Part 27

4.9K 570 72
                                    

Bakal ada soundcloud di hampir akhir nanti. Kalo berkenan silakan diputar. Kali-kali nambahin feel hehehe

*****

Aretha merasa lega, akhirnya ia bisa bertemu dengan kursi empuk yang bisa ia duduki setelah dua jam lamanya ia mengelilingi mall bersama papa demi mencari hadiah spesial untuk mama yang akan berulang tahun. Sedari tadi kakinya sudah terasa pegal. Tapi demi menemani papanya, Aretha rela menahan sakit di tumitnya yang menjalar sampai ke betis.

"Papa janjian sama temen Papa jam berapa?"

Fandi, Papa Aretha, mengangkat sebelah tangannya yang dilingkari sebuah jam tangan di sana.

"Setengah tujuh, sih."

Aretha meresponnya dengan sekali anggukan. "Tadi Papa simpen di mana hadiah buat Mama?"

"Ada di jok belakang tadi. Kamu enggakpapa kan, Papa ajak ketemu sama temen Papa dulu?"

Aretha tersenyum menenangkan, "Enggakpapa, Pa. Lagian Retha juga laper," candanya.

Fandi ikut terkekeh seraya mengacak lembut rambut putri bungsunya.

"Emang Papa mau ketemu siapa sih?"

"Temen lama sih. Tadi waktu kita lagi muter cari hadiah buat Mama, dia hubungi Papa, minta ketemu."

Aretha membulatkan bibirnya sembari mengangguk-angguk mengerti.

"Nah, itu orangnya."

Diarahkannya pandangan Aretha mengikuti telunjuk Fandi yang mengarah pada pria berjas dengan kumis yang menghiasi wajahnya. Pria itu sedang berjalan ke arah mereka dengan senyum lebar dan mata yang berbinar.

Aretha mengamati keduanya yang berpelukan dari tempatnya duduk. Saat Fandi bermaksud untuk mengenalkan Aretha pada pria berkumis di hadapannya, Aretha mendadak diserang kegugupan luar biasa. Sedikit lama ia diam sebelum Fandi melingkarkan lengan pada bahu putrinya, seolah memberikan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.

Sebelum mengulurkan tangannya, Aretha sempat menghirup napas dalam-dalam. "Aretha, Om."

Pria itu tersenyum lebar, menjabat tangan mungil Aretha dengan mantap. "Sigit."

*****

"Aretha ...."

Masih dengan sayu yang menggelayut di matanya, Aretha memandang ke arah Sigit, merespon panggilan pria tersebut.

"Ayo masuk. Nanti kalau papamu keluar dari toilet, dia bisa bingung cari kita."

Aretha bisa menangkap dengan jelas kelelahan dari suara pria yang saat ini sedang berjalan di sampingnya.

"Itu tadi ... Gerry--" Aretha memutuskan untuk menyuarakan kebingungan yang sedari tadi menggelayuti pikirannya. Rasa kagetnya seolah tak habis saat mendengar Gerry menyebut kata 'ayah' dari bibirnya. Aretha sebenarnya sudah cukup lama pula mengenal Sigit, tapi ia tak cukup tahu bagaimana latar belakang keluarga pria itu.

"Iya," Sigit menyembunyikan sebelah tangannya pada saku, "dia anak saya."

Aretha merasa semakin bingung dengan kenyataan yang seharian ini disuguhkan padanya secara mendadak. Makam, bunda Gerry, dan kali ini ia dihadapkan oleh ayah Gerry, pria yang sebenarnya sudah lama dikenalnya.

"Kamu," Sigit memandang ke arah Aretha dengan pandangan meneliti, "pacar Gerry?"

Jantung Aretha berdetak cepat tiap kali ada yang menyadarkan mengenai statusnya dengan Gerry saat ini. Ia mengangguk malu-malu. "I-iya, Om."

Ja AlteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang