A/N
Haii! Pertama, thankyou banget untuk semua readers yang setia ngikutin cerita ini dari awal hingga akhir, sampai cerita gue udah mencapai 10k :33. Oh ya, cuma mau ngasih tau, sudut pandang cerita ini bakal gue ubah berdasarkan sudut pandang author. Tapi gue tetep bikin sudut pandang Andrea ato lainnya :3.***
Beberapa perawat tengah berlarian membawa perempuan tersebut. Di sampingnya sudah ada lelaki yang menunggunya.
Lelaki tersebut berdoa dalam hatinya agar perempuan di sampingnya tetap bertahan.
"Maaf, tolong tunggu di luar selama pemeriksaan." Tahan seorang suster kepada lelaki tersebut. Akhirnya ia hanya dapat pasrah dan duduk dalam diam, menunggu hasil dari pemeriksaan.
Beberapa saat kemudian seorang lelaki dan perempuan yang berlarian menghampiri Gerald yang tengah terduduk di dekat pintu UGD.
"Gimana keadaan Andrea?" Ujar perempuan yang baru saja datang tersebut tanpa menyapa.
"Belum tau." Balas Gerald pasrah.
"Gue udah telfon mamanya, sebentar lagi juga dateng." Ujar Aldo.
Kemudian ketiganya saling berdiam diri, sampai akhirnya wanita paruh baya yang diperkirakan adalah mamanya Andrea pun datang dalam keadaan panik.
"Gimana keadaannya?! Sakitnya parah?! Apa yang terjadi sebenarnya?!" Wanita tersebut terlihat sangat khawatir. Sedangkan lelaki di samping wanita tersebut mencoba untuk menenangkan istrinya yang terlihat panik.
Tepat setelah kekhawatiran Rita, seorang dokter keluar dari ruangan UGD.
"Gimana keadaan Andrea, dok?" Ujar Gerald langsung.
"Sebelum itu, apakah pasien sempat mengalami lupa ingatan?" Tanya dokter tersebut. Rita dan lainnya menganggukkan kepala bersama.
"Sepertinya, rasa sakit yang ia rasakan di kepalanya merupakan efek samping dari ingatan yang terhapus dari memorinya, namun ia coba untuk ingat kembali.
"..Kondisinya baik-baik saja, bahkan ia sudah bangun. Jadi, kalian semua bisa menjenguknya setelah ini." Lanjut dokter tersebut menjelaskan.
"Terimakasih, dok." Ujar Rita lega.
Dokter tersebut juga tersenyum lega. "Baiklah, saya permisi."
Setelah dokter tersebut pamit, Rita segera berjalan memasuki ruangan Andrea, begitu juga dengan Nata dan lainnya.
Perempuan yang terduduk di kasur ruangan tersebut segera menoleh ke arah suara pintu yang terbuka. Melihat kedua orang tuanya datang bersama teman-temannya merupakan hal yang menyenangkan untuknya.
"Hai!" Ujar Andrea tersenyum dengan nada yang ceria. Aldo segera menghampiri gadis tersebut. Ia baru saja akan membuka mulut tentang pembicaraannya dengan Gerald di atap sekolah.
"Gue inget." Andrea tersenyum kecil. Aldo segera menutup mulutnya setelah mendengar hal itu.
"Gue inget semuanya."
"Tentang kecelakaan yang menimpa gue waktu kecil.
".. Dan janji kita." Ujar Andrea terhadap Aldo. Ia sempat tersenyum kecil. Sampai senyumnya tergantikan dengan wajah sedih.
"Tapi.. gue gak bisa." Ujar Andrea ragu-ragu. Pernyataannya membuat Aldo serasa tertusuk beribu-ribu duri.
Lelaki tersebut menghela nafasnya panjang. "Yah, gue udah menduga sih. Lagian, pasti ada yang lebih pantes buat lo." Ujar Aldo seraya tersenyum ke arah Gerald. Membuat lelaki tersebut merasa canggung.
"Ehem." Nata berdehem keras. "Udah kali ngobrolnya. Serasa gak ada siapa-siapa ya di sini?" Sindir Nata tajam. Seisi ruangan pun akhirnya dipenuhi oleh suara canda dan tawa.
Andrea POV
"Ma, aku berangkat ya!" Ujar gue lantang setelah sudah menginjakkan kaki ke luar rumah.
Baru saja ia ingin menyalakan motor, namun seseorang mendatanginya.
"Naik cepet." Ujar lelaki tersebut dingin. Hah.. Gerald memang aneh. Dia yang nawarin tapi cara bicaranya seakan-akan gue maksa dia buat kasih tumpangan.
Tanpa menjawab omongannya, gue langsung menaiki motornya dengan cepat.
Deg
Deg
Deg
Halah pake berdebar segala gue! Semoga Gerald gak sadar kalau jantung gue berdebar gini.
Mungkin gue akan mengakui,
Gue suka sama Gerald.
Mau bagaimana pun, sampai kapan pun, gue gak bisa terus-terusan menghindar dari kenyataan itu.
Tapi faktanya, Gerald itu orang yang super dingin. Dari kecil juga gitu.
Gimana cinta gue mau kebales kalau gini?
Gila sampai botak juga gak kebales-bales.
Duh, kalau dipikirin keterusan jadi sedih juga gue.
"Mau sampai kapan duduk di situ?" Ujar Gerald sambil menatap gue bingung. Gue baru sadar kalau ini udah di sekolah. Gerald udah turun dari motor. Lah, gue? Masih duduk di motornya. Malu-maluin jir.
Secepat mungkin gue turun dari motornya Gerald.
Oke, gak secepat itu gue mendarat di tanah. Kenapa? Karena gue kesandung! Ya! Kesandung batu yang entah bagaimana bisa ada tepat di depan kaki gue saat gue baru mendaratkan kaki.
Argh! Malu-maluin! Siap-siap malu karena jatuh.
Anehnya, gak sakit.
Setelah gue mencoba membuka mata, gue melihat..
Gerald, nangkep gue.
Aish malu banget! Malah kayak di sinetron-sinetron gitu nangkepnya!
Pagi-pagi udah jadi bahan tontonan murid-murid aja gue!
Setelah itu Gerald langsung melepaskan pegangannya. "Sorry." Ujarnya datar. Iya, datar. Emang ini orang dingin! Parahnya lagi, setelah minta maap dia malah langsung ngacir ninggalin gue.
Sialan.
Aldo POV
Ah, kenapa ya gue menyedihkan banget?
Gue bener-bener berharap bisa memiliki Andrea.
Walaupun itu tidak mungkin.
Gue melirik ke luar jendela. Yah, pemandangannya bagus sih. Siapa tau gue ketemu jodoh?
Tapi, yang gue lihat malah Andrea. Ck. Bikin patah hati aja kalau liat dia.
Yang bikin patah hati lagi, gue liat adegan sinetronnya Gerald sama Andrea! Tau gitu gue mending gak usah liat ke luar jendela.
Menghibur juga sih, liat si Gerald malah ngacir gitu aja ninggalin Andrea.
Tunggu.
Kenapa dia terlihat kecewa pas ditinggal Gerald?
Apa dia suka Gerald?
Setelah itu gue melihat Andrea memasuki kelas.
"Ehem, pagi-pagi udah bikin tontonan ya lo." Ujar gue menyindir.
"L-lo liat ya?!" Balasnya terbata-bata. Lucu. Gue hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum ke arahnya.
"Lo suka ya sama Gerald?" Tanya gue iseng sambil tersenyum ke arahnya.
"Hah?! G-gue? P-p-perasaan lo doang kali! Haha."
Reaksi itu.
Gak salah lagi.
"Emang keliatan ya?" Ujar Andrea bingung. Gue cuma bisa tersenyum sambil manggut-manggut.
"Jangan bilang-bilang ya." Ujarnya lagi. Gue manggu-manggut sambil tersenyum sekali lagi.
Andai lo mengerti perasaan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#1] Cool Girl vs Cold Boy✔
Novela JuvenilAndreana Gabrielle, murid baru yang selalu mengandalkan sorot matanya yang tajam untuk menutupi sifat aslinya. Di masa SMA-nya ini, Andrea bertemu dengan dua lelaki yang kemudian menjadi teman dekatnya. Siapa sangka? Ternyata ketiganya memiliki masa...