Part 9

39 2 0
                                    

Tuhan aku percaya kepada kuasa mu
Bila hati ini adalah milik mu maka kuserahkan pada mu
Jika kau takdirkan dia untuk ku
Dia tak kan pergi jauh dari ku
Dan dia akan kembali kepelukan ku
Karna cinta tau kemana dia harus kembali
Tuhan ku titip dia yang aku cinta
Jaga dia dimana pun berada
Biarkan ku hidup dengan rasa yang sama
Menanti pembalasan cinta
Dan kekuatan cinta mu pada hamba Mu ya Rabb
Wahai kau nama yang selalu ku sebut dalam doa ku
Aku memang tak bisa menjaga mu
Namun doa ku selalu mengiringi langkah mu

Tuhan kini aku sudah mulai ikhlas melepaskan kan dia pergi. Mencari apa yang memang harus dia cari. Kini aku sudah terbiasa hidup tanpa nya. Sudah 6 bulan lamanya Varo meninggalkan kota ini. Kota yang mempunyai cerita. Ya aku mulai skripsi sekarang aku sudah tak mengurus Varo dan Resto lagi semua aku serahkan pada kak Eca kakak ku satu-satunya mungkin hanya untuk sementara.

"Malam semua"sapa ku
"Malam juga. Kok jam segini baru dateng Rin" kak Eca menggeser tempat duduk untuk ku
"Biasa kak tadi lagi bimbingan lumayan buat pusingin otak"aku memberikan senyum kecut ku
"Kamu ini ya. Gimana kuliah nya lancar" tanya kak Eca
"Lancar kak"
Bang Ardo dari tadi hanya mendengarkan aku sama kak Eca karna bang Ardo sedang menidurkan Richi yang sudah mengantuk.
"Gimana kak Resto baik-baik saja" timpal ku lagi
"Iya kamu tenang aja urusan sama kakak beres semua"Kak Eca berbangga diri
"Iya dah percaya sama kakak ku yang satu ini" aku menaikkan Alis ku sambil tersenyum
"Ya udah sono mandi terus makan"
"Kak Eca tau aja kalau aku belum makan" aku hanya cengar-cengir tanpa dosa
"Dasar kamu ya. Ya tau lah kamu kan adik kakak pasti tau lah. Tapi kakak gak punya kerupuk" jawab kak Eca
"Yaah terus gimana dong aku makannya. Gak seru Aaahh." Aku memasang wajah tak selera tuk beranjak mandi dan makan
"Beli in Yayaya kakak baik dech" pinta ku memelas pada kak Eca
"Dasar tukang kerupuk. Gak bisa kalau tanpa kerupuk" kak Eca melempar bantal kepada ku
"Alah kak Eca ma begitu" sungut ku
"Udah-udah nanti di Beli in" bang Ardo menengahi
"Yeee abang baik dech. Weeek" aku menjulurkan lidah pada Kak Eca dan berlari secepat mungkin sebelum kak Eca melempar benda lain
"AIRIIN" teriak kak Eca

Aku sudah selesai mandi sudah segar kembali rasanya. Aku langsung turun ke bawah dan menuju ruang makan karna aku sudah lapar.
"Kak kerupuknya mana" teriak ku karna ada yang kurang menu makan ku yang paling wajib
"Ada di meja televisi Airin" teriak kak Eca dari kamar Richi
Aku langsung mengambil kerupuk ku dan makan dengan tenang.
Selesai makan aku nonton televisi sebentar. Ku gonta-ganti chanel gak ada yang bagus. Mungkin sudah malam jadi gak ada yang menarik. Ku matikan televisi dan ku beranjak menuju kamar. Tapi langkah ku tak menuju ke kamar yang biasa aku pakai kalau kesini. Aku menuju dimana Richi tidur.
"Kasian kamu bobok sendiri Aunty temenin ya" aku langsung merebahkan tubuh ku di sebelah Richi. Ku rangkul tubuhnya yang kecil. Aku juga memejamkan mata yang sudah mulai merah.

