Bab 6

71 4 0
                                    

Deja Vu. Mungkin dua kata itu yg bisa mendescribe kondisiku sekarang karena lagi-lagi aku terbangun di Rumah Sakit dengan langit-langit dan bau ruangan yang sama. Tetapi ada yg berbeda dengan kali ini, di sebelahku terlihat ada Rey yang tertidur pulas. Aku mencolek siku rey dengan jari telunjukku "Rey Reyy Reeey".

Setelah 3 kali aku memanggilnya barulah rey terbangun dari tidurnya "ya claire? lo udah baikan?" 

Aku memberikan senyum lebar pertanda aku baik2 saja. 

Dokter Calvin masuk ke ruanganku "gimana keadaanmu Claire?".  Suasana tenang di ruangan ini pecah akan dering telfon handphone Rey "gue keluar sebentar ya" lalu rey melanjutkan bicara di telfon dan berjalan menuju pintu keluar ruangan. 

Dokter calvin mengulang pertanyaannya "Claire, jadi gimana keadaanmu sekarang?" 

"baik" jawabku tanpa dipikir panjang. 

"coba jelasin gimana kejadiaannya ampe kamu bisa jatuh pingsan kaya tadi malem" 

"hmmm, jadi tadi aku liat pejalan kaki yang lagi nyebrang dan hampir ditabrak, tiba2 aja kepalaku sakit banget dan aku kayak nginget sebuah kejadian kecelakaan persis di tempat tadi dan aku denger ada anak kecil, bukan anak kecil sih tapi skitar 3 atau 4 tahun lebih muda dari aku dan dia manggil aku dengan nama Chloe" 

Dokter Calvin tidak menunjukkan wajah kaget tetapi malah menunjukkan sikap tenang "jangan pernah cerita ke siapa2 dulu tentang apa yang kamu inget ini ya, takutnya Mike dan Rey malah salah paham. Cukup cerita ke aku aja ya claire" 

Aku sebenarnya tidak paham maksud Dokter Calvin, tapi aku hanya menganggukan kepala mengisyaratkan aku mengerti.

"Claire, gimana keadaan lo?"  tanya Mike dari arah pintu masuk dengan suara kelelahan seperti habis lari marathon 1500m. 

"satu lagi orang nanya hal itu, dapet piring cantik" sahutku kepada MIke. 

Sepertinya Mike tidak membutuhkan jawaban akan pertanyaannya lagi, karena sudah jelas dia melihat sendiri bahwa kondisiku kini baik-baik saja

"Vin, Claire boleh sekolah kan hari ini?" tanya Mike memastikan.

"hmmm, boleh"  gumam dokter Calvin. "aku balik duluan ya claire. Mike, gue balik ya, ada yg harus gue urus. Jaga Claire baik-baik"  tambah dokter Calvin sambil menepuk bahu Mike dan meninggalkan ruangan. Sekarang hanya tertinggal aku dan Mike. