4. Murid Baru

29.7K 1.7K 65
                                    

'Bikin perjanjian yuk!'

'Perjanjian?'

'Ya. Seandainya, kita berpisah suatu saat nanti. Kalau kita sudah gede, dan bertemu lagi, ayo kita nikah!'

'Konyol!'

'Kamu tidak mau?'

'Bukannya gitu. Emang ini sudah saatnya kita ngomongin hal seperti itu?'

'Hehehe. Entahlah.'

'Kamu aneh.'

'Jadi kamu tidak mau?'

'Aku kan gak bilang gitu. Aku mau kok.'

'Kalau begitu ayo kita tautkan jari kelingking kita untuk berjanji.'

'Ya.'

Andrea membuka matanya perlahan dan menatap langit-langit kamarnya. Sinar terik matahari menyinari seisi kamarnya. Ia hanya menghela nafas dengan kasar setelah sepenuhnya sadar.

"Mimpi yang konyol."

Andrea kini menatap alarm yang menunjukkan pukul 07:05 bertempat di meja kecil sebelah kasur miliknya.

"ASTAGA GUE TELAT!" Andrea hanya berteriak panik. Perempuan tersebut segera melaksanakan persiapan kilatnya.

"Cie, setelah 3 hari diskors akhirnya masuk lagi kamu." Ucap Rita, mama Andrea, setelah melihat anaknya itu turun dari kamarnya.

"Iya nih. Hehe." Andrea terkekeh kecil sambil melewati Rita yang baru selesai menyiapkan sarapan untuk anaknya tersebut.

"WOI NYET SARAPAN DULU!" Rita meneriakki Andrea dengan lantang setelah melihat anaknya itu berjalan melalui dirinya.

"ADUH AKU UDAH TELAT MA!" Andrea segera memakai sepatu kesayangannya dan memakaikan tasnya ke punggung.

"BODO AMAT. MAKAN YA MAKAN!" Rita menahan tas Andrea agar ia segera menghentikan langkahnya.

"YA UDAH IYA-IYA!" Teriak Andrea lantang dan segera mengambil sepasang roti berselaikan blueberry dengan secepat kilat dan segera menginjakkan kakinya ke luar rumah.

"BYE NYET." Ujar Rita dengan lantang selagi anaknya belum benar-benar pergi.

"BERISIK MA!" Andrea segera menginjakkan kakinya ke pedal gas dan mengendarai mobil berwarna biru miliknya.

***

'Weh, tuh tuh si Andrea. Setelah 3 hari diskors akhirnya masuk juga.'

'Gila, gue gak nyangka si Andrea kalem-kalem gitu berani ngelawan juga ya. Keren lho.'

'Ah itu cewe yang ngeroyokkin dia paling cuma sirik, gak bisa secantik Andrea.'

'Jeuh, sok kuat banget yah tuh anak pake ngelawan senior segala. Paling juga tenaganya ga seberapalah.'

Andrea segera menghentikan langkahnya lalu menghela nafasnya dengan kasar setelah mendengar beberapa omongan negatif tentangnya. Ia membalikkan badannya dan menatap datar orang yang baru saja membicarakannya. Meskipun hanya tatapan datar, tatapannya sudah cukup mengintimidasi seseorang.

Andrea memang bertingkah tenang hanya untuk menutupi jati dirinya. Namun, sisi tenangnya juga sudah menjadi suatu kebiasaan untuknya. Jadi, terkadang ia suka bersikap tenang ketimbang menunjukkan sifat aslinya meskipun di depan orang yang ia kenal.

Ia bisa saja melawan orang-orang yang membicarakan hal-hal yang negatif tentangnya. Tapi ia tidak mau melakukan hal itu. Ia selalu mengingat pesan mamanya.


Flashback On

"Kenapa aku di rumah sakit ma? Aku abis ngapain?" Tanyaku bingung. Seketika mama menghela nafasnya lega.

"Kamu abis berkelahi sama temen kamu. Sampai-sampai kamu gak sadar kalau kamu sudah berada di tengah jalan dan akhirnya kamu tertabrak." Mama menceritakan hal yang membuatku berada di rumah sakit ini. Aku tidak dapat mengingat kejadian itu sama sekali. Karena itu, aku hanya dapat bergumam kecil menanggapi jawaban mama.

"Ingat ya nak, saat kamu sudah besar nanti, kalau ada yang berniat buat jahatin kamu, tahan amarah kamu. Jangan biarkan kebencian menguasai kamu. Oke? Pokoknya mama gak ingin kamu berkelahi lagi. Karna bisa saja kamu akan lupa tempat dan mencelakakan dirimu sendiri. Mengerti?" Ujar mama menasehatiku.

"Iya ma. Aku janji."

Flashback End.




Perempuan tersebut segera melangkahkan kakinya lebih cepat menuju kelasnya. Setelah memasuki kelas, perempuan tersebut segera menghampiri sahabatnya.

"Weh gue pengen cerita." Andrea menatap lekat-lekat sahabatnya di kelas itu, Nata.

"Lah, cerita mah cerita aja!" Nata berbicara dengan suara meninggi sambil menatap Andrea dengan malas.

"Hehehe, oke. Gue mimpi tentang sesuatu yang konyol banget!" Ujar Andrea selagi kembali mengingat-ngingat mimpinya.

"Kayaknya lo keseringan mimpi aneh ya. Kali ini apa?" Nata yang sebelumnya menatap Andrea dengan malas kini berubah menjadi serius.

"Gue mimpi tentang perjanjian konyol. Perjanjian konyol yang dibuat sama cowok yang wajah dan namanya gak gue inget sama sekali." Balas Andrea sambil mengingat kembali semua isi mimpinya.

Nata, ia merupakan sahabat Andrea dari kecil hingga sekarang. Hanya Nata yang ingin berteman dengan Andrea sampai sekarang. Karena sorot mata Andrea yang tajam, sekian temannya tidak mampu menatap mata Andrea terlalu lama, yang akhirnya mengakibatkan teman-temannya berkurang.

Saat Nata hendak menjawab pernyataan Andrea, niatnya ia kurung dulu sebab seorang guru berjalan memasuki kelas mereka berdua.

"Selamat pagi anak-anak." Salam Pak Henry setelah memasuki ruangan kelas IPA-1.

"Pagi Pak!" Ujar anak-anak serentak. Tak terkecuali Andrea dan Gerald.

"Sebelum memulai pembelajaran, saya akan memperkenalkan murid baru yang akan belajar bersama kalian." Pak Henry segera mempersilahkan murid baru itu untuk masuk ke dalam kelas.

"Perkenalkan, nama gue Aldo Gindrata. Salam kenal!" Ujar Aldo tersenyum yang membuat para kaum wanita dapat melting seketika.


Andrea POV

Gue melihat perubahan ekspresi pada wajah Gerald. Ia sempat terlihat sedikit shock. Namun dengan secepat kilat ia menetralkan kembali wajahnya dan berubah dengan ekspresi datar.

"Oke..kamu duduk.. hm.. di sebelah Nata ya." Ujar Pak Henry selagi menunjuk tempat duduk yang ia maksud.

"Oh, ya. Saya ada urusan sebentar. Kalian belajar sendiri dulu ya." Lanjut Pak Henry yang setelah itu menginjakkan kakinya ke luar area kelas IPA-1.

Aldo segera berjalan menuju tempat Nata lalu menghentikan langkahnya ketika melihat gue dan Gerald dengan tatapan shock.

"Andrea? Gerald?"

Tunggu. Kenapa anak pindahan ini mengenal gue? Dia juga mengenal Gerald. Oke, bisa aja Aldo temannya Gerald. Tapi kalo gue? Gue gak kenal dia sama sekali.

"Um.. Lo siapa?" Ujar gue bertanya dan menatap bingung murid baru itu.

"Lo, ikut gue sebentar." Ketus Gerald ke murid baru itu dan segera berdiri dari bangkunya lalu berjalan keluar kelas dan diikuti Aldo yang berjalan di belakangnya.

Ada apa ini?

"Weh, gue ke toilet dulu ya." Ucap Nata ke gue yang hendak berdiri dari bangkunya.

"Gue ikut ya?" Tanya gue dan menatap Nata datar.

"Eh-eh. Jangan dong. Gue lagi pengen ke toilet sendiri nih." Balasan Nata akhirnya gue turuti dan gue menetap di bangku gue.

Perasaan gue doang atau Nata terlihat menghindar?

***

A/N

Gue tau chapter ini absurd banget ;'v

[#1] Cool Girl vs Cold Boy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang