Bab 1

261 6 1
                                    




Mataku terbuka, kelopak mataku serasa bebas bagaikan sudah bertahun-tahun terpejam. Yang pertama kali kulihat hanyalah langit-langit warna putih, tetapi langit-langit kamar yang sungguh asing bagiku disertai sebuah bau asing yang agak pahitt. Di punggung tangan kiriku juga ada sebuah jarum kecil yang menembus kulit dan dihubungkan ke sebuah kantung berisi air bening.

Tiba-tiba saja pintu bergeser dan muncul seorang laki-laki tampan dengan ekspresi kaget bercampur senang dan takjub "Claire? Lo udah sadar? Yaampun akhirnya Claire, seminggu gue nunggu lo bangun dari coma and finally ternyata lo?"

"lo siapa?" kataku memotong perkataannya.

Laki-laki itu hanya diam menatapku dengan tatapan kosong seperti sedang mencerna apa yang baru saja aku katakan  dan ia hanya bisa merespon dua kata "maksud lo?".

"lo siapa?" jawabku dengan nada yg lebih tegas.

"Gue Mike" sahutnya.

Alisku bertaut, mataku menyipit mencoba mengingat-ingat laki-laki dihadapanku ini, tapi usahaku sia-sia. "Michael Cedric temen kecil Clarice  Madison yang biasa dipanggil Claire" tambahnya untuk memperjelas.

"Claire siapa?" tanyaku untuk ketiga kalinya.

Kali ini dia tidak sanggup mengatakan apa-apa, ia langsung memencet tombol yg ada di tembok atas kepalaku dan berlari keluar pintu seperti mencari sesuatu dan kembali membawa seorang pria tampan yang mengalungi stetoskop lengkap dengan sepatu putih, jas putih  dan untung saja tidak berambut atau berkumis putih.

Ia menghampiri ku, menempelkan bulatan besi tersebut ke bagian tubuhku dan seolah-olah stetoskop itu membisikkan sesuatu kepadanya. "Claire memang udah sadar dari coma, tapi berdasarkan hasil tes Magnetic Resonance Imaging, benturan dikepalanya membuat dia harus melupakan sebagian ingatannya.Dia masih bisa membaca, melakukan aktivitas sehari-hari tapi ada memori yang akan ia lupakan seperti keluarga atau bahkan dirinya sendiri. Karena benturannya ini masih belum masuk kategori parah, masih agak mudah untuk mengembalikan ingatan Claire. Hanya butuh peran keluarga dan tentunya peran dari orang-orang terdekat seperti kita ini." Kata sang dokter yang menyampaikan isi pesan dari stetoskopnya tersebut.

Laki-laki yang mengaku-ngaku Mike disebelah ku ini hanya bisa membeku dan terlihat jelas ada ketidak percayaan menyelimuti rautnya.

"hello" kataku sambil melambai-lambaikan tangan di depan tatapan kosongnya.

Bola matanya langsung berputar ke arahku, dan seketika itu juga ekspresinya berubah menjadi semangat menggebu-gebu "sekarang kita beres-beres dan gue anterin lo kerumah."

Selagi ia merapihkan barang-barangku, aku bisa melihat perjuangannya untuk menunjukkan sebuah keceriaan dibalik kekecewaanya tersebut.

Semakin kupandang senyum manis yang terbingkai di wajahnya, semakin kurasakan kehangatan , semakin kubayangkan seberapa beruntungnya aku menjadi Clarice Madison.

***

Sampailah aku ke depan gerbang tinggi yang secara sendirinya terbuka ketika mobil Mike sampai. Tampak sebuah rumah yang sangat megah layaknya istana kerajaan nirmala. Baru satu kaki kulangkahkan ke lantai, langsung kurasakan dinginnya lantai marmer yang berwarna coklat muda dengan guratan-guratan berwarna coklat tua.

"non, gak pake sandal? Sandal non warna merah ada di rak sebelah non" kata seorang perempuan tua yang berseragam pelayan rumah tangga.

"itu bibi noor , pelayan rumah tangga di rumah lo" kata Mike menjelaskan.

Aku hanya menaikkan alis dan menganggukkan kepala, langsung kugunakan sandal merah yang ditunjukkan bibi noor.

Aku melewati sebuah ruangan yang terdapat sofa putih, disertai TV yang super besar, lengkap perabotan dari kaca yang menghiasi seluruh sudut ruangan. Perabotan dari kaca tersebut membuatku bisa bercermin dan menyadarkanku bahwa inilah wajahku, Clairice Madison yang memiliki wajah persis dengan seorang anak perempuan yang ada di foto keluarga yang terpajang di ruang tersebut.

Mike mengantarku ke sebuah ruangan yang terdapat 3 buah biola tergantung diatas sebuah tempat tidur yang katanya itulah kamarku. Salah satu tembok tersebut dipenuhi seritifikat-sertifikat dan foto-fotoku mengikuti konser dan perlombaan biola.

Di salah satu sudut meja juga ada fotoku bersama Mike dan yang membuatku kaget adalah foto ku dengan dokter tampan yang memeriksa ku tadi. Dari foto tersebut terlihat jelas keakraban kami bertiga, dan foto tersebut sedikit memberiku jawaban akan pernyataan dokter di Rumah Sakit "Hanya butuh peran keluarga dan tentunya peran dari orang-orang terdekat seperti kita ini". Yang jelas kami bertiga mempunyai hubungan yang sangat akrab.

Ingin rasanya ku menanyakan semua hal tentang diriku ini kepada Mike. Tapi kuurungkan niatku untuk melakukan hal tersebut. Aku akan mencari tahu sendiri siapa diriku dan siapa Clarice Madison yang sesungguhnya.

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang