"Lo yakin gak mau ngabarin Luke?" dari tadi hanya pertanyaan itu yang dilontarkan Rian. Rian dan Riana sudah duduk di ruang tunggu bandara, menunggu panggilan keberangkatan Riana. Sedangkan ayah, bunda serta saudara tiri mereka akan menyusul sebentar lagi.
"Dari tadi lo udah ribuan kali nanya kayak gitu."
"Ya tapi-."
"Lo aja yang bilang sama Luke besok waktu prom."
Rian hanya mendesah pasrah dan menurut saja apa kata kembarannya. Meskipun ia bertanya beratus kalipun jawaban Riana pasti akan tetap sama.
"Lo bakalan balik tiap liburan?"
Pertanyaan Rian membuat Riana mengangkat wajahnya, menghentikan aktivitas mengutak-atik ponselnya. Riana menatap Rian jahil, "Gue belum berangkat lo udah kangen aja."Pletak.
"Astaga gue bentar lagi berangkat dan lo gak bakalan ketemu g-." Rian cepat-cepat membungkam mulut Riana yang bersuara terlalu keras dan membuat banyak orang yang memperhatikan mereka.
"Hey apa yang kalian lakukan?" suara bariton yang terdengar membuat Rian melepaskan bekapannya. Alex datang bersama bunda mereka serta Vania dan Azka.
"Nothing," jawab Rian singkat.
Alex mengambil duduk tepat di samping kiri Riana, sedangkan Rian duduk di sisi kanan. Bunda Riana duduk di samping Rian, sedangkan Azka dan Vania entah kemana.
"Hai, Dad. Thanks fot the ticket." Riana mengarahkan pandangannya pada Alex. Riana sudah terbiasa dengan panggilan barunya untuk Alex.
"No Problem," ujar Alex singkat sambil mengacak pucak kepala Riana. Rian yang duduk di sebelah Riana tampak tak peduli, lebih tepatnya berusaha untuk tidak peduli.
"Sudah bilang pada teman-temanmu jika berangkat hari ini?" tanya Alex.
Riana mengerutkan dahi mendengar pertanyaan ayah biologisnya itu. Teman. Bahkan Riana tidak tahu apakah dia punya teman selain Faye dan Vina yang seharusnya dia kabari tentang perubahan jadwal keberangkatannya.
"Ye..ah," ujar Riana sedikit ragu. Di sebelahnya Rian sedang bicara dengan bundanya, Riana mendengar sedikit bahwa bundanya menegur Rian agar bisa bertindak sopan di depan Alex.
"Good. Wanna drink, Ana?" tanya Alex sambil berdiri dari duduknya. Tahu bahwa Alex akan mencari minum, dia meminta air mineral karena tenggorokannya sedikit kering setelah berdebat dengan Rian.
Setelah Alex pergi mencari minum, Riana mengecek ponselnya yang ternyata ada satu pesan terpampang di layar pop-up nya. Pesan dari Vina
--
Vina : Lo masih di bandara kan? Gue sama Faye otw nih.
--
Riana A. : Masih kok. Cepetan, 15 menit lagi gue flight.
--
"Faye sama Vina mau ke sini?" suara laki-laki terdengar di samping Riana. Saat menoleh, Riana mendapati Azka sedang mendekatkan kepalanya untuk melihat ponsel Riana.
Riana mematikan ponsel dan meletakkannya di saku sebelum menyingkirkan kepala Azka yang terlalu dekat dengan kedua tangannya. "Gak sopan banget sih lo, Ka. Sana hush.. hush.." ujar Riana sambil mengibaskan tangannya mengusir.
"Lo kira gue ayam?" gerutu Azka.
"Mirip," cibir Riana dengan mata yang sudah fokus menatap ponsel lagi.
Lagi-lagi Azka mendekatkan kepalanya penasaran. "Azka, lo ngapain sih?" kali ini Riana mendorong kepala Azka terlalu keras sampai Azka membentur Vania yang ada di sampingnya sibuk dengan game ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rian(a) [COMPLETED]
Ficção AdolescenteSetelah membaca apa isinya, aku langsung membuangnya ke tempat sampah dekat loker. "Pembalasan baru dimulai." Ya kira-kira begitulah tulisan yang tertulis di kertas yang baru saja kubuang. Entah siapa yang tidak pernah bosan meletakkannya di dalam l...