***
Impian aku adalah bisa menginjak tanahnya. Mampu mengagumi kekokohan menara eifel dan merasakan kedamaian aliran sungai seine. Paris. Kota impian dari semua cinta***
"Apa ke Paris. Lo gila. Gak gue gak bakal ijinin lo kesana""Yah Vi kok lo gitu sih. Gue tuh pengen ikut piano Internasional itu. Itu adalah kontes yang gue impikan dari dulu. Ayolah Vi gue udah daftar loh" Mohon seorang gadis yang terbaring di sandaran bed kamar nuansa putih itu.
"No. Plis lo jangan keras kepala. Lo denger gue sekali aja. Kesehatan lo itu lebih penting. Dan gue gak mau lo kenapa-kenapa disana sementara gue gak bisa.."
"Gabriel mau nemenin gue kok. Iya kan Yel?" Ucap gadis itu sambil menatap seorang pemuda yang berdiri di samping seorang gadis dengan mata berbinar.
Ify. Gadis itu meraih tangan sahabatnya dan mendekapnya. Matanya mengkerut memancarkan sebuah harapan. Sivia mengalihkan wajahnya tak mau menatap wajah itu. Ia melepas tangannya dan berjalan beberapa langkah menjauhi sahabatnya itu.
"Tapi dengan satu syarat. Lo harus menjamin selama di sana lo gak boleh drop kayak gini. Gue akan selalu pastiin keadaan lo sama om gue yang disana" Ucap Via sambil kembali berjalan meninggalkan Ify berdua dengan Gabriel.
"Yes.. Nah luluh kan tuh anak"
"Lo ya. Kenapa sih selalu aja melibatkan gue sama masalah lo sama si bawel nenek itu untung dia gak ngomel" Ucap Gabriel panjang lebar. Ify hanya nyengir dan menggeser tubuhnya saat Gabriel mendekatinya.
"Karena gue percaya lo selalu bisa menjadi apa yang gue butuhkan" Ucap Ify sambil mengacak rambut Gabriel. Gabriel tersenyum dan mengusap pipi Ify.
"Ya udah lo istirahat. Buktiin ke Via kalo lo mampu untuk selalu baik-baik aja"
Cupp
Ify mencium pipi Gabriel sebelum pemuda itu pergi meninggalkannya. Dengan gerakan kilat ia langsung menutup wajahnya dengan selimut. Sedang Gabriel menyentuh pipinya dengan pandangan kagum ke Ify.
"Lo selalu berarti untuk kita"
***
Paris, Perancis."Yo. Menurut kamu apa Paris bisa memberikan cinta yang abadi"
Pemuda menoleh dan menatap seorang gadis yang menopang dagu menatapnya
"Kalo gitu apa artinya coba Tuhan ciptain takdir" Gadis itu menegakkan tubuhnya. Ia menatap lurus ke depan lalu menghendikkan bahunya.
"Takdir itu kan sebuah kepastian. Tapi kan manusia bisa merubah kepastian itu menjadi sesuatu yang seharusnya, iya kan?"
"Apa lo bisa memastikan yang seharusnya itu akan terus menjadi seharusnya"
"Ahh Rio ini terlalu rumit. Kamu cuma tinggal jawab pertanyaan aku aja pake ribet banget sih"
"Shill gak selamanya kita berjalan di kuasa takdir tapi buat apa ada takdir kalo kita menentangnya. Cinta merupakan pilihan. Namun itu adalah keharusan yang pasti akan terjadi. Gue yakin kok bukan hanya Paris yang bisa memberikan cinta yang abadi. Bahkan lo ada di tempat terpencil dan tak terjangkau sekalipun kalo takdir memihak sama lo ya cinta itu pasti ada buat lo"
Shilla tersenyum. Ia mengalungkan tangannya di leher Rio. "The perfect boys" Ucapnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Paris
RomanceTuhan menciptakan takdir. Dan takdir itu hadir pada saat yang tak terkira. Bahkan saat matamu baru menemukan dia pada pandanganmu yang pertama