Ify menyusuri trotoar di Champs Elysess dengan kagum. Arch de Tromphe dengan kokoh berdiri di ujung jalan sana membuat matanya berbinar terang. Rasanya ingin ia cepat berada di atas dinding besar itu dan menatap setiap sudut kota Paris di sana. Belum saja ia melangkah tiba-tiba ia merasakan dadanya terasa sangat sakit.
"Aww. Ya Tuhan jangan sekarang aku mohon"
Ify mencoba bangkit dari duduk tiba-tibanya tadi, namun sungguh seluruh tubuhnya amat lemas. Hampir saja Ify jatuh kembali, namun belum saja ia mencium tanah tiba-tiba ia merasakan sebuah tangan merangkul pinggangnya. Ify menatap tangan kokoh itu, harum maskulin masuk tiba-tiba melalui hidungnya membuat darahnya seketika berdesir, rasa sakit itu lenyap sudah entah kemana.
"Lo kenapa? Lo gak papa" Ify mendongakkan kepalanya. Pemuda itu. Pemuda yang entah berapa kali ia temui di hampir setiap sudut ia berada. Ify meneguk salivanya. Apa yang dia pikirkan. Sadarlah Fy sadar. Sentak batinnya.
"Gue gak papa. Makasih"
***
Shilla menatap nanar dua sepasang di sana yang saling merangkul dan menatap. Dadanya sesak. Entah mengapa kini ia merasakan tak ada lagi oksigen yang pantas ia hirup. Dadanya bergemuruh di dalam sana. Seakan menusuk membuatnya sakit yang sulit terkendali membuat air mata itu menumpuk di kelopak matanya. Kejadian itu terjadi begitu cepat saat tiba-tiba Rio melempar tas kameranya dan berlari meninggalkan dirinya yang terpaku.
Shilla berbalik dan lari meninggalkan tempatnya berada. Air matanya terus mengalir. Bukan ini yang Shilla harapkan. Bukan sekarang apalagi nanti.
'Aku yakin semua akan baik-baik saja'
***
Ify menegakkan tubuhnya. Kepalanya menoleh menatap Rio yang juga menatapnya menyiratkan kekhawatiran. Ify tertegun. Apa yang sebenarnya baru saja terjadi.
"Lo gak papa. Lo kenapa tadi mau jatuh gitu. Untung ada gue. Kalo gak mungkin lo bakal kena pinggiran kursi malah lebih bahaya kan. Nanti..."
"Hushhh stop. Lo cowok tapi mulutnya kayak lalat. Ngrewenggg mulu. Sakit telinga gue"
Rio tersenyum menyadari reaksi Ify yang masih tetap sama seperti biasa mereka bertemu. Jujur Rio tidak menyukai bagaimana Ify menatapnya kagum seperti tadi. Entahlah apa yang Rio pikirkan.
Tinnn.. Tinn..
Srettt. Rio tersentak saat tiba-tiba sebuah tangan menariknya kasar. Di susul dengan umpatan seorang pengendara mobil yang menjauh. Rio melirik lengannya. Tangan putih itu melingkar di lengannya. Rio menatap pemilik tangan itu lalu tersenyum.
"Lo tuh ya. Lo mau mati hah. Ngapain sih lo bengong di jalan" Omel Ify sambil melipat tangannya di dada. Rio hanya tersenyum mendengar ocehan gadis di hadapannya.
"Ya semua karena salah lo sih" Ify melebarkan matanya. Mulutnya menganga mendengar kalimat teramat santai namun menyakitkan itu dari mulut pemuda alien di hadapannya.
"Salah lo bikin gue terpesona"
Blushhh..
Damn. Rona merah nan panas menjalar di wajah Ify. Shit. Pemuda itu benar-benar. Ah sial. Rio yang melihat wajah Ify yang menunduk menutupi rona merah akibat godaan darinya hanya terkekeh. Gadis itu sungguh menggemaskan.
"Lo mau kesana kan. Ayo bareng gue. Gue gak mau lo kayak tadi lagi pingsan di jalan yang rame kayak gini"
Ify hanya terdiam sambil menatap tangannya yang di genggam Rio di saat pemuda itu berjalan di hadapannya. Senyum tipis terukir di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Paris
DragosteTuhan menciptakan takdir. Dan takdir itu hadir pada saat yang tak terkira. Bahkan saat matamu baru menemukan dia pada pandanganmu yang pertama