hampa..

36 2 2
                                    

Sudah seminggu ini aku hanya menghabiskan waktu di rumah. Mencoba menenangkan diri. Berat memang, namun aku mulai belajar menerima keadaan.

Selama itu pula aku belum ketemu Dion. Tepatnya aku menghindari dan tak memberinya kesempatan untuk membela diri. Katakanlah aku pengecut, tapi aku butuh waktu. Jika siap, aku pasti berbicara untuk mengakhiri kisah kami.

Aku juga memutuskan keluar dari pekerjaanku. Sayang sebenarnya, apa lagi aku mulai menikmati dunia kerjaku yang berhubungan dengan anak-anak. Tapi sudahlah kutepis smua ragu. Aku harus mulai menata hidupku. Aku yakin akan menemukan pekerjaan secepatnya.

Minggu-minggu berikutnya kusibukkan diri untuk melamar pekerjaan, interview dan melengkapi berkas ke beberapa sekolah di kota ini. Tapi hasilnya belum ada titik terang. Aku mulai bosan dan lelah..
Syukurlah ayah, ibu dan adikku selalu memberiku semangat seperti siang ini...
" Lagi ngapain, Kak?"tanya adikku begitu tiba di rumah.

" Buat lamaran kerja lagi, Yan. Moga ini diterima."

" Kakak yang sabar ya. Trus, mau ke sekolah mana lagi kak?"

" Bukan sekolah, Dek. Ini perusahaan yg lagi butuh staf administrasi. Kebetulan menerima semua jurusan."

" Wah, mantaplah kak. Pasti berat ya kak. Aku bangga sama kakak. Tapi, menurutku kakak harus memberi kesempatan bang Dion menjelaskan semua. Biar kakak tidak salah mengambil keputusan. Maaf kak..."

Tanpa kusadari setetes air mata jatuh tanpa bisa kutahan.

Rian, adikku, benar. Aku tahu Dion masih berusaha berbicara denganku. Ayah, ibu, dan adikku memang tidak melarangnya berkunjung.
Namun, mereka tidak lagi hangat menerima kedatanganny. Biasanya adikku yang akan mengobrol lalu secara halus menyuruhnya pergi.
Jadi wajarlah kalau Rian ingin aku berbicara dengan Dion. Tapi,.... akh... aku masih belum siap. Aku masih merasakan sakit di dadaku saat mengingat kejadian itu.
Sudah 3 bulan berlalu. Tapi, kilasan kejadian itu masih terekam jelas di pikiranku. Tak ada yang tahu setiap malam aku menangis, merenung, dan berakhir dalam tidur yang sering dihantui mimpi buruk.
Gak semudah itu melewati hari-hariku. Semua terasa hampa. Kosong.. hidupku seakan tak bergerak lagi.

Sore itu, aku baru pulang interview. Ketika membuka gerbang, aku melihat adikku dan Dion sedang berbicara di teras. Aku segera masuk tanpa menghiraukan mereka. Tapi...

" Kak, sebaiknya kalian menyelesaikan masalah kalian. Kalau kakak butuh bantuan aku ada di dalam."

Terpaksa aku diam. Dengan berat hati, aku duduk.

" Ran, makasi udah kasi aku kesempatan. Aku minta maaf, ak....

" Aku gak punya waktu banyak. Silakan jelaskan apa yang mau kamu jelaskan."aku segera memotong ucapannya.

" Sebenarnya......

tbc...
Ditunggu ya kelanjutannya..
Akankah Rania menerina Dion kembali??
Pliss vote n komennya...

Medan, 02 Maret 2016

Mungkinkah....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang