Bandara Frankfurt, Jerman
Humaira menghela nafas lega. Sesaat setelah pramugari mengumumkan, bahwa mereka sudah mendarat.
"Sayang, are you okay?"Tanya Raihan khawatir. Dia merangkul pinggang istrinyaWajah Humaira terlihat sangat pucat, itu yang membuatnya begitu khawatir.
"Kaki aku gemetaran, terus kepala aku pusing juga, Mas."Jawab Humaira, sebenarnya tak hanya itu. Bahkan keringat dingin terus keluar."Ya Allah, ya sudah kamu duduk dulu. Aku mau tukerin uang, abis itu kita langsung ke hotel.
"Astagfirullahaladzim..."
Humaira tersentak kaget, saat tiba- tiba merasakan panas di lengannya. Ya, lenganya itu tersiram kopi panas."Es tut mir leid! Saya tidak sengaja"Ujar laki- laki itu meminta maaf.
Dialah orang yang menumpahkan kopi di lengan abaya Humaira."It's okay, no problem"balas Humaira, dia sedikit mengerti apa yang di katakan laki- laki itu.
Laki- laki itu mengeluarkan sapu tanganya, bersiap akan mengelap lengan abaya Humaira.
Humaira tersentak dan segera menarik tanganya.
"Stop! Tidak perlu! Saya tidak apa- apa. Silakan, anda boleh pergi"Ujar Humaira, dia menyembunyikan lengannya di balik khimar miliknya."Baiklah... Sekali lagi, maafkan saya"Ujar laki- laki itu, ada nada kecewa di suaranya
"Yes""Astagfirullahaladzim.. Ya Allah.. Panas sekali"Humaira meringis menahan perih dan panas di lengannya.
Dari kejauhan Raihan berlari, begitu melihat istrinya itu."Hum.. Kamu kenapa? Ada yang sakit?"Tanya Raihan khawatir
"Ke siram kopi, mas""Subhanallah, ayo kita ke apotik"Humaira mengangguk mengiyakan.
"Beautifull..."Gumam laki- laki tadi, dia mengikuti Humaira dan Raihan dari belakang.
***Mereka sudah memasuki kamar hotel.
Raihan mendudukan istrinya di atas kasur, dia menggulung lengan abaya itu dengan perlahan. Dia seperti merasakan perih juga, saat melihat lengan putih itu terlihat memerah. Raihan segera mengoles salep dengan hati- hati, dan telaten.Humaira meringis, jantungnya berdegup sangat cepat. Cepat...
Ya, begitu cepat."Sakit?"Tanya Raihan berbisik tepat di telinga Humaira.
Humaira mengangguk, mereka bertatapan cukup lama.Namun, semakin lama, Raihan mendekatkan wajahnya. Istrinya itu mengedip pelan, lalu menutup matanya. Merasakan hembusan nafas suaminya, yang semakin mendekat. 'Mungkin, inilah saatnya.'batin Humaira
***
Raihan yang baru keluar dari kamar mandi tersenyum cerah, melihat istrinya yang sedang mengeringkan rambut dengan Hairdryer.
Humaira pov
Ya Allah, mas Raihan ngagetin aku aja! Dia menaruh kepalanya di bahuku, "Mas.."panggilku
"Hemm.. Apa?"jawabnyaCup
Kurasa pipiku memerah, entah kenapa mas Raihan selalu saja membuat jantungku serasa akan melompat dari tempatnya. Dia sering sekali, tiba- tiba mencium pipiku.
Jelas saat itu, suamiku terkekeh menggodaku.
"Seneng ya? abis godain aku"Sindirku, dia malah mencolek daguku.Ok! Mulai lagi, menggodaku. Entah setelah ini apa lagi.
"Abis, kamu itu menggoda banget"Ujar Mas Raihan, dia memeluk pinggangku.
"Gombal kamu, mas"Aku mengembangkan senyum saat mas Raihan mengeluarkan sesuatu dari balik tubuhnya.
Bunga..
Indah sekali.."Buat istriku yang tercinta"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di atas Sajadah- Mu
Spiritual"Ketika aku di liputi kegelapan, kau datang menerangi jalanku dengan mengirimnya, Ya Allah. Buruknya masa laluku mengajarkan bertaubat kepadamu adalah keharusan bagiku." Humaira Afsheen "Dia seperti bintang, bintang yang paling terang di langit. Sia...