Bab 4

54 4 0
                                    

Hari ini, akhirnya aku diperbolehkan masuk sekolah setelah dua minggu lebih menghabiskan waktu di Rumah Sakit. Aku berangkat bersama Mike, yang ternyata sedari dulu kami berdua memang selalu berangkat bersama dan diantar oleh Pak Charles, supir pribadi Mike. 

Kami di drop tepat di depan sebuah gedung yang bertuliskan Stuyvesant High School berbahan stainless dan berbackground hijau. Terdapat 4 tiang hitam yang berdiri kokoh dan diantara 2 tiang tengah tersebut adalah pintu masuk menuju dalam gedung. Terlihat anak-anak lain yang seumuran dengan kami, menggunakan baju bebas dan bertas ransel pastinya. Sebagian besar dari mereka bukanlah asli orang Amerika, tapi ada yang bermata sipit entah itu dari China, Jepang, Korea, ada yang bermata belok dan berhidung super mancung entah itu dari Arab atau India, dan hanya sebagian kecil yang merupakan orang Amerika asli. Seperti aku dan Mike ini, yang merupakan blasteran Amerika Indonesia. 

Sampailah aku ke dalam ruang kelas 11, aku bertanya ke salah satu anak "tempat gue dimana ya?" 

"disini" jawabnya sambil menunjuk kursi kosong yang berada pas di depan kursi yg sedang didudukinya. 

"Claire" sapaku sambil menyodorkan tangan kanan mengajak berkenalan. 

"Rey"  sahutnya sambil menjabat tanganku ini. 

"kok kayaknya muka lo familiar ya?" gumamku sambil berusaha keras berpikir siapa orang di depanku ini. 

"Oh iyaa gue ingett!!!! lo kan yang ada di foto kecil gue?"

 Rey hanya menjawab dengan anggukan kepala membenarkan. 

"dulu gue, lo, dan Mike kayak deket banget gitu. tapi pas udah mulai masuk High School, gue ga ngeliat foto kita bertiga sama sekali lagi, cuman ada foto gue dan Mike.

Lagi-lagi dia hanya menjawab dengan anggukan kepala mengiyakan.

"attention please" suara itu seketika membuat seisi kelas duduk rapih  di tempatnya masing-masing dan suasana kelas yang tadi sangat riuh seketika berubah menjadi hening. 

Pelajaran pertama di hari ini adalah pelajaran Matematika. Aku tidak bisa mengingat pelajaran tersebut sama sekali, yang teringat di kepalaku hanyalah pertambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dan tibatiba saja ada huruf x dan y yang harus kuhitung? 

***

Bell berbunyi pertanda saatnya lunch. Aku turun ke cafeteria dan mengantri makan siang hari ini. Hari ini makanannya cukup lezat yaitu French Fries dan Hotdog. Aku pun mencari-mencari tempat kosong dan akhirnya kudapati kursi kosong sebelah Rey "hai" sapaku. 

Bukannya menyapa balik atau mempersilahkanku duduk bersamanya, Rey malah bertanya "lo bener-bener ga inget gue siapa?"  

Aku langsung menggeleng tanpa berpikir panjang. 

Kami pun melanjutkan memakan makan siang kami masing-masing tanpa ada perbincangan sama sekali antara aku dan Rey. Dia terlihat sangat membatasi diri dan menjaga jarak denganku. 

***

Sepulang sekolah hari ini aku harus mengikuti kelas orkestra, padahal aku tidak ingat sama sekali bagaimana bermain biola bahkan memegangnya saja aku tidak bisa.

 Seorang laki-laki tua berambut putih yang ternyata merupakan pelatih orkestra kami berkata "kita hanya mempunya waktu 3 bulan untuk tampil dan membawakan lagu Zigeunerweisen karya Pablo de Sarasate di Lincoln Center of The Performing Arts" mendengar kalimat pertama dari pelatih kami tersebut, satu ruangan ini langsung riuh akan kekaguman semua murid. 

"apa kau tidak becanda Mr.lez?" tanya seorang murid yg membuyarkan suasana kegaduhan kelas. 

"menurutmu saja, masa iya aku membohongi kalian? oiya satu lagi, aku ingin Claire yang menjadi soloist biola di lagu ini". 

Aku yang sedari tadi hanya duduk diam dengan ekspresi datar tak mengerti apa yang mereka kagumi, tiba-tiba saja aku ditunjuk menjadi soloist biola? 

"Tapi aku..." 

baru dua kata yg keluar dari mulutku, Mr.Lez langsung memotong "Aku tahu, tapi aku yakin kau pasti bisa. gunakan waktu 3 bulanmu dengan baik ya" 

***

Akhirnya aku tiba di rumah jam 8 malam, setelah seharian menghabiskan waktu di sekolah. Mulai dari  mengikuti pelajaran matematika, kimia, bahasa jerman dll yang tidak aku mengerti sama sekali sedang membicarakan apa itu. Belum lagi saat kelas orkestra, aku hanya duduk diam melihat teman-teman ku latihan, padahal akulah yang seharusnya  latihan extra, karena aku adalah soloist biola yang ditunjuk untuk tampi di Lincoln Center. Hanya diberi waktu 3 bulan untuk persiapan? Bahkan untuk memegang biola saja aku tidak ingat. Apakah hidupku sedari dulu seperti ini? Sungguh melelahkan.

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang