Flasback part 2

6.4K 358 3
                                    

Aku masih tidak percaya ini! Kini kakiku melangakah di lorong rumah sakit islam ternama, aku bagai orang linglung, pandanganku entah kemana, kakiku melangkah mengikuti langkah mama.

Deg

Ruang mayat?

Ruangan di depanku, berplang RUANG MAYAT. Tidak! Ini tidak mungkin kan!? Seorang perawat berhijab itu menghampiri kami.

"Assalamualaikum, selamat malam bu. Apa ibu Keluarga dari korban kecelakaan pesawat?".

"Waalaikumussalam.. Iya sus, nama anak saya hanifa fahira, irfan firmansyah, dan zalfaa ainun nisa"

Suster itu sangat ramah, dia memegang sebuah map dan pulpen, meneliti nama yang di sebutkan tadi.

"Bapak irfan meninggal saat di perjalanan, ibu hanifa ada di UGD sedang di operasi, sedangakan cucu ibu, zalfaa Alhamdulillah.. Baik, tapi sedang di periksa oleh dokter kami. Bisa ibu periksa, di lantai 2 no 234."

Syukurlah.. Ka hani dan zalfaa, tapi mas irfan...

" innalillahi wa innailaihi rajiun.. Terima ksh sus"ujar mama

"Mama mau ke ruang UGD!! Kamu jaga zalfaa"

Mama merintahku, setelah itu pergi meninggalkanku. Zalfaa! Ya zalfaa.. Aku harus menemuinya!!

***

"Zalfaa" aku membuka pintu kamar rumah sakit, Zalfaa terbaring di ranjang itu. Seorang suster tengah mencatat tensinya.

"Anda keluarganya?"

"Ya"

"Zalfaa sudah di periksa dokter Raihan, dia baik- baik saja. Ada luka sobek di dahi dan lengan kananya, tapi sudah di jahit oleh dokter Raihan. Dia masih di bawah pengaruh obat bius, anda bisa menungguinya. Tapi dokter Raihan bilang, kalau dia harus bicara dengan keluarga pasien."

"Baiklah.."aku mengikuti langkah suster itu, dia membawaku ke dalam ruangan dokter.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum... Dok, ini keluarga pasien balita tadi."

"Wa'alaikumussalam.. Silakan duduk, suster aila tolong temani kami di sini!"

"Baik dok"

Dia, dokter ini.. Dia laki- laki yang duduk di sampingku tadi pagi kan?

"Keadaan zafaa sangat baik, tapi saat terjadi kecelakaan. Kepalanya mengalami guncangan, saya belum bisa memastikan apakah akan ada masalah dengan otaknya. Tapi kita harus menunggu pemeriksaan lanjutan."

"Baiklah, terima kasih dok"

Aku berjalan gontai keluar dari ruangan itu, rasanya nyawaku bagai keluar dari raganya. Aku melihat zalfaa yang masih terbaring, rambut panjang ikal, di dahinya ada sebuah perban yang menutupi jahitan lukanya.

Bagaimana dengan ka hani? Aku harus mencari tau keadaannya

UGD

"Ma.."

"......" mama tidak menjawab, maupun menatap ke arahku. Ya aku tau, dia pasti sangat khawatir saat ini.

Pintu UGD itu terbuka, seorang dokter wanita berumur sekitar 40an keluar. Dia tersenyum miris kepada kami, tapi setelah itu ada gurat kesedihan.

Seakan dia tak mampu berbicara pada kami, wajah mama seakan mengharapkan suatu mukzizat untuk anak tersayangnya..

"Maaf, saya sudah berusaha sebisa mungkin. Tapi Allah berkehendak lain."

"Hiks... Hiks... Ini gak mungkin!!! Hani!!" tangis mama pecah, dia benar- benar merasa kehilangan. Bukan dia saja aku juga! Bagaimana dengan aku dan Zalfaa ka?

Di atas Sajadah- MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang