*** Chloe Point of View***
Kami tiba di Brooklyn. Kami berdiri tepat di depan rumah, ragu-ragu untuk mengetuk pintu atau tidak. Tiba-tiba Claire keluar rumah menjinjing sekantong plastik sampah yang siap dibuang. Aku dan Claire bertatap muka. Aku seperti sedang bercermin. Apakah seperti itu rupaku saat orang lain melihatku? Sekarang aku tahu mengapa orang-orang memujiku 'cantik'.
Kini, aku dan Claire duduk di ayunan taman dekat rumah. Rey meninggalkan kami karena dia takut mengganggu. "Bagaimana kabarmu?", Claire angkat bicara.
"Apa maksud permainanmu ini, Claire?"
Claire terdiam sejenak, sepertinya ia menahan air mata yang berontak untuk keluar"Kau ingat saat terakhir kali kita pergi ke minimarket membeli coklat bersama? Kala itu, ada satu orang ibu dengan tiga anak laki-laki. Ibu tersebut bawa belanjaan yang sangat banyak dan kemudian belanjaannya jatuh. Kau menolongnya dan aku tetap duduk hanya melihatnya dari jauh. Salah satu anak laki-laki itu menangis karena coklatnya jatuh ke parit. Kau memberikan coklat yang kau punya. Dan sebagai gantinya, anak laki-laki yang satu lagi memberikan coklat miliknya. Anak laki-laki yang kau beri coklat itu adalah Mike. Sedangkan Rey adalah anak laki-laki yang memberimu coklat. Lalu kemana satu anak lagi? Dia Calvin, menghampiriku dan memberiku setengah coklat miliknya. Jelas saja aku tolak mentah-mentah. Kenal saja tidak, dia langsung memberiku coklat. Lagian aku juga sudah punya coklatku sendiri, walau jauh lebih kecil dari yang ia punya. Dan siapa ibu-ibu itu? Dia adalah ibu angkatku di manhattan."
Aku mencoba mengingat-ngingat kejadian itu, "Dan ternyata belanjaan itu adalah makanan untuk dibagikan ke panti asuhan kita?"
Claire membenarkan, "Betul sekali. Lalu ibu itu bertemu denganku, dia mengira aku adalah kau yang menolong merapihkan belanjaannya tadi. Rey dan Mike merayu ibu untuk mengasuhku. Akhirnya hari itu juga aku pindah ke manhattan."
Sekarang aku sadar mengapa Claire tidak ingin aku antarkan ke ibu angkatnya saat itu. Aku juga sadar mengapa Claire memasang wajah gugup, berkata terbata-bata saat aku ingin melihat ibu angkatnya.
"Aku ingin kembali ke kejadian itu dan memberi tahu mereka bahwa kau lah yang mereka maksud, bukan diriku. Saat itu aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bisa hidup enak. Dan benar saja, aku tinggal di rumah yang mewah, tidur di kasur yang super nyaman, sekolah di sekolah yang besar. Tapi ternyata itu tak seindah yang aku bayangkan. Aku hidup penuh dengan rasa tidak ingin kalah dari yang lain. 8 tahun hidupku kubuang sia-sia hanya untuk berusaha agar menjadi lebih baik dari orang lain. Memang benar, tidak ada orang yang mengalahkanku. Tapi aku sudah sibuk dengan duniaku sendiri. Aku tidak punya teman."
"Tapi kau punya Mike, Rey dan Dokter Calvin"
Claire tertawa kecil mentautkan alis, "Rey katamu? Bahkan aku kehilangan Rey. Lagi-lagi karena keegoisanku. Sejak aku dapat alamatmu dari Calvin, aku sering mengunjungimu di tempat ini. Melihat kau punya keluarga yang begitu hangatnya. Tak jarang aku mengikutimu ke sekolah. Aku melihat kau punya banyak teman perempuan di sekolah, bersenda gurau dengan mereka. Bagaimana bisa ibu dan ayah tidak mengetahui bahwa aku bukanlah Chloe? Aku berterimakasih pada Emma. Emma yang menyembunyikanku identitas asliku selama ini."
Emma tinggal di panti asuhan yang sama denganku dan claire saat itu. Sekitar dua tahun setelah Claire pindah ke manhattan, aku dan emma diadopsi oleh ayah dan ibu. Malam dimana aku dan Rey berjalan mengelilingi Fifth Avenue, sepulang dari Rockefeller Center, aku ingat ada kejadian kecelakaan mobil dan seorang anak yang lebih kecil dariku memanggilku Chloe. Ya, dia adalah Emma. Aku dan emma pergi mengitari fifth avenue dan saat aku sedang menyeberang aku melihat Claire tepat di seberang jalan menatapku. Langkahku terhenti di tengah zebra cross pejalan kaki dan "braakkk". Aku tidak ingat apa-apa lagi sampai pada akhirnya aku bangun di rumah sakit atas nama Clarice Madison
"Lalu apa yang kau inginkan sekarang?", aku bertanya lemas
"Aku ingin mengubah identitasku. Aku lelah menjadi Claire. Aku akan menjadi Chloe yang hidup di rumah sederhana karena memang seharusnya inilah hidupku".
Aku tak kuat meneteskan air mata. Benarkah dia Claire saudaraku? Seperti inikah perjumpaan kita setelah 8 tahun berpisah? Aku berharap bisa bertemu sapa dan berpelukan dengannya penuh kehangatan. Air mata yang seharusnya penuh haru akan kerinduan yang terbayar, tergantikan dengan air mata sakit hati akan keegoisannya.