Part 10

24 2 3
                                    

Tak terasa sudah 1 tahun aku berada disini. Di bali dengan segala keindahannya. Aku dengan segala kesibukan pekerjaan ku membuat ku lupa dengan usia. Sampai umur segini aku masih enggan mengenal perempuan. Atau mungkin aku yang terlalu dingin dengan perempuan hingga tak ada yang berani mendekat. Ngmong-ngomong seorang perempuan aku jadi ingat dengan Airin.
"Apa kabar dia ya sudah lama aku tak melihat bahkan mendengar kabarnya" gumam ku lalu ku rebahkan tubuh ku dikasur
"Semakin cantik gak yah. Mungkin dia sekarang udah tumbuh semakin dewasa. Mungkin dia telah melupakan aku." Aku mengacak rambut ku
Fikiran ku semakin kembali ke belakang mengingat kejadian yang lalu.
"Airiiiiiin" teriak ku didalam kamar
Semakin ku berusaha melupakan tapi kau selalu datang. Kenapa kau bagai hantu yang selalu datang. Suara tangis mu seolah selalu mengikuti ku. Ada apa dengan mu mengapa kau menangis.

Flash back on

Hari ini aku sama bang Ardo berangkat ke Bali ada kerjaan disana. Bang Ardo memang sudah sejak lama merencanakan aku disuruh menghandle sebuah usaha disana tapi setelah aku wisuda. Dan hari ini lah aku putuskan untuk berangkat. Aku sudah di bandara sejak tadi jam 3.30 karna pesawat berangkat jam 4.00 tapi karna ada kendala sedikit jadi penerbangan ditunda sampai jam 5.00.
"Biasanya Airin ada" ucap ku dalam hati
Tak selang lama Airin muncul bagaikan jalangkung yang disebut namanya langsung datang.
"Panjang umur tu bocah" ucap ku dalam hati lagi
Airin berlari kecil menghampiri kita. Dateng-dateng langsung main peluk orang
"Kenapa ni adik abang dateng-dateng main peluk"tanya bang Ardo bingung
"Kan abang mau pergi Airin masih kangen" jawab Airin santai
"Yeee abangkan cuma mau pergi sebentar 2 bulan aja" bang Ardo melepas pelukan Airin yang masih gak mau lepas dari induknya
Bagi ku ini sudah tontonan biasa bagi ku Airin akan selalu nempel terus sama bang Ardo. Dia gak akan sungkan memeluk bang Ardo bagai seorang kekasih atau ayah. Sebenarnya aku heran sendiri kenapa sampai sebegitunya dan kak Eca tak pernah marah.
"Bang Airin ke toilet sebentar ya"pamit Airin tanpa menoleh bang Ardo
Bang Ardo pun tak merespon ucapan Airin
Setelah Airin dari toilet tempat duduk yang ditempati Airin tadi sudah di pakai orang. Bang Ardo geser ke sebelah kak Eca dan menempati tempat duduk Richi dan Richi di pangku. Mau tak mau Airin duduk disebelah ku.
Mereka ngobrol entah apa yang mereka bicarakan aku tak mau mendengarkan. Sampai bang Ardo kak Eca dan Richi pamit mau beli minum
"Airin kakak tinggal sebentar ya ini Richi minta minum" kata kak Eca lalu pergi meninggalkan kita berdua
Nampaknya Airin tak mau menggeser tempat duduk dia masih dia terpaku di tempat.
Tak ada yang memulai pembicaraan aku sibuk dengan ponsel ku dan Airin masih demen banget diem tanpa kata.
Aku hanya melirik Airin sebentar tapi responnya masih sama dia masih diam dan memainkan tangannya.
Aku berani kan diri tuk melihatnya saat Airin tau aku memperhatikan Airin pura-pura melihat yang lainnya.
"Kamu lucu Airin saat seperti ini malu-malu kucing" ucap ku dalam hati
Aku kembali memperhatikan ponsel ku yang bergetar. Walau aku tak melihat tapi aku bisa merasakan Airin memperhatikan aku sejak tadi.
Tapi samar-samar aku mendengar tangis.
Karna aku penasaran aku melihat siapa yang menangis.
Saat ku melihat Airin badannya bergetar suara tangis pun juga terdengar.
"Kenapa ni bocah menangis. Ada apa ya" tanya ku pada diri ku sendiri dalam hati
Tapi aku engan tuk bertanya padanya takut kalau salah
Benar saja Airin menangis saat ku perhatikan lagi air matanya jatuh ditas Airin semakin banyak Airin hanya tertunduk dan isakan kecil terdengar
"Menangis apa yang ditangisi"ucap ku dalam hati dan aku mengacak rambut ku kesal
Tak selang lama bang Ardo datang bersama istri dan anak yang pasti.
Bang Ardo menyodorkan minum untuk ku dan ku terima dengan senang hati. Saat bang Ardo memberikan minum pada Airin,,Airin malah bangkit dan pergi dan duduk tak jauh dari kami.
Bang Ardo bingung dengan sikap Airin.
"Kenapa tu bocah ya" tanya bang Ardo
"Gak tau mas coba lihat in mas kenapa" pinta kak Eca
"Dia kenapa Ro" tanya bang Ardo lagi
"Gak tau bang dari tadi diem aja" jawab ku sambil membuka minum dari bang Ardo
Bang Ardo langsung menyusul Airin dan kak Eca pun ikut.
Sepertinya bang Ardo sedang menenangkan Airin yang menangis.
"Kaya anak kecil manja gampang banget nangis" ucap ku ketus
Tak selang lama Mereka menghampiri aku Airin tak bisa menyembunyikan kalau dia memang habis menangis masih tertinggal jejak Air mata di pipinya dan mata merah adalah bukti.
Setelah itu aku pamit sama kak Eca dan Richi karna sebentar lagi udah mau terbang.
Aku enggan pamit sama Airin entah mengapa aku sendiri tak mengerti. Aku lalu jalan duluan sedangkan bang Ardo masih pamit sama kak Eca dan Richi.
Dan setelah itu kita pergi aku hanya sekilas melihat Airin yang masih diam sepertinya dia menangis lagi.
"Aaahh kenapa perempuan itu cengeng banget sih" ucap ku dalam hati
Aku semakin mempercepat langkah ku

Flash back off

Ingatan itu datang lagi. Kenangan yang singkat entah mengapa selalu menemani
"Airin mengapa kau menangis. Mengapa kau mengiringi kepergian ku dengan air mata. Aku benci air mata apa lagi keluar dari seorang wanita." Aku masih saja kepikiran kejadian itu
Dari pada aku terus di rumah mending aku pergi sebentar. Aku keluar dari kamar dan mencari kunci motor ku. Ku lajukan motor ku pelan aku ingin menikmati suasana core di bali jarang-jarang aku meluangkan waktu tu jalan.
Ku berhenti di tempat melukis banyak orang yang melukis di pinggir jalan.

Saat aku asyik melihat karya ada seseorang menepuk pundak ku "Al ya" aku langsung menoleh siapa yang menepuk pundak ku dan memanggil nama ku"Hay bro masih ingat gue gak" tanya Ezra teman Smk Alvaro "Hay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku asyik melihat karya ada seseorang menepuk pundak ku
"Al ya" aku langsung menoleh siapa yang menepuk pundak ku dan memanggil nama ku
"Hay bro masih ingat gue gak" tanya Ezra teman Smk Alvaro
"Hay... eeeemmm siapa ya" aku berusaha mengingat namanya wajahnya begitu familiar banget
"Hayo siapa kenal gak" aku garuk-garuk kepala
"Eeeemm Radit bukan Andre bukan Vino bukan eeeemmm" aku berfikir keras mengingat teman ku karna banyaknya
"Muka nya familiar banget tapi" ucap ku lagi
"Tebak dong siapa kalau gak ketemu gak bakal gue kasih tau" timpal Ezra
"Yayaya aku tau. Ezra kan. Apa kabar bro lama tak bertemu" aku memeluk ala temen lama tak bertemu
"Hhhmm payah lo temen sendiri lupa. Alhamdulillah gue baik" Ezra menoel kepala ku
Aku hanya tersenyum tanpa dosa
"Ngapain lo di sini. Dari tadi aku perhatikan lo mau negur takut salah tapi setelah ku perhatikan memang lo" tanya Ezra panjang
"Main lah cuci mata barangkali ada bule yang nyasar" aku menaikan alis ku dan tersenyum nakal
"Alah gaya lo. Mang udah berani sama cewek" tawa Ezra pecah
"Sialan lo berani lah" aku meninju lengan Ezra
"Widih kemajuan dong" timpal Ezra lagi
"Iya dong mang cuma lo doang yang bisa ganti cewek kaya baju" Ezra malah tertawa puas
"Udah yo cari tempat buat ngobrol biar enak" ajak Ezra
Aku dan Ezra mencari tempat buat ngobrol lebih lama.
Dan disinilah kita menikmati keindahan kota bali resto yang menghadap ke laut. Sungguh indah sore ini bersama teman lama berbagi cerita.



Akhirnya lanjut juga ini cerita.
Hehehe maaf ya lagi lanjut pusing dengan dunia nyata mau lanjut jadi lupa...
Terimakasih yang udah baca dan thanks ya yang udah vote....
Ditunggu vote dan komennya 😊



TBC............

Andai Hati Dapat Di TentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang