16. Pengakuan (END)

22.5K 1.3K 36
                                    

A/N
HAII! Thankyou buat 47k nya! Gue gak nyangka bisa nyampe sejauh ini. Ini part terakhir, gue harap kalian suka!

***

Sinar terang yang menyinari ruangan membuat Andrea membuka matanya perlahan.

Bau khas yang memasuki indra penciuman Andrea membuat dirinya sadar total dan berpikir untuk beranjak keluar dari ruangan tersebut.

"Argh!" Rintihnya setelah merasa denyutan pada bagian kepalanya.

"Lho? Ternyata sudah bangun." Ujar seorang suster dari balik tirai.

"Anda mengalami gegar otak ringan. Keadaan anda sudah cukup stabil jadi sudah boleh keluar dari rumah sakit hari ini juga " Lanjut suster tersebut seraya tersenyum.

"Em.. Suster tau siapa yang mengantar saya ke sini?" Suster tersebut baru akan menjawab namun terpotong dengan kedatangan Rita.

"Duh, kamu bikin khawatir aja!" Ujar Rita seraya memeluk anak kesayangannya itu.

"Ma, ceritain dong. Aku gak inget sama sekali tentang apa yang terjadi sebelum aku pingsan." Pinta Andrea.

"Yang mama dengar, kamu hampir kejatuhan lampu dari atap panggung. Gerald yang membuat kamu terdorong menjauh dari lampu tersebut." Balas Rita menjelaskan. Andrea tersenyum kecil mendengar Gerald yang menolongnya.

"Terus Gerald gimana keadaannya?" Mendengar pertanyaan tersebut, raut wajah Rita berubah dalam sekejap.

Rita menghela nafasnya dengan berat hati. "Dia mengalami pendarahan yang cukup parah sehingga dalam keadaan koma saat ini dan.. harus dioperasi."

Deg.

Jantung Andrea berdegup kencang mendengar hal tersebut. Ia menggenggam kedua lengan Rita secepat mungkin.

"Di mana kamarnya?!" Ujar Andrea sedikit lantang.

"304." Secepat mungkin ia meninggalkan ruangan tersebut dengan cemas.

Dengan tubuh yang penuh lilitan kain, lelaki tersebut terbaring dalam keadaan tak sadar. Andrea menatap sendu lelaki yang disukainya.

Andrea pun berlari keluar dari ruangan tersebut dengan tangis yang tidak dapat ia hentikan.

Bugh

"Andrea? Lo baru bangun harusnya jangan lari-lari dulu!" Ujar perempuan yang baru saja bertabrakan dengannya. Andrea mengangkat wajahnya untuk melihat perempuan tersebut.

"Gerald koma dan ini semua karena gue." Ujar Andrea seraya memeluk sahabatnya itu.

Nata memeluk kembali Andrea. "Bukan. Ini bukan salah lo. Lo gak perlu merasa bersalah."

"Tapi seandainya Gerald gak nyelamatin gue, dia gak akan koma seperti sekarang!"

"Terus? Lo yang koma gitu? Dia juga gak akan mau ngeliat lo dalam keadaan itu, Dre!

Nata menghela nafasnya dengan berat.

"Gue tau siapa dalang dari semua ini." Lanjutnya. Andrea menatap sahabatnya dengan tatapan meminta penjelasan.

"Bella. Dia sudah merencanakan semuanya. Gue tanya ke salah satu panitia festival yang gue paksa untuk cerita semua yang dia tau, ada yang liat dia melakukan sesuatu pada lampu panggung. Sayangnya panitia tersebut diancam sama Bella sampai gak bisa macem-macem." Ujar Nata menjelaskan.

"Gue kenapa?" Andrea dan Nata segera menoleh ke sumber suara tersebut. Nata pun menatap sinis perempuan tersebut.

"Lo---

[#1] Cool Girl vs Cold Boy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang