-benar terkunci aku panik setengah mati.
Mecoba mendobraknya namun tidak bisa, aku menendangnya namun tak bisa juga. Aku bingung ditambah dengan keadaanku yg panik semakin menambah buruk keadaan.

Aku mulai kebingungan dan menenangkan diri, aku tau apabila semakin diriku panik maka itu hanya memperburuk dan aku tidak dapat menemukan jalan keluarnya.

Aku berpikir tenang, menghela nafas dan mengatur nafasku secara normal.
Dan akhirnya aku mempunyai ide, aku kan seorang ahli teknisi aku akan mencoba membobol pengamanan kamar Roy dengan kepintaran dan ke ahliannya di bidang mekanis.

Aku melihat ke sekeliling dan mencari semua alat yg ku butuhkan. Aku hanya memerlukan 2 buah obeng, 1 martil, 1 penjepit kertas, dan sebuah kunci inggris.

Lalu aku berjalan menuju ke pintu, dan bersiap memulai aksiku.

Aku memulainya dengan kunci pertama yg berada di bagian atas, sepertinya hanya kunci biasa, aku mencobanya dengan menggunakan obeng dan Taraaa- kunci itu terbuka.

Kunci kedua, aku mulai mencoba membuka kuncinya namun ini agak sedikit sulit.
Aku mencobanya dengan 1 obeng dan mulai  mencoba membukanya.

Aku membuka baut yg ada pada kunci dan kubuka bagian inti dari kunci tersebut dan menekan besi agar bisa terbuka, Crreeekkkk   kunci kedua berhasil terbuka.

Sekarang beralih ke kunci ketiga, aku mencoba melihat dan memperhatikan kunci ini, aku mulai menarik kunci yg seperti gembok biasa namun gembok kali ini banyak sekali penguncinya.
Tanganku mulai mencari martil dan kunci inggris, aku memukul gembok itu agar penutup kuncinya bisa terbuka aku tidak membukanya dengan obeng karena tidak ada baut yg ada di gembok itu.
Memang membutuhkan waktu yg lumayan lama, tapi usahaku berhasil kemudian aku mengambil kunci inggris dan menarik banyak penahannya. Lumayan sulit tapi masih bisa kubuka

Beralih ke kunci keempat, ini menggunakan kunci sidik jari sedangkan aku tidak bisa membukanya karena sidik jariku sudah berbeda dengan Roy.

Aku teringat seperti film-film dahulu yg menggunakan serbuk dari bedak atau pasir. Namun aku bukanlah perempuan yg selalu membawa bedak, dan di kamar ini tidak ada pasir. Aku mulai bingung dan berpikir jernih untuk mencari jalan keluar.

Aku mencari alat agar bisa membuka kunci keempat, nahum hasilnya nihil.

Harapanku mulai pupus, aku melihat kedua tanganku yg berdebu akibat memegang alat Roy tadi.

"Tunggu, ini sebuah debu, ya ini adalah debu!" Ujarku

Aku mencari alat yg banyak debunya, dengan maksud agar aku untuk meniupnya di depan kunci sidik jari, dengan seperti ini aku bisa menyalin sidik jari Roy dan membukanya. Aku melakukan hal itu dan, selesai kunci keempat terbuka.
Aku bernafas lega,dan kini aku harua membuka kunci terakhir yg sepertinya sulit untuk dibuka.

Aku mulai memerhatikan kunci kelima, mulai dari tipenya dan cara membukanya.

Aku mengerti, kunci ini sama seperti kunci yg ada di gerbang rumahku.

Aku cukup membuka baut dan menarik kabel berwarna merah, dan pintunya terbuka. Dugaanku salah terhadap kunci kelima, ternyata itu adalah kunci yg familiar dan sangat mudah membukanya buatku.

Wajar aku bisa membukanya dengan mudah karena dulu waktu aku sering terlambat pulang, penjaga rumah sering mengunci pintu gerbang awalnya memang memakan waktu yg sangat lama, namun karena aku sudah sering dengan kunci ini, akhirnya aku dapat membuka kunci ini dalam sekejap.

Saat aku keluar kamar Roy, aku melihat Roy yg sedang bersandar di tembok depan kamarnya.

"Kau adalah orang pertama yg bisa keluar dari kamarku David" ujar Roy

"Ya terserah katamu saja" jawabku yg sedikit kesal karena sudah dikunci dikamar yg menurutku tidak nyaman seperti itu.

"Baiklah, maafkan soal tadi karena aku sudah menguncimu sekarang aku akan mengajakmu istirahat terlebih dahulu" ujar Roy padaku.

"Ya, kau yg traktir yaa?" Ujarku

"Yaa, baiklah itu juga sebagai ucapan maafku padamu" ujar Roy

Kami berdua akhirnya berjalan menuju tempat makan yg ada di ujung tidak terlalu jauh dari kamar Roy.


















Maaf ya kalo ceritanya ga jelas dan aneh, hampir kehabisan ide soalnya.

Hehehe, tapi jangan lupa vomentnya ya?

The Vynixs-Hunter Corps : Find The Q-Virus[Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang