Eighth : Reflection

337 20 3
                                    

When you’re tired and suffering, I’ll hug you
If no one’s on your side, I’ll embrace you
( B.A.P ㅡ With You )
 
 
-Author's POV -

 
"Eomma, mengapa baju-baju eomma ada di koper? Eomma mau kemana?"

Seonhee menatap lembut putri kecilnya. "Eomma hanya pergi sebentar."

"Apa aku boleh ikut?" Putri kecilnya menatap penuh harap.

"Tidak, sayang. Saat semuanya selesai Eomma akan menjemputmu," jawab Seonhee sembari mengelus kepala putri kecilnya.

Putri kecilnya mengangguk kecewa. Setelah itu Seonhee menemani putrinya hingga ia jatuh terlelap. Mengetikkan sebaris nomor pada ponselnya. Menunggu hingga orang yang diteleponnya datang menggantikannya menemani putrinya.

Cuaca yang dingin tidak menghalangi Seonhee. Ia menarik kopernya dan melangkah pergi, tanpa sedikitpun menengok kembali.

28 Desember, Seonhee meninggalkan keluarganya. Dua hari kemudian, datang kabar bahwa pesawat yang ditumpangi Seonhee mengalami kecelakaan dan nama Seonhee ada dalam daftar nama penumpang yang meninggal.

Saat itu, semua yang ada di penglihatan Yoona adalah kegelapan. Semata hitam gulita tanpa sedikitpun celah cahaya untuk merambah.

 
***

Waktu menunjukkan pukul 4 pagi ketika Yoona tiba-tiba terbangun dari mimpi masa kecilnya, sesuatu yang telah lama ia coba kubur.

Merasa tidak bisa kembali tidur, Yoona bangkit dan bertolak menuju dapur. Mengambil sebuah cangkir keramik berwarna biru dan mengisinya dengan air panas. Menambahkan dua sendok gula dan mencelupkan satu kantong teh beraroma melati.

Ada satu jam lamanya ia hanya duduk termenung menyesap tehnya sembari sesekali memejamkan mata. Kepalanya pusing, di bawah matanya terlihat kerutan yang menandakan ia tidak bisa tidur nyenyak.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Yoona. Sedikit menggerutu karena suara yang berisik, tak urung ia menggeser tombol hijau supaya benda kecil itu diam.

"Siapa?"

"Hei, apa kau tidak menyimpan nomorku?" Terdengar tawa dari seberang.

"Oh, Oppa." Yoona memijat dahinya. Ia memang buru-buru mengangkat panggilan tanpa memperhatikan siapa yang menelepon.

"Tadi Oppa lewat di depan rumahmu, dan lampu rumahmu menyala. Tumben sekali kau bangun sepagi ini, atau jangan-jangan kau tidak tidur?"

"Tidak, aku bangun sekitar jam 4. Lalu kunyalakan lampunya."

Yoona memang tidak terlalu menyukai kegelapan, namun pengecualian ketika ia hendak tidur serta saat ia membutuhkan waktu menyendiri.

"Mengapa begitu?"

"Mimpi buruk," Yoona terkekeh. "Oppa sendiri mau kemana?"

"Oppa harus mengambil skenario dan setelah itu Oppa memiliki jadwal interview. Sudah ya, Oppa bisa diamuk manajer Oppa," canda Changmin.

"Semangat, Oppa!"

"Terima kasih, Oppa mencintaimu."

"Aku tahu," kata Yoona, lalu ia berbisik. "Aku lebih mencintaimu."

 
***

  
Lain tempat, lain pula cerita. Dimana kebahagiaan tercipta, saat itulah timbul luka. Senyum yang terpatri di wajah, terkadang merupakan sandi yang tersirat dari hati yang menangis derita.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang