Siapa dia?

5.8K 390 21
                                    

"Alhamdulillah.. Abi setuju, humaira anak yang baik."Ujar Abi
"Umi juga setuju rai, dia memiliki sifat ke ibuan. Insya allah menjadi ibu yang baik nantinya, buktinya dia dapat merawat zalfaa menjadi anak yang baik"Seru umi, menyatakan kesetujuanya pada anak sulungnya itu

"Wah! Bang, ane setuju banget"ujar Al, sambil menunjukan jempolnya.
'Tidak sia- sia beberapa hari yang lalu meledek abang. Sampai nih kepala, kena cium bantal'batin Al

Raihan memandang Al sengit, tatapan adik iparnya itu seperti meledeknya, tapi Raihan langsung tersenyum.
'Lega rasaya'batin Raihan
***

Aku berjalan keluar bangunan megah rumah sakit ini, aku akan menuju ke suatu tempat
"Kamu sudah mendapatkan informasi rumahnya?"Tanya ku pada seseorang di seberang telepon

"....."
"Bagus, syukran rik. Tolong periksa jadwal saya di rumah sakit. Setelah itu kirim ke email, atur ulang semua jadwalnya."Titahku

"...."
"Ok, saya tunggu!"
Riko, salah satu asistenku. Mengurus perusahaan dan menjadi dokter tentu tidak mudah bukan? Makanya aku sangat mempercayakannya pada Riko, kalau ada proposal dan hal yang penting dia akan menemuiku di ruang kerja rumah sakit.

Bukanya aku maruk dalam hal profesi, ataupun melalaikan tugasku sebagai dokter. Karena perusahaan abi juga membutuhkanku. Jika ada hal yang mendesak, maka Riko akan menemuiku.
Mobilku berhenti di depan gerbang sebuah bangunan rumah yang megah,
"Permisi, apa anda sudah melakukan janji dengan tuan ismail."tanya salah seorang penjaga, dia mengetuk kaca mobilku. Aku menurunkan kaca mobil.

Ya Allah, aku sampai lupa.

"Belum, tapi saya ada keperluan dengan pak Ismail"jawabku
"Maaf, tapi tidak bisa. Anda harus membuat janji dulu."Terangnya
"Tolong bilang pada pak ismail, saya mau mengkhitbah anaknya Humaira."
"Tunggu sebentar" orang itu kembali ke dalam posnya, dia menelpon seseorang. Lalu menghampiriku lagi

"Silahkan, anda boleh masuk"
"Terima kasih pak"
"Sama- sama."

Kenapa aku menjadi gugup seperti ini, bismillahirrahmanirrahim.. Ayo rai, pasti bisa. Aku melihat pak ismail menyambutku dengan senyumannya, dan ada seorang wanita di sampingnya.
"Assalamualaikum.." salam ku, sambil menyalaminya dan menangkupkan kedua tanganku pada wanita di sampingnya. Kurasa wanita itu adalah ibu tiri Humaira

"Waalaikumussalam.. Nak Raihan alifian husain"Ujar pak Ismail
"Bapak tau nama saya?"Tanyaku kaget,
"Siapa pengusaha yang tidak kenal anda, anak muda yang berbakat"
"Saya hanya seorang dokter biasa, sedangkan perusahaan, saya hanya sekedar membantu."
"Anda terlalu merendah nak raihan"

"Tidak pak, saya ingin mengatakan maksud tujuan saya ke sini"

"Ingin mengkhitbah putriku?"Tanyanya, wajahnya antara senang, khawatir, dan tegang
"Iya pak, saya ingin mengkhitbah humaira."
"Humaira!?" seru wanita itu kaget, sedangkan pak ismail dia tersenyum

"Saya menerima khitbahanmu untuk anak saya. Bagaimana keadaan putriku itu? Aku benar- benar merindukannya, saat mendengar kematian ibu dan anak pertama saya. Saya langsung mencarinya, tapi tidak ada yang melihatnya."

"Humaira, saat ini sedang di rumah sakit. Dia mengalami luka di dahi dan pingsan."
"Benarkah? Ya Allah, ayo kita ke sana"
"Baik, ayo pak!"

***

'Masya Allah.. Ya Allah, putriku Humaira masih hidup. Aku tidak sabar menemuinya, apa dia mau bertemu denganku? Apakah dia akan marah padaku? Bodohnya aku, main menerima khitbahan orang. Padahal aku belum bertanya pada Humaira'batin Ismail
Perasaannya campur aduk, dia juga merasa takut. Akan apa yang ia perbuat dulu.

***

Zahra sedang menyuapi Humaira bubur, sedangkan Zalfaa tengah tidur di dalam pelukan Humaira. Gadis kecil itu boleh masuk, setelah Raihan meminta persetujuan rumah sakit. Karena Zalfaa terus menerus menangis dan tidak mau melakukan apapapun, jika tak bertemu bundanya itu. Dan sekarang dia tertidur nyenyak

Di atas Sajadah- MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang