Part 6

38 2 0
                                    

ALVARO POV

Aku sedang main kerumah kak Eca saat ada urusan sedikit dengan bang Ardo tapi waktunya kurang pas bang Ardo mau pergi sebentar kebetulan juga ada Airin disana adiknya kak Eca yang lebih sial aku disuruh jagain tu bocah satu"Varo titip Airin ya." Pinta bang Ardo kepada ku
Aku hanya mengacungkan jempol. Setelah bang Ardo dan kak Eca pergi kita berdua saling bungkam.
Emang dasarnya aku belum pernah ngadepin perempuan aku jadi bingung sendiri mau ngajak ngobrol belum kenal banget takut kalau salah ngomong. Memang ya wanita itu susah tuk dipahami.
Aku melirik Airin yang masih saja terdiam"Kalau dilihat-lihat manis juga tu anak kalau anteng begitu"ucap ku dalam hati
Aaahh mikir apaan sih aku daripada setres nemenin di orang satu mending aku nonton tv aja. Aku meninggalkan Airin yang masih duduk manis dan diam seribu bahasa. Sesampainya di ruang tv niat ku berubah aku ingin tidur sebentar.
Saat tidur ku belum begitu pulas ku dengar ada langkah kaki tapi ada yang aneh langkah kaki itu menuju tempat ku duduk. Aku terus memejamkan mata tapi ada yang duduk disamping ku. Saat ku membuka mata sedikit aku terkejut"Hah Airin ngapain dia duduk di sebelah ku. Dia juga tersenyum memandang ku"ucap ku dalam hati lalu ku pejamkan mata ku kembali karna ngantuk sudah melanda ku.
Aku menggeliat ku buta mata ku pelan-palan"Sepi bang Ardo berarti belum pulang" lalu aku duduk dan menyalakan tv tapi fikiran ku tak fokus. Aku masih memikirkan apa yang aku lihat dan rasakan tadi"seperti ada yang memegang pipi ku dan aku melihat Airin duduk disebelah ku sambil tersenyum. Ini nyata apa hanya mimpi saja. Aaarrrrgh sial kenapa Aku ini" gerutu ki sendiri fikiran ku terus menerka-nerka. Kenapa Airin Airin dan Airin yang ada difikiran ku saat ku melamun bang Ardo mengagetkan aku"sendirian aja Var Airin mana"tanya bang Ardo yang membuyarkan lamunan ku
"Entah bang di kamar mungkin"jawab ku asal
Kak Eca naik mencari Airin sedangkan bang Ardo ke ruang tamu. Aku mengikuti bang Ardo
"Bang Varo mau ngomong sebentar bisa" tanya ku pelan
"Ngomong apa Var ngomong aja" jawab bang Ardo tanpa menoleh ku karna memberi cake untuk Richi
"Sebentar lagi Varo mau sidang bang"
"Hhhmm terus"jawab bang Ardo masih belum melihat ku
"Bagaimana dengan rencana kita bang. Sesuai dengan rencana yang kita buat atau bagaimana" ucap ku tak sabar karna bang Ardo belum merespon ku
"Ooooh itu tenang aja masih lama jangan di pikirkan" jawab bang Ardo sambil menepuk pundak ku.
Tak selang lama kak Eca turun
"Mana Eca" tanya bang Ardo
"Di kamar mas" jawab kak Eca lalu duduk
"Gak turun dia" tanya bang Ardo lagi
"Katanya males" jawab kak Eca
Airin turun dan duduk makan cake
"Katanya tadi gak mau"cibir kak Eca ke Airin
"Siapa bilang aku gak mau orang aku gak jawab kok"bela Airin sambil tersenyum
Richi menyuapi Airin cake"Tante Aaakk"
Airin hanya menurut saja dan membuka mulutnya
Dan lagi Richi menyuapi Airin tapi Richi usil cake nya gak di masuk in ke mulut malah ke hidung" hahaha tante kaya anak kecil udah di supin juga"tawa Richi pecah
"Richi"teriak Airin
Dan terjadilah aksi perang anatara Richi dan Airin
Airin kelitikin Richi"ampun tante ampun"pinta Richi memohon
" Udah tante udah. Ampun tante ampun" ucap Richi lagi
"Udah rin nanti Richi nagis lho"lerai kak Eca
Richi langsung nagis dan dilepaskan Airin
"hahaha tante mau-maunya aku bohongin" ledek Richi sambil menjulurkan lidah ke Airin
Airin yang menyadarinya langsung mengejarnya dan terjadilah aksi kejar-kejaran
"Ayah...Ayah....Ayah aku di kejar monster"teriak Richi yang berlari menuju sang ayah
Richi melewati ku sebelum sampai pada sang Ayah dan Airin masih mengejarnya tapi Airin tersandung meja.
Brak suaranya cukup keras Airin limbung. Airin jatuh pas di depan ku tapi tubuhnya belum menimpa ku karna aku reflek memegang Airin.
"Tatapan matanya ooooh sungguh mempesona. Bibirnya seakan kelu tuk mengucap kata"aku terdiam menyaksikan mata yang damai itu bibir yang indah tanpa polesan lipstik
Aku dan Airin masih sama-sama menikmati posisi ini tak ingin ku melepas dan Airin pun sepertinya enggan beranjak.
Sampai-sampai suara Richi menyadarkan aku dan Airin
"Bunda kenapa mata Richi ditutup. Gelap bunda lepasin" pinta Richi pada sang bunda sambil memegang tangannya bundanya

"Eeeehhh maaf" ucap Airin malu dan beranjak dari ku
Aku melepas tangan ku"iya gak papa"
Melihat Airin malu kenapa malah lucu ya pipinya merah aku tersenyum sendiri. Airin lalu pergi ke atas berlari kecil.
Aku jadi tak enak sendiri aku juga memutuskan tuk pulang saja.

Setelah kejadian itu otak ku selalu saja Airin,Airin dan Airin. Selalu ku tepis jauh-jauh dari otak ku.
"Mikir apa sih aku ini" aku mengaruk-garuk kepala ku yang tak gatal
Akhir-akhir ini Airin begitu perhatian kepada ku tak jarang dia membawakan aku sarapan entah roti,nasi goren,susu dll. Kadang lewat kak Eca kadang dia sendiri yang kasih.
Sampai bosan aku. Tak jarang makanan yang dia berikan ku berikan pada teman ku
"Hay bro" sapa Ian pada ku
"Hay" jawab ku lalu tos salam persahabatan
"Widih ku lihat beberapa hari ini lo bawa bekal terus gak biasa-biasanya lho seorang Alvaro membawa bekal" ledek Ian kepada ku
"Sorry Alvaro masih seperti yang dulu men. Ini hanya dari seorang pengemar ni buat lo aja gue udah kenyang." Aku serahkan tu bekal pada Ian
Ian menerimanya dengan senang hati
"Enak lho bro lo serius gak mau" tanya Ian lagi sambil melahap kue yang ku beri tadi
"Udah Aaahh abisin aja gue Enek lihat nya" ucap ku agak keras dan ku lihat Airin
Dan ku lihat Airin berkaca-kaca dan berlari pergi dari tempat ku berlatih bola
Dan aku lari kelapangan tuk berlatih bola sampai sore.
Ku rebahkan tubuh ku di rumput yg hijau ku pandang langit yang senja menampilkan warna cantiknya yang menghiasi cakrawala tiba-tiba Ian di samping ku
"Lo kenapa sih" tanya Ian penasaran
"Gue gak papa hanya ingin melihat senja saja mang ada yang salah" jawab ku sewot
"Kagak sih cuma akhir-akhir ini lho agak aneh. Jujur dech lo sama gue kita berteman udah lama men jadi gue tau lo gak baik-baik saja" pinta Ian pada ku
"Okey mang ya gue gak bisa bohong sama lo. Dasar..." ku meninju lengan Ian
"Gue gak tau bro ada yang aneh aja sama gue. Lo tau gak bekal yang lo makan tadi siang itu pemberian dari Airin"
"Siapa Airin" tanya Ian lagi
"Dengerin gue dulu bego"Ian hanya tersenyum dan mengacungkan hari yg berbentuk V
"Airin itu adiknya kak Eca istrinya bang Ardo lo kenal kan. Nah dia itu perhatian banget sama gue tiap hari pasti ada aja yang dia kasih ke gue. Sampai gue bosen tau gak" jelas ku pada Ian
"Wah dia ma suka sama lo kali Al" jawab Ian memotong cerita ku
"Aaahh gak mungkin ngaco kamu. Dah Aaahh gue cabut"aku langsung meninggalkan Ian yang masih duduk di lapangan
"Gue serius Al pikir in tu tanya sama hati lo" teriak Ian yang hampir tak terdengar

Di jalan aku tak fokus membawa mobil ku
"Apa bener Airin suka sama gue. Aaahh gak mungkin lah secara gitu gue kan cuek orangnya" aku terus memerka-nerka
"Aaahh pusing biarkan saja lah masa bodoh. Persetan dengan cinta" aku langsung melajukan mobil ku dengan cepat aku hanya ingin mandi saat ini biar dingin otak ku

Thanks yang udah mau baca
TBC........

Andai Hati Dapat Di TentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang