Malam yang terganggu

7.1K 423 29
                                    

Humaira berdiri canggung, sambil menunduk. Setelah beberapa saat yang lalu Raihan membacakan doa di ubun- ubunya. Wanita itu merasa awkward, apalagi tadi keningnya di cium.

Kalau saja laki- laki itu tak berdiri tepat di depan pintu, pasti ia akan lari. Lari, untuk bertanya pada Zahra. Apa yang sekarang harus ia lakukan?
Humaira meneguk air ludahnya pelan- pelan, dia gugup sejak tadi di tatap laki- laki yang sudah menjadi suaminya itu. Raihan tersenyum geli melihat wajah istrinya yang menunduk, bahkan dia melihat wanita di depanya itu meremas gaun pengantinya.

“Ayo kita sholat sunah dulu.”Ajak Raihan, Humaira mengangguk mengiyakan.

Menjadi seorang istri merupakan salah ladang pahala. Rasulullah SAW pernah memberi nasihat kepada putrinya Fatimah,
"Jika seorang perempuan melayani suaminya sehari semalam dengan baik hati, ikhlas serta dengan hati yang benar, maka Allah akan mengampuni segala dosanya dan akan dicatat untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya dengan seribu kebaikan dan dikaruniakan seribu pahala haji dan umroh." (HR. Abu Daud) 

Rasulullah, juga bersabda:  "Ketika seorang suami pulang ke rumah, kemudian sang isteri menyambutnya dengan sebuah senyuman, dan bersegera menjulurkan tangannya untuk mengambil tangan suaminya, maka dosa-dosa mereka berdua berguguran sebelum kedua tangan mereka terlepaskan." (H.R. Abu Daud)

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Rasulullah pernah berpesan, “Perhatikanlah sikapmu terhadapnya (suami), karena ia bisa menjadi surgamu dan nerakamu”(HR. Ibnu Saad, Ath-Thabrani, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al Jami’us Shaghir (1590)

***

Masya Allah, tak pernah bermimpi sedikitpun. Bahwa, dialah laki- laki yang menjadi suamiku. Bahkan tak pernah aku di bayangkan, akan dapat menatapnya dengan halal seperti saat ini.

Kedua insan itu bebaring di atas tempat tidur. Humaira dan Raihan. Mereka berdua, tengah asik memandangi wajah masing- masing. “Kamu tau, apa yang paling aku suka dari wajahmu?”tanya Raihan, mengundang senyum dari cantik istrinya.

“memangnya apa?”Tanya Humaira, Raihan mengangkat jari telunjuknya. Dia menekan sesuatu di bagian pipi Humaira.
“Ini.”
“lesung pipit kamu”lanjutnya lagi

Humaira terkekeh mendengarnya. Beberapa jam yang lalu, suasana di antara mereka sangat canggung. Namun Raihan dengan pintar mencairkan suasana itu.

“Kalau begitu, aku akan sering tersenyum buat, mas. Biar mas, bisa liat bagian paling mempesona dari aku. ”ujar Humaira percaya diri. Ah, dia tak menyangka bisa berkata seperti itu.

“Ahahaha… aku baru tau. kalau istriku ini sangat percaya diri sekali. Tapi jangan senyum sembarangan”Ujar Raihan, dia mengelus pipi istrinya itu.
“Iya, sip bos"

Tok.. tok..

Assalamualaikum..”salam seseorang dari luar kamar.
Raihan tersenyum geli ketika melihat sosok dari balik pintu. Lucu. Humaira memandang sosok itu, lalu menghampirinya.

Waalaikumussalam warrahmatullah”jawab suami istri itu bersamaan. Sosok itu terhuyung menahan kantuk, tak lupa di gendongnya boneka beruang sedang berwarna coklat.
“Afa, kenapa sayang”
Humaira menggendong gadis kecil itu. “Afa, mau bobo sama bunda”Ujarnya, ia memeluk leher bundanya.

Di atas Sajadah- MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang