Part 25

5.8K 645 96
                                    

"Udah? Capek?" Gerry menoleh ke arah Aretha yang duduk di sampingnya, mengipas-ngipas wajahnya dengan sebelah tangan sementara Gerry sendiri sedang mengatur suhu AC mobilnya.

"Capek." Aretha mengiyakan seraya mencebikkan bibirnya. Sebelah tangannya yang lain memijat-mijat kedua betisnya bergantian. Tak lama kemudian, Aretha menampilkan deretan giginya yang rapi ke arah Gerry. "Tapi seneng."

Bagi Aretha yang jarang berolahraga, 14 hektar luas kebun binatang ditempuh dengan jalan kaki selama hampir dari tiga jam itu rasanya bisa membuat tumitnya pegal-pegal. Bahkan otot betisnya seolah sedang ditarik paksa saat ini.

Melihat Aretha yang tersenyum lebar di balik wajahnya yang penuh dengan peluh, kedua sudut bibir Gerry seolah tertarik dengan sendirinya, membentuk sebuah senyum tipis.

Diarahkan sebelah tangannya ke puncak kepala Aretha. "Bilang apa coba sama aku?"

Aretha memandang Gerry dengan bingung. "Bilang apa?"

Masih dengan senyuman, Gerry menimpali, "Kalo habis dikasih sesuatu, kamu harus bilang?"

Aretha terkikik kecil. "Iyaaa, makasih ya, Gerry."

"Good." Gerry menepuk-nepuk kepala Aretha dengan lembut.

Aretha memandang Gerry dengan kesal saat mendengar tawa Gerry yang terdengar membahana bercampur dengan sayup-sayup lagu yang terputar di dalam mobil. Dilayangkan sebelah tangannya untuk memukul pelan lengan Gerry dengan gemas.

"Enggak sopan. Emangnya aku kayak puppy?"

Melihat respon Aretha, Gerry semakin mengeraskan suara tawanya. Ia menghirup udara dalam-dalam untuk mengatur ritme napasnya yang tak beraturan karena terlalu asyik menertawakan Aretha yang kali ini sedang memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Habis ini mau ke mana lagi?" tanya Aretha sesaat setelah mobil mereka meninggalkan area parkir kebun binatang.

Mendengar pertanyaan Aretha, Gerry mendadak merasa berdebar. "Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Kamu mau nemenin aku enggak?"

"Ke mana?"

Gerry mengulas senyum tipisnya sebentar. "Kita beli bunga dulu ya," jawabnya tanpa menyebutkan tujuan utama.

*****

Beberapa detik lalu Gerry menyerahkan sebuket bunga berisi sepuluh tangkai mawar merah pada Aretha sementara sebelah tangan Aretha yang lain sedang digenggam Gerry dengan erat. Pada genggaman mereka, Aretha merasakan kejanggalan karena telapak tangan Gerry yang berkeringat bahkan wajahnya terlihat pucat.

"Kita mau ke mana, Ger?" tanya Aretha saat Gerry menuntunnya jalan ke arah zebra cross.

Gerry menoleh sembari mengulas senyum tipis yang cenderung kaku. "Cuma sebentar."

Aretha hanya diam. Tak mengangguk maupun menggeleng. Yang ia lakukan hanyalah mendampingi langkah Gerry yang cenderung lambat seolah sedang ragu-ragu. Di samping Gerry, Aretha sesekali mencuri pandang ke arah Gerry, yang lebih tinggi daripada tubuhnya, sedang menghela napas panjang berulang kali seiring dengan genggaman Gerry yang terasa semakin erat di tangannya.

Dipandanginya buket bunga yang ada di tangannya: mawar merah merekah yang masih terasa segar. Saat mengalihkan pandang ke depan, dahi Aretha berkerut dalam. Gerry menuntunnya ke dalam pemakaman. Mendadak jantung Aretha terasa berdebar keras. Biasanya mawar merah ditujukan untuk orang yang benar-benar dicintai.

"Mawar merah ...," gumam Aretha lirih. Mau ke makam siapa sih nih.

Aretha masih saja diam seraya menguatkan genggamannya pada buket bunga saat Gerry mengarahkan langkahnya pada pria paruh baya yang sedang menyapu dedaunan kering.

Ja AlteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang