Tenth : Truth Be Told

250 22 7
                                    

As easy as it was over
Can't I easily erase this longing?
When will I be able to think of you with a smile?
( BEAST - Ribbon )

  
-Author's POV-

"Makanlah atau kau akan sakit."

Yoona menoleh sekilas dan menggelengkan kepalanya.

"Setidaknya minumlah strawberry juice ini. Favoritmu, bukan?"

"Itu hanya akan mengingatkanku pada nappeun namja itu."

Sooyoung menghela napas. Gadis itu bukannya tidak tahu peristiwa yang menimpa sahabatnya. Tidakㅡia benar-benar prihatin akan kondisi Yoona, tubuhnya yang kurus semakin kurus, tingkahnya yang hiperaktif mendadak hilang seiring dengan lenyapnya tawa yang kerap kali menghiasi wajahnya.

Detik-detik jam melaju menunjukkan pukul 12:30. Kedua jarum tersebut seakan menggambarkan kondisi Changmin dan Yoona saat ini. Bergerak semakin menjauh, menuju ke arah dimana mereka tidak dapat dipertemukan kembali. Seperti botol kaca kosong yang terletak di pinggir meja, menunggu gravitasi menariknya turun menghantam dinginnya lantai tanpa seorang pun akan peduli.

"Mengapa tidak diminum?" Jonghoon yang baru saja tiba menarik kursi dan duduk di depan Yoona.

Sooyoung tersenyum prihatin. Pandangannya menelusuri mata Jonghoon seakan mengucapkan 'kau-tahu-apa-yang-terjadi-padanya' dan dibalas dengan anggukan kecil Jonghoon.

Keheningan menyusupi meja dengan empat kursi tersebut. Suasana cafe masih samaㅡyang berbeda hanyalah saat ini sudah tidak ada sesosok namja berbalut seragam pelayan yang selalu ditunggu Yoona saat berkunjung di sini. Shim Changmin seakan menghilang paksa dari kehidupan Im Yoona.

"Tuhan, jika memang Changmin Sunbae bukan jodoh Yoona, tolong dicek kembali buku jodohnya Tuhan mungkin ada yang typo."

"Aku sedang tidak mood bercanda, Jjong," dengus Yoona.

"Siapa juga yang sedang bercanda? Hentikan, Yoong, kami semua prihatin akan kondisimu yang seperti ini. Kemana perginya Yoong yang dulu?"

"Jangan menyuruhku ataupun coba memintaku mencari pengganti Changmin Oppa. Aku tidak bisa."

"Bukan begitu, Yoong." Kali ini gantian Jonghoon yang menghela napas. "Terkadang ada hal yang tidak bisa kita lewati meski kita terus bertahan. Ada kalanya kita harus pergi menghilang untuk kepentingan kita sendiri. It's okay kita egois karena memikirkan orang lain yang belum tentu orang tersebut memikirkan kita. Pasti sakit, kan? Kita diberi kemampuan untuk merasakan sakit artinya kita tahu batasan untuk rasa sakit itu."

"Lagipula," lanjut Sooyoung. "Move on bukan berarti kau harus melupakan semua tentang Changmin Sunbae, mencari sosok baru yang dapat menggantikannya, tidak seperti itu. Cukup kau kembali ke dirimu sebelumnya, dimana kau bisa menikmati hidupmu sendiri tanpa terbebani akan masalah seperti ini."

Keheningan kembali menyusupi kelompok kecil itu. Baik Yoona, Jonghoon, maupun Sooyoung, sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Jonghoon menyesap cappuccino-nya dan menatap tajam Yoona. "Kau tahu apa yang terbaik untukmu."

Oppa, apakah memang tidak ada cinta yang berakhir bahagia?

  
***

 
Seorang gadis dengan rambut sebahu dan tinggi semampai terlihat tengah berdiri di depan sebuah rumah. Gerak-geriknya menandakan ia sedang gelisah dan tak henti-hentinya ia menengok arloji analognya. Tak urung, kedua sudut bibirnya melengkung membentuk sebuah senyum ketika seorang yeoja jangkung datang mendekat.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang