Tak Mudah

19 2 0
                                    

@Kala kupikir kusanggup
Namun luka itu masih ada
Nyata mengiris hati
Ternyata tak mudah
Melupakan kesakitan ini...

Aku berusaha untuk berlari, namun tangan David kian erat menggenggamku.. Air mata yang kutahan sejak tadi mulai jatuh. Seketika itu David mengajakku keluar. Ia membawaku masuk ke dalam mobilnya. Karna tak ingin kami jadi pusat perhatian.

"Kenapa kamu ingin pergi dan menangis lagi, Ran??" ujar David perlahan.
" kamu masih belum siap untuk cerita?"tambahnya.

"Di..a...dia lelaki yang aku ceritain kemarin, Vid." ucapku terbata

"Double shit.... Jadi Dion lelaki kurang ajar itu. Oke kita beri dia pelajaran, Ran.

"Maksudmu apa, Vid. Aku gak mau lagi berhubungan dengan mereka. Tolong Vid, biarin aku pulang."

"Kamu tidak akan pulang sebelum aku bisa lihat muka memalukan orang yang udah nyakitin sahabatku."

Ada luapan emosi yang berusaha ditahan oleh David. Aku sedikit bingung dengan sikapnya. Tapi mungkin benar ia tak ingin aku yang notabene sahabatnya tersakiti. Tanpa bisa menolak aku mengikuti langkah kaki David. Tangannya mengggenggam erat jemariku. Kembali ke ruangan ini membuat jantungku berpacu dengan cepat. David menatapku berusaha mengalirkan kekuatan dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

David menggandengku erat seakan menunjukkan betapa kami pasangan yang saling mencintai.

"Slamat ya, Dion, smoga kamu bahagia dan ini bisa jadi pelabuhan terakhirmu." kata David terdengar ada kesan menyindir dalam ucapannya.

" mmakasih sepupuku.. Moga kamu cepat menyusul ya?" balas Diom sedikit terbata.

Aku hanya bisa berlindung di balik punggung kokoh David. Berharap aku tak terlihat oleh mereka.

" Kamu tenang aja mungkin aku yang nikah duluan. Kamu kan masih tunangan,Yon?

Kata-kata itu masih terdengar ketus dan pedas. Aku hanya berharap tak terjadi keributan. Aku tak mau kami jadi pusat perhatian. Padahal aku ingin segera menghilang dari tempat ini.

" Eh, kenalin calon istriku. Sini sayang kenalan sama sepupuku."

David bergeser dan sontak saja wajahku terlihat. Masih dapat kulihat wajah terkejut yang berusaha ditutupi olehnya.

Lalu kami bersalaman dengan canggung. Seolah tak pernah saling kenal. Dan baru kusadari seharusnya sejak lama aku tak menepikan diri. Ternyata tak ada lagi debar rasa untuknya. Hanya kecewa dan bersyukur bisa melewati masa sulit itu. Terima kasih untuk sahabatku. Sudah mampu mengembalikan rasa percaya diriku.

Kami segera pamit pulang agar terhindar dari kecanggungan dan emosi yang masih coba David tahan.

"Makasi, Vid. Kalau kamu gak maksa tadi mungkin selamanya aku akan menghindar dari Dion. Walaupun dengan cara bohong gitu, "kataku dengan senyum yang kupaksakan.

David hanya terdiam. Jemari tangannya menggenggam stir mobil dengan kuat. Tampak ruas-ruas tanggannya memutih. Lalu ia memukul stir dengan keras.

" Dasar Dion brengsek. Tanganku sudah gatal ingin memberi tanda di wajahnya."
"Aku gak akan membiarkan siapapun menyakiti orang yang kusayangi termasuk kamu, Ran," lanjutnya.

"Maksud...nya???

" Iya, Ran, aku menyayangi kamu. Sejak dulu. Dan yang tadi itu bukan bohong. Aku ingin kamu menjadi istriku."

Aku hanya terdiam. Tanpa kusadari air mataku mebanget. Menatap mata David yang mengungkapkan isi hatinya. Kulihat kesungguhan dan kepedihan serta berharap pada sorot mata itu.

Lalu, aku harus bagaimana????

Maaf yang udah nunggu cerita ini lama banget. Mungkin udah dihapus dari library kalian. Jd aku ingin cepat namatin cerita ini. Kira2 2-3 part lg end..
Jgn lp vote n komenny ya readers..

Gbu alll

Moga semangat untuk nulisss kembali menggelora..
😆😆😆😆😆😆

Mungkinkah....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang