Prolog (Rev.)

1.1K 44 1
                                    

Oke, jadi gini. Aku sedang tahap me-revisi Gerry. Dan aku ingin melempar ini ke publik. HANYA DUA BAB PERTAMA! selebihnya, biar menjadi rahasiaku haha. Sebenernya ini mau aku keep sendiri, tapi aku gemas ingin kalian baca juga.  Dan aku masih sangat terbuka untuk kritik dan saran. So yeah, here it goes....

****

Tangis Gerry benar-benar pilu, pipinya basah. Sebelah tangannya gemetar menggenggam spidol besar yang terbuka, sementara di sisi tangannya yang lain ada potret bahagia sebuah keluarga.

"Bunda ...," ujarnya parau.

Gerry tersenyum sedih saat memandang wajah Bunda di sana. Sore tadi dunianya runtuh. Seharusnya mereka bisa saling menyembuhkan, tetapi Bunda lebih memilih pergi.

"Kenapa?" gumamnya kemudian.

Gerry tergugu. Potret itu didekap erat sambil menunduk dalam. Di sudut kamar ia terduduk meratapi segalanya seorang diri, tak memedulikan lantunan pengajian yang menggema dari lantai bawah.

Masih terisak, Gerry perlahan menjauhkan potret tersebut dari dada. Ia tak lagi terpaku pada wajah cantik bundanya. Dipandanginya dengan datar wajah seorang lainnya yang ada di sana.

Genggamannya pada spidol semakin menguat. Ada kilat kebencian di kedua bola mata itu. Perlahan ia goreskan ujung spidol pada wajah tersebut.

"Pergi!" geramnya di antara rahang yang terkatup rapat.

Mulai hari ini, Gerry menghadapi kebenciannya seorang diri.

*****


Ja AlteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang