Pagi ini persis seperti hari kemaren. Aku berangkat sekolah bersama Mike, sampai di sekolah mengikuti pelajaran-pelajaran yg sama sekali tak aku mengerti apa itu. Bedanya aku tidak mengikuti kelas orkestra hari ini tetapi 3 jam tersebut diganti dengan les private bersama dengan guru biolaku. Dia ternyata adalah guru musikku sedari aku umur 9 tahun yaitu tepat setelah aku diadopsi oleh kedua orangtuaku. Aku memulai les biola ini benar-benar memulainya sedari nol, aku belajar bagaimana memegang, menggesek dan menghafalkan letak jari-jari nada dasar ditambah pelajaran not balok. Aku seperti sudah muak dengan ini semua. Dan lebih membuatku muak lagi adalah ternyata dalam 3 bulan ke depan aku akan terus melakukan kegiatan persis seperti hari ini.
Setelah kegiatan yang membosankan itu berjalan 3 hari, aku berharap hari ini akan berbeda dengan sebelumnya. Dan benar saja! Hari ini guru les biola ku sedang ada urusan keluarga mendadak di luar kota yang berarti aku bisa istirahat lebih cepat dari biasanya.
Ketika pulang sekolah hari ini, aku bertemu Rey "Hai Rey, kemana lo hari ini?"
Rey tetap terus berjalan tanpa mengacuhkan ucapanku.
"Rey hari ini gue free loh" walaupun tetap saja dikacangin, aku tidak pantang menyerah dan bertanya lagi untuk yang terakhir kalinya "Rey, boleh gak lo bawa gue ke tempat dimana gue bisa inget memori gue sama lo?"
"lo bisa gak sih..." Rey berhenti sejenak karena tatapannya terganggu akan puppy eyes yang tersungging di wajahku.
Mungkin karena sudah terhipnotis akan rasa kasihan, akhirnya Rey menarik nafas dan berkata "oke, gue jemput lo jam 6 malem ini di rumah dan kita pergi ke Fifth Avenue".
***
Sampailah kami ke sebuah jalan utama yang terkenal dengan pusat perbelanjaan bergengsi di tengah Manhattan. Kami mengunjungi butik Armani fifth Avenue, dan yang pertama kali membuat aku terkesima adalah desain ruangan yang begitu unik dan menarik. Terdapat sebuah tangga yang melingkar, menghubungkan lantai pertama sampai keempat.
Selagi aku terkagum-kagum akan arsitektur ruangan ini, Rey langsung menarik tanganku untuk melihat baju-baju new collection. Kami berdua sepakat untuk mengambil masing-masing sepasang pakaian untuk mencobanya di fitting room.
"hitungan ke-tiga keluar ya. satu dua tiga" Teriak Rey dari fitting room sebelah.
Kami berdua keluar tirai dan berjalan layaknya pasangan artis papan atas yang sedang berjalan indah di red carpet. Aku menggunakan dress hijau dihiasi dengan rumbai-rumbai putih dibawahnya dan ditutup dengan blazer bercorak leopard, di lain sisi Rey menggunakan skinny jeans biru muda dengan motif robek di bagian lututnya dan kemeja hitam dengan dua kancing teratas yang tebuka, didouble jas putih berkancing hitam, lengkap dengan scarf yang diikatkan di leher.
Disaat kami melirik baju satu sama lain, hanyalah tertawa lepas yang bisa terucap dari mulut kami karena tak sanggup menahan betapa anehnya dan tidak matchingnya pakaian kami berdua.
Tak disangka, ternyata tertawa kami itu cukup keras dan membuat pengunjung lain mengarah tatapan kepada kami. Kami tersadar akan tatapan orang-orang tersebut, tetapi kami tetap tertawa kecil walau sudah menahan tertawa sekuat mungkin. Satu hal yang lebih parahnya lagi yaitu, tak ada satupun pakaian yg kami beli, kami hanya menggunakan untuk bahan candaan. Jadi tak salah kalau sang pegawai toko hanya memasang wajah jengkel akan ulah kami.
Sudah lelah akan tertawa, kami keluar dari Butik tersebut dan berjalan menuju Food Truck berwarna kuning yang menjual waffle dengan berbagai macam topping.
"Banana nutella please" kata Rey kepada penjual, dia menoleh kearahku dan bertanya "lo apa? Chocolate Marble?"
Aku menatap menu yg tertempel di sisi truck tersebut, tak tahu kenapa, otomatis begitu saja aku menunjuk Strawberry and Cream.