Hear My Voice #1

5K 472 8
                                    

Taehyung POV

Kulangkahkan kakiku perlahan melewati kamar oemma, aku tak mau mengganggu tidurnya yang terlihat pulas, hanya dengan melihatnya dari ambang pintu aku tau bahwa oemma benar benar lelah terlihat jelas dari wajahnya yang sedikit berantakan. Akupun menutup pintu kamar oemma yang tadi sedikit terbuka lalu kulanjutkan untuk pergi ke meja makan.

Aku melihat anak kecil berumur sembilan sudah duduk di kursi paling kiri dengan kedua tangannya asik memegang roti dan secangkir susu.
"Sepotong roti dengan selai coklat dan susu putih, apa kau yang membuatnya sendiri? Wahh anak pintar" Kuacak rambutnya dan duduk disampingnya. Anak itu hanya diam dan memajukan bibirnya lucu.

Yaa dia adalah adikku satu satunya dan adikku yang paling tampan, Kim Taejung. Anak manis dengan sejuta prestasi membanggakan walaupun usianya masih terbilang dini.

Dan yaa aku tau bahwa kami berbeda, aku memang tak sepintar Taejung yang selalu mendapat nilai sempurna dalam bidang akademis. Tapi jangan salah aku adalah salah satu orang beruntung yang mendapat beasiswa di salah satu universitas seni terbaik di Seoul. Dan hebatnya lagi aku adalah salah satu dari mahasiswa paling berbakat di universitas ini.

"Hyung ayoo berangkat aku sudah telat" protes Taejung saat aku hampir menghabiskan sarapan pagiku.

Kupercepat acara makan pagiku lalu dengan cepat mencuci gelas susu yang telah kosong tadi dan tak lupa menempelkan stiker note dipintu kulkas sebagai pesan kepada oemma bahwa aku dan Taejung sudah berangkat sekolah. Aku benar benar tidak tega untuk membangunkan oemma, dia benar benar bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi kami berdua. Aku bersyukur karena aku mendapat beasiswa, paling tidak aku tidak akan merepotkan oemma dengan biaya kuliahku.

Sejak appa meninggalkan kami, bisnis usaha keluarga kami menjadi terbengkalai dan mengalami kerugian yang signifikan dan tentu saja itu berakibat kebangkrutan pada bisnis appa. Dan sejak itulah oemma selalu bekerja keras sampai tak pernah peduli dengan kondisi kesehatannya. Kalau boleh jujur aku merindukan sosok oemma yang selalu ada untukku dan untuk Taejung, tapi aku mengerti bahwa keadaanlah yang membuat jarak diantara keluargaku sendiri.

Aku bertekad bahwa aku kelak harus menjadi namja yang sukses yang dapat membanggakan oemma dan dapat mengembalikan kebahagiaan keluargaku lagi seperti sebelumnya.
.
.
.
Setelah selesai dengan urusan mengantar Taejung ke sekolahnya lalu akupun langsung pergi ke kampusku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah Taejung. Tapi tetap saja harus menaiki bus umum jika kau tak mau mandi pagimu sia sia hanya karena bau tak sedap yang keluar dari badanmu yang berkeringat.

Bus berhenti di halte yang terletak tepat didepan kampusku, kulirik jam kesayanganku yang bertengger manis di pergelangan tangan kiri ku.
"Baru jam 7.15 masih ada 45menit lagi sebelum kelas pagiku dimulai. Hahhh... aku rasa aku butuh perpustakaan" gumamku perlahan sambil berjalan menuju perpustakaan.

Kenapa perpustakaan?
Karena aku mengantuk.
Kenapa aku mengantuk?
Karena aku baru bisa tidur jam 3 pagi.
Kalian tau kenapa?
Karena aku bekerja. Yaa bekerja paruh waktu untuk membantu oemma ku.
Walaupun gajinya tak sebesar penghasilan pekerja kantoran tapi gajiku cukup untukku membeli kebutuhann kuliahku dan sekolah Taejung. Paling tidak bisa meringankan beban oemma dalam mengurus kebutuhan sekolah kami.

Aku bekerja di sebuah coffe shop dekat kampus, itu memudahkan ku dalam bekerja. Karena setelah selesai kuliah aku bisa langsung menuju tempat ku bekerja dengan cepat hanya dengan berjalan kaki. Dan jam kerjanya pun menguntungkanku hanya dari jam 8 malam sampai jam 2 pagi dan hanya 4hari dalam seminggu. Boss ku memang orang yang sangat baik, bahkan beliau tak segan segan memberiku uang tambahan saat aku datang bekerja lebih dan pulang lebih terlambat dari seharusnya.

"Hahhh..."
Kuhela nafas ku kasar dan kulipat kedua tanganku diatas meja lalu kuletakkan kepalaku diatasnya. Kucoba untuk memejam kan mataku perlahan.

'Tidur setengah jam mungkin tidak akan ada masalah' batinku lalu kumulai mengarungi dunia mimpiku yang kurasa lebih tenang daripada kenyataan. Saat terlelap aku dapat membuang segala penat ku, melupakan rasa pegal yang menjalar disetiap inchi tubuhku dan melupakan sejenak segala masalah yang ada.
.
.
.
"Hoammm..." kurentangkan tubuhku dan aku mulai beranjak dari kursiku. Suasana masih terasa sunyi, ohh ayolah ini perpustakaan bukan pasar loak tentu saja sepi.

Kulirik sebentar jam tanganku dan..
"Arghhh... sial aku telat" kuacak rambutku frustasi, aku terlambat setengah jam. Bodohnya aku yang tak memasang alarm agar aku dapat bangun sebelum kelas dimulai. Kupercepat langkah kakiku agar dapat secepatnya sampai di kelas, tapi sial sial sial kelasku berada dilantai tiga setelah lorong paling ujung selatan. Seharusnya universitas ini membangun lift atau semacamnya, oke lupakan ide bodohku.

Brukk..

Ditengah tengah aku yang sedang berlari menaiki tangga aku rasa aku telah menabrak seseorang.

Ohh ayolah halangan apa lagi ini? Buku nya memang tidak berserakan karena dia memang sama sekali tak memegang buku ditangannya tapi sepertinya lututnya terluka karena dia terus saja meringis sambil memegang lutut kanannya.

"Gwenchana??" Aku bukanlah namja yang tak bertanggung jawab yang akan meninggalkannya begitu saja setelah aku tabrak, paling tidak aku tau bahwa dia baik baik saja.

Dia hanya mengangguk dan tetap tertunduk mengamati lututnya yang mungkin terasa sakit karena benturan dengan lantai.

Kuulurkan tangan kananku perlahan mencoba untuk membantunya berdiri. Dan dia menerima uluran tanganku. Tanpa aku sadari aku mulai memandanginya sampai mata kami bertemu.

Tatapannya yang sayu, hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih bersih, bibir peach nya yang errr Taehyung lupakan pemikiran kotormu itu. Dan ohh jangan lupakan gigi kelincinya yang menggemaskan itu.

Jujur saja saat ini aku sedang terpukau dengan pahatan karya indah Tuhan yang berada dihadapanku saat ini. Ohh man dia benar benar manis.

Kugeleng gelengkan kepalaku agar pikiran pikiran aneh tidak meracuni otakku lalu kulepas genggamanku pada namja manis itu.
"Ohh mian aku harus segera ke kelas, semoga kita bertemu lagi" ucapku kemudian saat namja manis itu sudah dapat berdiri dihadapanku, kuberikan senyumku yang paling menawan atau mungkin terlihat seperti senyuman kotak konyol yang kuperlihatkan karena entah kenapa jantungku berdetak tak beraturan setelah memandang wajah namja manis tadi.

Dan aahhh sial bahkan aku lupa menanyakan namanya.

"JEON JUNGKOOK!!!"

Aku menoleh kebelakang tepat pada namja bersurai oranye yang sedang berlari menuju namja manis tadi.

"Jeon Jungkook jadi itu namanya" aku tersenyum kecil lalu melanjutkan acara berlariku menuju kelas tapi senyumku mendadak pudar dan berganti dengan rasa penasaran.

"Kenapa dia tadi melihatku dengan tatapan seperti itu?"

-TBC-

Gimana gimana sama ch pertama ini, bahasa belibet kah ato aneh mungkin??
Harap dimaklumi karena aku masih baru dalam nulis nulis kaya begini :D
Vomment please *o*
Makasih udah mau mampir baca :*

Hear My Voice √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang