Aku kembali menata hati. Berusaha menerima keberadaan David yang memiliki perasaan khusus padaku. Namun, aku gak mau terlalu cepat memutuskan. Aku mau semua berjalan apa adanya. Aku membutuhkan waktu untuk belajar membuka hatiku. Walau kini aku merasa David tetap sahabat terbaikku. Mungkin aku hanya khawatir jika persahabatan ini nantinya menjadi hambar saat kami memutuskan menjalin kasih. Ahhhh.... Aku benar-benar bingung.
Sudah seminggu ini aku gak berjumpa dengannya. Bukan karna David menjauhiku. Namun, ia memang harus ke Bandung mengikuti pertemuan dengan para pengusaha di bidang ini. Hal ini memang sudah dijadwalkan jauh sebelum David menyatakan perasaannya. Ia masih sering menghubung maupun mengirim pesan. Aku mensyukuri itu. Aku gak tau apa yang harus kulakukan jika berada di dekatnya..
Pagi ini aku ingin bolos kerja. Bukan malas melainkan enggan bertemu David. Iya.. Kemarin ia tiba di Medan. Aku tau dari pesan WA nya. Tapi, aku juga gak mau buat ibu, bapak dan adik bertanya-tanya alasanku tidak kerja. Akhirnya kuputuskan tetap bekerja. Urusan dengan David lihat nanti ajalah.
Aku langsung menghidupkan komputer dan larut dalam pekerjaan. Tanpa kusadari seseorang menatapku cukup lama. Aku mendongakkan kepala dan mendapat David yang tersenyum sambil memandangki dengan intens. Jantungku seakan berpacu cepat. Aku hanya terdiam dan berusaha tersenyum. Sungguh aku gak menduga hal ini cepat terjadi.
" Pagi, Ran. Serius kali kerjamu. Gak kangen ya samaku?"
"Hhhhai, Vid, Dah lama sampai?
" Cukup lama menikmati wajahmu yang serius itu. Cukup menghibur. Bahkan anak-anak sudah menghabiskan oleh-oleh yang kubawa."
"Ohhh, cukup lama ya.
" Kamu gak kebagian oleh-oleh dong, Ran. Dah dihabisin mereka.
"Gak papa kok, Vid. Yang penting kamu sehat.
" Aih, manis banget perhatianmu. Aku pasti bawain oleh-oleh spesial buatmu. Tapi bukanya di rumah aja ya.?"
"Makasih, Vid. Kamu jadi repot.
" Aku senang kok kamu repotin. Aku ke ruangan dulu ya. Kangenku udah terobati dan energi kerjaku udah full gitu ketemu kamu."Wajahku memerah. Hatiku jadi gak karuan. Dasar si David. Gampang banget buat jantungku maraton. Apa yang dikerjakannya di Bandung ya?? Mendadak romantis gitu. Padahal aku hanya menanggapinya seadanya. Kutatap paper bag di mejaku. Kuperhatikan isinya yang sengaja dibungkus kertas kado. Sungguh dia memang niat sekali membwakannya untukku.
Aku berusaha melanjutkan pekerjaanku. Padahal konsentrasiku terbagi pada paper bag dan perkataan David tadi. Sungguh butuh usaha yang cukup keras. Andai aku bisa pulang. Akan kuakhiri penasaran ini. Tapi gak mungkin kan aku izin pulang cepat dengan alasan yang menurut orang tidak penting.
Akhirnya waktu pulang jugalah yang menyelamatkanku. Segera kukemasi tas. Aku ingin segera tiba di rumah. Namun, di parkiran David sudah menungguku. Menawarkan lebih tepatnya memaksa agak aku ikut dengannya. Tapi bukan dengan tarikan. Hanya ia sangat bermohon menurutku. Padahal aku sangat ingin menghindarinya. Malah harus semobil dengannya.
"Ran, aku gak akan memaksa kamu menerima dan membalas perasaanku. Namun, aku gak mau kamu menghindariku. Sakit rasany Ran.
" maaf, Vid. Aku gak bermaksud begitu. Hanya saja aku belum siap.
"Aku mengerti. Aku gak akan memaksa kamu. Aku hanya berharap kamu memberiku kesempatan."
"Aku akan belajar, Vid. Aku harap kamu bersabar dan berusaha meyakinkan aku untuk menerima kamu. Karna aku masih tramu", kataku sambil menangis.
" udah jangan nangis. Aku bahagia kamu mau belajar menerimaku. Aku akan sabar sampai kamu mau menjadi ratuku."David memelukku setelah menepikan mobil. Pelukan ini sangat menenangkan. Aku merasakan kedamaian dan kenyamanan. Aku berdoa semoga Tuhan memampukanku menerima dan membalas perasaan David. Semoga dia yang akan menjadi penjaga hatiku kelak.
Kami tiba di rumahku. David menolak untuk mampir. Dia harus melengkapi berkas hasil pertemuan di Bandung untuk dikirim ke Bandung dan dibahas dalam rapat besok.
" semoga kamu suka sama oleh-olehnya ya."
"Makasi banyak. Kamu hati-hati ya.Aku langsung masuk kamar dan membuka oleh- oleh dari David. Tapi aku yakin ini bukan oleh-oleh. Aku gak mampu mengungkapkan dengan kata-kata. Aku memegang benda itu tanpa mamou meredam tangis. Sungguh.........
Tbc.
Maap...maappp lama gak update. Moga msh ada yang nunggu ya. Pengen cerita ini lekas end...
Makasi buat readerssss.Gb
Plisssd vite n komennya yaaa
Medan, 06 September 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkinkah....
RomanceRania, gadis polos yang tak lg percaya adanya ketulusan dan kesetiaan dalam cinta. setelah hatinya disakiti oleh kekasihny yang pertama. orang yang pertama mengenalkannya cinta, mereguk indahnya cinta sekaligus menghempaskannya kedalam kesedihan dan...