Sixth : The Worth Time

408 38 1
                                    

Today, like a fool, I'm standing at that spot
Getting wet in the rain
Waiting for you who won't come
( Kyuhyun ㅡ At Gwahwamun )
  

08.17 A.M

Krieet. Jonghoon membuka pintu gudang rumahnya. Bunyi berderit yang ditimbulkan pintu tua itu membuatnya berdecak kesal. Aroma sumpek gudang turut memenuhi rongga hidung Jonghoon. Jika bukan karena adiknya, Yeri, tak akan mau ia memasuki tempat seperti ini.

Hatchi! Hatchi! Hatchi!

Benar saja, baru beberapa menit Jonghoon sudah bersin berulang kali. Dari dulu ia memang tidak tahan dengan debu.

Kakinya berjalan menuju sudut gudang. Matanya menelusuri setiap kotak kardus yang mungkin saja menyimpan...

Itu dia. Batin Jonghoon. Diraihnya bola sepak permintaan Yeri. Ia tersenyum. Futsal merupakan favoritnya dan kini Yeri memintanya mengajarinya. Sebelum tenggelam dalam sibuknya kuliah, setiap Kamis dan Minggu sore selalu ia sempatkan untuk bermain futsal.

Sambil bersiul kecil Jonghoon berjalan keluar. Tinggal 5 langkah lagi dari pintu ketika matanya menangkap benda teronggok di atas kardus berisi perkakas rumah tangga yang sudah rusak.

Rasa penasaran yang membuncah menuntun Jonghoon menghampiri benda itu yang ternyata adalah sebuah diari tak bertuan. Ia mengernyit heran. Diari itu kosong, hanya tertulis '09.19.20' di halaman pertama.

Merasa tidak ada hal berharga, Jonghoon meletakkan kembali diari itu. Tiba-tiba, sebuah foto meluncur jatuh dari tengah diari. Diperhatikannya foto usang itu dan membuatnya kembali mengernyit heran. Foto ibunya dengan seorang lelaki yang terasa familier, namun ia tak bisa menerka siapa. Di balik foto, tertulis angka yang sama.

09.19.20.

***

Sooyoung menarik kopernya dengan malas, bukan apa-apa, punggungnya pegal karena duduk selama 160 menit di pesawat. Berbanding terbalik dengan Yoona dan euforianya begitu menjejakkan kaki di Bandara New Chitose.

"Yoona-chan!" lambai seorang pemuda berusia sekitar 20-an, berambut cokelat, dan hidung mancung. Mata cokelatnya memancarkan kesenangan yang sama dengan Yoona.

"Haru!" Yoona segera berlari memeluk teman masa kecilnya. Tak berapa lama Yoona melepaskan pelukannya dan mereka asyik bersenda gurau.

"Ehem." Sooyoung berdeham menginterupsi.

Sadar akan keberadaan Sooyoung, Yoona menoleh ke arahnya dan tertawa. Dirinya lalu menarik Sooyoung mendekat ke sebelahnya.

"Haru, kenalkan, ini sahabatku, Sooyoung."

Sooyoung tersenyum mengulurkan tangannya. "Choi Sooyoung."

"Haru Miura." balas Haru menjabat tangan Sooyoung, lengkap dengan senyum manis terukir di wajahnya. "Oh ya, Yoona-chan, bukankah kau bilang kau akan datang berlima?"

"Ketiga sahabatku yang lain mendadak berhalangan, jadi mereka tidak ikut." jelas Yoona.

Haru mengangguk paham. "Kalau begitu lebih baik kita bergegas supaya kita tidak kemalaman."

Kedua yeoja itu mengekor di belakang Haru menuju tempat ia memarkir mobilnya. Tak berapa lama Rush silver yang dikendarai Haru meluncur membelah indahnya kemilau langit sore.

"Sooyoung-san, apa ini kunjungan pertamamu ke Hokkaido?" tanya Haru. Ia melirik dari spion tengah dan tertawa kecil. "Ekspresimu menyatakan kalau Hokkaido adalah tempat terindah yang pernah kau lihat."

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang