Ninth : Problems

269 24 1
                                    

I took one more shot, run of breath.
Why the heck- I didn't know how I supposed to say.
Everything was so messed up, and I was the most one.

Semuanya sudah jelas sekarang, setidaknya kuanggap jelas. Dan kini, kami berlima berkumpul di rumah Jonghoon. Sunhwa, Irene, Sooyoung, Jonghoon, dan tentu saja aku sendiri.

Tidak ada perbincangan karena memang kami tidak butuh basa-basi, setelah semua yang terjadi.

Oke, mungkin aku sedikit berlebihan. Tapi lihatlah,

Satu. Eomma menyusul appa ke Seoul demi mendapatkan klarifikasi tentang perselingkuhannyaㅡastaga, aku benci mengatakan ini. Menggunakan penerbangan yang berujung merenggut nyawanya. Aku yang saat itu masih kecil hanya bisa menangis, mengikuti appa pindah ke Seoul.

Itu saja masih belum cukup. Wanita itu, melahirkan Jonghoon dua bulan sebelum kelahiranku. Ya, putra appa sendiri.

Dua. Jonghoon cukup tertekan dengan mengetahui bahwa selama ini ibunya berhubungan dengan ayahku, padahal ia sudah terikat pernikahan. Same thing has been going on my father.

Tiga. Kondisi keluarga Sunhwa, itu membuat kami khawatir terhadap bagaimana kelanjutan dirinyaㅡterutama secara mental. Jelas bahwa Sunhwa mewarisi sikap keras ayahnya. Bagaimana jika setelah ini Sunhwa menjadi semakin dingin dan... tidak tersentuh.

Empat. Mungkin hanya Sooyoung dan Irene yang tidak memiliki konflik khusus, namun siapa tahu? Kadang mereka bisa sangat pintar menyembunyikan perasaan mereka sendiri.

Lima. Ini yang paling mengganggu pikiranku. Changmin Oppa tidak bisa dihubungi sejak beberapa hari laluㅡtepatnya sejak 4 Juni.

Aku hendak membuka mulut ketika kulihat ponselku menyala, menampilkan foto Changmin Oppa.

"Oppa kemana saja? Eh? Sekarang? Mengapa? Ya sudah... Oke, oke... Aku ke sana sekarang."

Empat pasang mata kini menoleh ke arahku dengan penasaran. "Ada apa?" Irene membuka mulut.

"Changmin Oppa menungguku di depan rumah, jadi maaf, aku harus pulang sekarang," jelasku sedikit tergesa.

"Mau kuantar?" tawar Jonghoon.

Aku tersenyum kecil, menolak tawarannya. "Tidak, biar begini aku terbiasa mengemudi di malam hari. Jangan khawatir, oke? Aku pergi duluan," pamitku, lalu melambaikan tangan ke mereka berempat.

Begitu sampai, kulihat Changmin Oppa bersandar pada sisi kiri mobilnya. Melangkah untuk memeluknya, menyadari betapa aku sangat merindukan orang ini.

"Oppa sudah makan?"

"Hmm." Gumaman kecil terlontar dari bibir Changmin Oppa. Aku hampir menanyainya 'apa yang kau makan' ketika detik berikutnya ia melepas pelukanku, menempatkanku sedikit menjauh dari jarak semula.

"Yoong, kurasa lebih baik kita putus."

What?

Aku mematung. "Telingaku tidak salah dengar bukan?"

"Tidak. Apa itu kurang jelas untukmu? Oppa ingin menyudahi hubungan ini."

Oke, ini keterlaluan. Apa ia tidak tahu bagaimana rasanya merindukan seseorang lalu saat orang itu datang, ia langsung memutuskanmu? Wah, lucu sekali.

"Oppa tidak sedang bercanda, bukan?"

"Aku serius."

"Kenapa?"

"Karena aku ingin."

Apa tadi yang barusan ia bilang? Ingin? Rasanya aku harus memeriksakan telingaku ke dokter THT.

"Hanya... karena itu?"

"Hmm."

"Bisa... kau mengatakan hal yang lebih menyakitkan dari ini?"

"Tidak."

"Apa... salahku? Katakan. Supaya aku bisa memperbaikinya."

"Tidak ada yang perlu diperbaiki."

"Lantas kenapa?!" Aku tidak dapat menahan emosiku lebih dari ini. "Katakan semuanya! Jelaskan padaku hingga aku mengerti!"

Lama hanya terdengar napasku yang terengah. Changmin Oppa hanya diam, tanpa berusaha berkata apapun. Seperti inikah hubungan kami berakhir?

"Masuk. Angin malam tidak baik untukmu."

"Apa pedulimu?" desisku. Mulai detik ini, ia berada di urutan nomor satu orang yang harus kuhindari.

Tiba-tiba Changmin Oppa menarik tubuhku dengan cepat dan menciumku dengan lebih cepat. "Last kiss...," bisiknya.

Plakkk! "Dan tamparan pertama sekaligus terakhir untukmu. Kau hebat, Shim Changmin Sunbae."

Detik berikutnya ia berlalu tanpa sekalipun menoleh ke belakang. Seperti mimpi buruk yang menjawab semua anganku bersamanya.

It hurts.
It really hurts.

-Changmin's POV-

Akhirnya kami putus.

Tidak, lebih tepatnya, akhirnya aku berhasil meninggalkannya. Meninggalkan semua tragedi yang kuharap tidak akan terulang. Tidak, ini semua sudah cukup menyakitkan untukku.

Sekali lagi, kutatap rumah bercat biru itu.

"Sebetulnya rumahku bercat hijau, namun karena aku lebih suka warna biru, jadi aku meminta appa untuk mengecatnya ulang."

Shit! Sakit kepala yang luar biasa itu menyerangku lagi. Segala hal yang kulihat mengingatkanku padanya, pada Im Yoona. Aku tahu pasti, saat ini dia sedang menangis di kamarnya. Menangis sambil memeluk boneka sapi hadiahku untuknya. Menangis sambil mencaci maki namaku dan mungkin, berdoa untuk tidak pernah bertemu denganku. Hah, itupun jika ada pertemuan kami nantinya.

It's over, Shim Changmin. Kau sudah memutuskan untuk keluar dari kehidupannya.

Why should it matter how I feel
Just play with me till you get sick of me
You can break me if you want
Because I'm a toy
Toy

Throw me away if I'm useless
I just want to be remembered
Everything I do it for you
I'm a toy
Toy

When I tell you my long-lost secrets
You would comfort me
And smile softly at me

Even though I was thrown away in the corner
My fate is in your hands
Use me while you can
I'm all yours

There's nothing I want from you
If I can see you be filled with me
I'll give you everything
Please take me
If love is a game
You play me ruthlessly

Now you know
All you need is me
I'm your toy

What am I to you?
Is it selfish to ask this?
I've poured every bit of myself to you
But I feel like expectations are a luxury

I can't step away from your world
I just want to be displayed in your memories
You'll find me once you've quieted down
It might be wiser to be a fool at love

I can't say anything to you
My silent lips have written so many love letters
It might be a small heartache
But I want you to be sad

We can never be equal
You're my only one, but I'm one out of many
I sacrifice my all, toeing the line
Ending things before I have the guts to start

I'm like a flame in the wind
My tears show how much I've cared
If I stop running, I know I will fall

Now you know
All you need is me
I'm your toy
I'm your toy
I'm your toy

If love is a game
You play me ruthlessly

( Block B - Toy, dengan sedikit perubahan )

ㅡTBCㅡ

A/N : halo! Selamat lebaran guys, maaf lahir batin untuk semua kesalahan saya~~^^

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang