10. Perkelahian Kesekian Kalinya

19.8K 1.3K 6
                                    

Waktu menunjukkan pukul 06:30. Seperti biasa, Andrea melaksanakan rutinitasnya. Tubuhnya sudah dibalut dengan seragam sekolahnya yang sangat pas di tubuhnya itu. Dengan perasaan bangga, ia berjalan keluar kamarnya.

"Ma, kunci motor di mana?" Ujar perempuan tersebut selagi melanjutkan pencarian barangnya.

"Eits! Kamu gak usah bawa motor, udah ada yang nungguin kamu tuh di depan." Ujar Rita sambil mengarahkan telunjuknya ke arah pintu yang terbuka lebar, memperlihatkan seorang lelaki yang sedang menduduki motornya.

Mata Andrea segera tertuju pada lelaki yang Rita sebutkan, setelah itu ia menarik nafasnya dalam-dalam.

Mengapa Gerald harus menjadi orang pertama yang ia temui setelah kejadian kemarin? Jantungnya tidak akan bisa tenang jika seperti ini.

"Lama." Ujar lelaki tersebut singkat. Andrea yang mendengar pernyataan itu segera melangkahkan kakinya mendekati kendaraan milik lelaki tersebut lalu menaikinya.

Apa Gerald bisa mendengar suara degupan hatinya yang kencang itu?

Sepertinya bisa.

"Dada lo geser dikit dong."

"B%@!&*T! MESUM LO!" Perempuan yang duduk dibelakang punggung lelaki tersebut berteriak kencang sambil memukul punggungnya. Tentu saja karena ia tidak menyangka seseorang akan terang-terangan mengatakan hal itu. Di sisi lain, lelaki tersebut hanya menahan tawanya dan memilih untuk tetap terfokus pada perjalanannya.

Setelah beberapa menit mereka sampai di tempat tujuannya.

"Cepet turun." Ujar lelaki tersebut singkat lalu melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan perempuan tersebut. Andrea hanya menggerutu kesal dalam hatinya lalu segera melakukan hal yang diperintah Gerald. Lelaki tersebut memang dingin, tetapi terkadang bisa sangat lembut. Aneh.

"Oh ya, satu hal. Asal lo tau, cowo itu emang mesum di mana-mana." Andrea membeku sesaat. Tidak mengerti jalan pikiran temannya itu.

Di sisi lain, seorang lelaki terus menahan kepalan tangannya yang bisa melayang kapan saja.

***

"Sebenernya mau lo apa sih?"

"Mau gue? Bukannya udah jelas?"

"Dia itu milik gue! Gak ada yang berhak ngerebut dia dari gue. Siapapun itu."

"Harus gue bilang berapa kali? Saat ini status lo dan dia itu hanya 'pacar'. Gue punya banyak kesempatan. Lagipula, lelaki macam apa yang bahkan membiarkan lelaki lain mengantarkan perempuannya ke sekolah?"

BUGH

"Sekali lagi gue liat lo jalan sama Andrea kaya kemarin, gue gak akan segan-segan buat habisin lo."

BRAK

"Cukup!"

Pintu rooftop yang terbuka bersamaan dengan suara perempuan yang nyaring tersebut membuat Aldo dan Gerald menoleh secara bersamaan.

"Lo berdua ngapain sih?!" Perempuan tersebut segera berjalan menghampiri keduanya. "Dan lo, kenapa harus main kekerasan gini sama Gerald?"

"Aku gak suka kamu deket-deket sama dia!" Ujar Aldo membalas.

"Are you nuts? Gue sama Gerald itu cuma temen. Gak lebih. Please, gak usah gini caranya kalau gak suka! Lo bisa omongin baik-baik kan?"

"Kamu belain Gerald?" Tanya Aldo tidak percaya.

"Gak. Gue gak belain siapa-siapa. Oke? Dan lo, ikut gue ke UKS." Ujar Andrea seraya meraih tangan Gerald. Kedua punggung mereka perlahan-lahan menghilang dari hadapan Aldo.

"SIALAN!"

***

"Argh." Mendengar erangannya, Andrea segera menghentikan gerakannya.

"Eh, sorry. Sakit banget ya?" Ujar Andrea dengan wajah cemasnya. Lelaki di hadapannya hanya menganggukkan kepalanya sekali dengan ekspresi datar yang biasa selalu ia gunakan.

"Sorry ya, gue bakal coba lebih pelan-pelan." Ujar Andrea lalu kembali mengobati luka yang terletak di wajah Gerald. Perempuan tersebut sangat berhati-hati, sehingga ia mendekatkan wajahnya pada luka Gerald untuk melihat lukanya lebih jelas.

Lelaki tersebut mulai menatap Andrea terlalu lama. Membuat perempuan tersebut risih.

"A-apa?"

"Ternyata lo emang cantik ya." Ujar Gerald datar tanpa ekspresi. Setelah beberapa detik kemudian ia baru menyadari apa yang baru saja ia katakan.

Bodoh. Pikir Gerald.

"A-apaan sih. Bego." Mendengar reaksi Andrea yang terlihat malu sekaligus kasar itu membuat Gerald tertawa lantang.

"Lo gila ya? Tiba-tiba ketawa gitu?" Ujar perempuan tersebut bingung.

"Lo lucu. Dipuji reaksinya malah gitu."

"Ah ngomong sama lo bikin kesel doang. Balik sana ke kelas! Lagian gue udah selesai ngobatin luka lo." Ujar Andrea.

"Lo bego? Kita kan sekelas. Berarti lo juga harus balik. Yaudahlah ayo." Balas lelaki tersebut lalu meraih tangan Andrea dan menariknya keluar ruang UKS.

***

"Aku pulang." Ujar Andrea seperti biasa setiap kali ia pulang. Perempuan tersebut melangkahkan kakinya dengan cepat ke kamarnya.

Perempuan tersebut memasuki kamarnya dengan gontai lalu merebahkan diri di kasurnya.

Berada di ruangan yang sunyi membuatnya berpikir rumit.

Mengapa ia sangat senang jika berada di sisi lelaki tersebut?

Ia selalu merasa penasaran dengan perasaan yang saat ini ia alami.

Ada sesuatu dari lelaki tersebut yang membuatnya tertarik.

Ia ingin selalu berada di samping lelaki tersebut.

Apakah ia gila?

***

A/N (MUST READ!)

HAIIIII! Setelah sekian lama gue publish lagi. Pendek ya? Bodolah. Udah kebelet pengen publish ;' Gue emang lagi ngeblank banget. Ga ada ide sedikitpun. Akhirnya ngelanjutin part ini jadi susah banget ;'(. Sampai-sampai alur cerita ini lama-lama jadi absurd. Kalau readers punya saran tentang apa yang harus gue ceritain selanjutnya, tolong diungkapkan di comment~




















[#1] Cool Girl vs Cold Boy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang