Seventh : Beside You

428 34 1
                                    

Even if you know my heart, don't come to me
Even if I love you again
Because I might give you pain, I might give you tears
( Song Jieun ㅡ It's Cold )

  
 
-Changmin's POV-

"Changmin Oppa...."

"Menangislah kalau itu bisa membuatmu lega."

Yoona melepas pelukanku. "Tidak, tak ada yang berubah sekalipun aku menangis."

Aku menatap lekat mata coklat terang Yoona. Mulutku sudah separuh terbuka, tapi aku menutupnya kembali. Kata-kata saja tidak akan cukup menghiburnya. Aku tahu, saat ini ia sangat marah padaku. Aku juga tahu, apa yang telah kulakukan itu keterlaluan.

"Ini makam siapa?" tanyaku hati-hati.

"Ibuku," jawabnya singkat.

"Maaf...."

"Tidak masalah. Yang jadi pertanyaan adalah, Oppa mengapa bisa ada di sini? Apa Tiffany tidak mencarimu?" tanya Yoona acuh tak acuh.

Okay, Changmin, sepertinya kau harus berusaha sedikit lebih keras untuk melunakkan gadis di depanmu ini.

"Aku ingin ke suatu tempat." Aku berdiri lalu merapikan kaosku. "Aku ingin kau ikut, dan aku tidak menerima penolakan."

Di belakang Yoona mengikuti sambil mengerucutkan bibirnya. Astaga, tingkahnya itu benar-benar membuatku gemas. Ia marah, tapi ia menurut mengikutiku. Yah, meski ia jauh di belakangku.

Tiba-tiba terbersit niat untuk sedikit menjahilinya. Sengaja kupercepat langkahku tanpa sekalipun menengok ke arahnya.

"Oppa tunggu!" teriak Yoona. Begitu aku menoleh ia sudah sampai di sebelahku.

Tanpa sadar aku mengacak rambutnya. "Tidak perlu berlari begitu juga Oppa akan menunggumu kok. Maaf ya, Oppa ingin sedikit menjahilimu tadi," kataku seraya mengulum senyum. Ia sampai mengejarku seperti ini, berarti kemarahannya sudah sedikit berkurang. Syukurlah....

"Eh? Oppa bilang apa?"

Gawat, tanpa sadar aku menyuarakan apa yang kupikirkan.

"Bukan apa-apa, Oppa senang kau sampai berlari mengejar Oppa."

Lagi-lagi Yoona mengerucutkan bibirnya, membuatku gemas setengah mati. "Jangan sengaja berlari hanya untuk dikejar. Memangnya mengejar itu tidak capek apa?"

"Nyatanya kau tidak." Aku tergelak. "Karena kau jago olahraga."

"Ish Oppa!" Yoona mencebik kesal.

"Sstt." Aku menempelkan telunjukku pada bibir kecilnya. "Mengomelnya nanti saja. Ayo, naik."

Begitu Yoona selesai memakai sabuk pengamannya, aku melajukan mobilku menuju tempat itu. Aku harus bergegas jika tidak ingin terlambat.

Butuh waktu 15 menit mencapai Pantai Shimamui. Sesekali kaki kami terasa dingin akan ombak yang berhempas cukup deras. Kugandeng tangan Yoona menaiki satu-satunya tebing yang bisa didaki.

"Lihatlah ke arah jam 9," seruku.

Di hadapan kami, terbentang luas langit senja yang bergurat jingga kemerahan. Sangat indah, menampilkan matahari yang sudah separuh terbenam sebagai pusatnya. Inilah tujuanku sejak semula, untuk menikmati sunset ini bersama Yoona.

"Bagaimana? Indah, bukan?"

Yoona menatapku tidak percaya. "Oppa sengaja mengajakku ke sini? Mengapa?"

Aku mengangguk. "Karena ini tempat favoritmu."

"Oppa tentu tahu aku menyukai pantai, tapi ini... bahkan aku tidak pernah sekalipun menyebutkan tentang pantai maupun tebing ini. Tentang Hokkaido. Tentang kepergianku ke sini. Jawab aku, Oppa, bagaimana kau bisa di sini?"

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang