Miracle

182 7 1
                                    


"Via koma Yel"

Gabriel menghembuskan nafasnya mendengar ucapan di sebrang sana. Gabriel melirik ruangan Ify di sebelahnya. Pemuda itu mengurut keningnya frustasi. Semenjak dua jam lalu Ify belum juga sadarkan diri. Gabriel tidak mengerti. Dalam satu waktu secara bersamaan kedua sahabat gadisnya sama-sama terjatuh dalam alam yang berbeda. Jujur Gabriel takut. Ia takut jika suatu saat semua itu terjadi. Di saat ia harus memilih siapa sahabat yang paling ia cintai. Ingat sahabat bukan hal lain.

"Yel. Tante mohon sama kamu tolong jangan beritahu keadaan Via pada Ify. Tante gak mau Ify kenapa-kenapa. Jangan buat dia khawatir pada keadaan Via. Jagalah situasi seakan-akan semua masih dalam keadaan baik-baik saja. Tante mohon yel"

Gabriel menundukkan kepalanya. Dalam hati ia terus bergumam bahwa semuanya tidak seperti keadaan yang di inginkan. Mereka semua –Tante Arleta juga mamanya tidak mengetahui apa yang kini Gabriel hadapi.

"Yel kamu dengar ucapan Tante Arleta kan. Disana masih baik-baik saja. Ify tidak apa-apa kan. Kamu jangan diem dong. Jawab pertanyaan mama bilang kalo kamu sanggup untuk melakukan permintaan Tante Arleta juga mama"

"Iya ma. Gabriel siap menjaga semuanya. Ify baik-baik saja kok. Dia lagi istirahat sehabis kemo kemarin" Ucap Gabriel berbohong. Percayalah. Setiap kata yang ingin pemuda itu keluarkan seakan-akan tertancap duri tumpul yang menghambat ucapnya bersuara. Lagi-lagi Gabriel menghembuskan nafasnya.

"Sudahlah mbak. Saya yakin Via tidak apa-apa" Terdengar suara wanita dewasa yang Gabriel yakini milik Tante Arleta yang meyakinkan bagi mamanya. Gabriel menutup matanya. Lagi-lagi ia menatap kamar milik Ify.

"Ya sudah Yel Tante tutup telponnya. Tante minta tolong ya jangan mengatakan apapun sama Ify. Via tidak akan kenapa-kenapa"

Gabriel menundukkan kepalanya. Menghapus peluh yang tiba-tiba mengalir di wajahnya. Gabriel menutup matanya.

"I.. iya tan.. tante" Ucapnya terbata.

Tuttt.. tuttt.. tuttttt

Tubuh Gabriel merosot. Pemuda itu menekuk kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya di sana. Sungguh hari ini terasa berat untuknya.

'Ku mohon jangan membuat aku harus memilih. Ify kamu adalah nafas aku. Via kamu adalah jantung aku. Mana mungkin aku harus memilih kalau pada akhirnya aku tidak bisa hidup tanpa kalian. Aku mohon'

***

Ify membuka matanya. Cahaya putih langsung menyergap pandangannya. Ify mengerjapkan matanya. Lalu mengedarkan mata di sekelilingnya.

"Ify"

Ify tersentak mendengar suara lembut yang ia sangat kenali. Pandangannya menatap kearah seorang gadis yang berdiri di sampingnya dengan senyum lembut dan hangat yang selalu ia rindukan.

"Vi.. Via" Ucapnya lirih. Via hanya tersenyum. Gadis itu berjalan perlahan ke sisi ranjang Ify. Mengenggam tangan hangat Ify. Sambil mengelus rambut Ify, Via berujar.

"Gue kangen sama lo"

Ify tergugu. Matanya mendadak memberat. Entah apa yang terjadi. Ify merasakan sesuatu yang membuatnya takut akan kehilangan. Ify menatap mata Via. Menyampaikan sebuah perasaan rindu yang ia pendam selama ini.

"Apa lo fikir gue gak kangen sama lo? Lo kenapa sih. Kenapa lo ada di sini. Harusnya tuh lo di Jakarta. Lo.."

"Gue mau menyampaikan sesuatu sama lo. Gue mohon jangan potong apapun yang gue ucapkan"

Ify terdiam. Via lagi-lagi tersenyum. Gadis itu membawa tangan Ify di genggamannya mendekat ke arahnya. Dengan lembut Via mencium tangan gadis itu. Ify hanya melihat apa yang Via lakukan dengan perasaan takut yang ia pun tak mengerti.

Love And ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang