Via mengendarai mobilnya dengan tenang. Matanya menatap fokus ke depan. Gadis itu menghembuskan nafasnya. Via menolehkan kepalanya pada dasbor di hadapannya. Sebuah foto terpampang di hadapannya. Satu sosok gadis berseragam abu-abu dan seorang pemuda berpakaian sama sepertinya berdiri di belakang seorang gadis berbaju biru muda duduk di sebuah kursi roda. Air mata Via terjatuh menatap sosok gadis di kursi roda tersebut yang masih menampakkan sebuah senyum lebar dan kedua tangannya menggenggam erat tangan kedua sosok sejoli di belakangnya.
"Gue gak tau Fy apa yang membuat takdir mengirim lo di kehidupan gue juga Gabriel. Dulu, ketika lo dengan ketulusan lo datang di kehidupan kami, gue berharap lo adalah malaikat untuk kami. Tapi ternyata, seiring berjalannya waktu lo seperti malaikat pencabut nyawa Fy, termasuk bagi gue. Karena lo.."
Via menghentikan monolognya. Matanya kembali ia arahkan pada jalanan yang terlihat sepi di hadapannya. Lagi-lagi Via menghembuskan nafasnya dan kembali rasa sesak menyergap dadanya.
"Karena kehadiran lo, karena ketulusan lo, karena segalanya dalam diri lo buat gue terlalu menyayangi lo. Bahkan di saat segalanya yang gue harapkan sebagai mimpi besar gue pun tidak akan pernah gue dapatkan sekali pun. Apa yang buat gue takut kehilangan lo Fy sementara lo, lo yang membuat jarak gue dengan Gabriel seakan menjauh. Lo yang tanpa di sadari membuat cinta pertama gue tidak akan pernah gue miliki. Gue gak bisa benci sama lo. Kenapa gue gak bisa membenci lo.. Kenapaaa"
Tinnn.. tinnn.. ckitttt
Via menghentikan mobilnya. Menatap sebuah mobil silver di hadapannya yang terus melaju tak terkendali. Via mematung menyaksikan mobil tersebut berputar di hadapannya. Hingga akhirnya sesuatu yang terjadi membuatnya segera sadar ketika mobil itu terhenti tepat ketika..
Ckitttt... Brakkk
Mobil silver tersebut berhenti tepat di hadapan sebuah pohon besar di pinggir jurang. Air mata Via mengalir seketika menyaksikan mobil yang beberapa saat lalu berputar di hadapannya yang mengeluarkan decitan hingga akhirnya menabrak pohon besar tepat dihadapannya. Nafas Via berhembus begitu cepat. Dadanya seakan sesak menyaksikan beberapa orang mendekati mobil silver yang kini mulai mengeluarkan banyak asap di bagian depan mobil tersebut. Lalu seketika secara perlahan segalanya nampak menggelap
***
Pranggg..
Ify tersentak menyadari gelas di tangannya terjatuh dan pecah di hadapannya. Ify terpaku menatap pecahan gelas keramik tersebut hingga sebuah tepukan di bahunya membuatnya terlonjak.
"Lo kenapa. Ya ampun Fy kok bisa pecah. Lo minggir nanti kena kaki lo. Biar gue yang bersihin"
Gabriel segera mengambil pecahan kaca tersebut dan membersihkannya. Gabriel menatap Ify yang kembali terdiam. Gabriel menggelengkan kepalanya dan berjalan mendekati Ify dan mengambil tempat di sisi gadis itu. Gabriel melingkarkan tangannya di pundak Ify dan merangkul gadis itu membuat Ify menatap pemuda itu.
"Perasaan gue kok gak enak ya Yel. Kita balik ke Jakarta ya. Pliss"
Gabriel mengernyitkan dahinya dan menatap heran Ify yang juga menatap penuh permohonan padanya. Gabriel menghembuskan nafasnya dan menggelengkan kepala membuat Ify memanyunkan bibirnya.
"Ada apa Fy kok tiba-tiba lo minta balik ke Jakarta? Trus kompetisi piano lo gimana? Lagi beberapa hari loh Fy dan keadaan lo baik-baik aja kan. Trus.."
"Gue baik Yel. Tapi gak tau kenapa perasaan gue gak tenang. Gue inget Via Yel. Mengenai piano semenjak gue keluar dari rumah sakit kompetisi itu tiba-tiba hilang dari otak gue. Yel, ayolah kita ke Jakarta ya. Plisss"
Gabriel menganggukkan kepalanya membuat Ify memandangnya dengan senyum lebar gadis itu. Sontak Ify langsung melompat ke pelukan Gabriel. Membuat pemuda itu tersenyum samar di balik punggung Ify.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Paris
RomanceTuhan menciptakan takdir. Dan takdir itu hadir pada saat yang tak terkira. Bahkan saat matamu baru menemukan dia pada pandanganmu yang pertama