"Mas aku ke kamar Richi sebentar ya tadi lampunya belum dimatikan"Eca langsung beranjak dari tempat tidur
Saat sudah sampai di kamar Richi Eca tak langsung masuk karna melihat betapa damai nya tidur Anaknya dan Adiknya. Sudah sepeti kakak beradik yang saling menjaga dan memberi kasih sayang. Eca terus memperhatikan mereka. Tak terasa Air mata Eca menetes.
Karna lama Ardo menyusul Eca yang kata nya mau mematikan lampu.
"Lho kok masih disini sih" Ardo berdiri di belakang Eca
Eca menghapus air matanya tak ingin suaminya tau kalau ia menangis.
"Cyank"panggil Ardo lagi
"Iya mas" sahutnya paruh
Ardo langsung memeluk Eca dari belakang ia tahu istrinya menangis"kenapa Hhhhmmm?"
"Gak papa mas. Aku hanya terharu dan sedih melihat dua makhluk di hadapan ku saat ini" Ardo langsung melihat yang di maksud Eca
"Kenapa mereka. Kan hanya tidur bukan kah sudah hal biasa"tanya Ardo heran pada istrinya
"Bukan itu mas" Eca berbalik badan dan meneggelamkan di dada bidang suaminya
"Lalu"jawab Ardo tambah bingung
"Mereka sama-sama kekurangan kasih sayang seorang ayah. Lihat anak mu mas dia selalu saja kau tinggal sebulan dua bulan kadang lebih. Sedangkan Airin....." Eca terdiam
Ardo semakin Erat memeluk Eca"Sssssttt. Udah itu hanya masa lalu untuk dijadikan pelajaran buat kita. Yang penting aku tak meninggalkan kalian aku hanya pergi untuk mencari sesuap nasi dan untuk kembali bersama kalian." Kata-kata Ardo bagaikan sihir untuk Eca. Eca merasa beruntung bisa mendapatkan suami yang pengertian dan juga sayang pada keluarga
"Aku sayang sama kalian. Kalian itu sangat berharga bagi aku. Dan satu lagi aku juga sayang sama Airin tapi sebagai anak. Tak ada yang aku beda-bedakan. Dan yang perlu kamu tau aku mencintai mu bukan yang lain." Ardo mengangkat wajah Eca yang masih betah bersandar di dadanya.
"Eca"panggil Ardo
Eca tetap tak mau menatap Ardo
"Cyank"panggil Ardo sekali lagi
Eca sekarang menatap mata teduhnya Ardo yang menjadi titik lemahnya
"Lihat cyank didalam sana cuma ada kamu. Bukan Eca yang lainnya. Aku hanya menyayangi Airin seperti anak. Makanya kamu jangan cemburu lagi ya" pinta Ardo dengan sayangnya
Eca hanya mengangguk dan tersenyum
"Kan kamu yang meminta kalau Airin butuh figur seorang Ayah. Dan karna Airin lah kita bisa bersatu. Aku hanya menjalankan janji ku tuk bisa menjadi figur yang baik untuk Airin dan juga anak kita." Ardo langsung menggecup kening Eca
"Iya mas aku tau. Maaf mas kadang aku masih cemburu aku iri mas. Andai aku juga bisa seperti Airin mas. Perempuan yang rapuh tapi berusaha tegar dihadapan orang" Eca memeluk Ardo erat
"Aku dibandingkan dengan Airin masih beruntung aku mas. Dia terlalu keras menjalani kehidupan ini harus berjuang sendiri" ucapan Eca
"Iya aku juga tau itu. Biarkan dia tumbuh menjadi perempuan yang kuat seperti baja." Jawab Ardo yang terus menghirup aroma rambut isterinya
"Iya mas dan aku sangat beruntung bisa mendapatkan mu mas. Laki-laki yang bisa menjadi ayah dan suami yang baik" Eca tersenyum nakal
"Lebih beruntung lagi kalau kita....."Ardo mengangkat Eca dibawa ke kamar
"Iiihhh genit ni mas main gendong-gendong aja kan aku malu" Eca mencubit dada suaminya dan menggalungkan tangannya di leher suaminya
"Malu sama siapa orang gak ada siapa-siapa kok" jawab Ardo santai
"Iiihhh kamu"Eca langsung mengngecup pipi Ardo dan menyembunyikan wajahnya yang sudah merona di leher Ardo yang membuat Ardo semakin geli
"Nakal ya"Ardo langsung menutup pintu kamarnya

Yeeee apa yang terjadi setelah itu hanya Ardo dan Eca yang tau.
Kenapa ya kok Airin butuh figur ayah ada apa dengan Ayah Airin tunggu cerita selanjutnya ya......

Thanks yang udah baca aja


TBC...........

Andai Hati Dapat Di TentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang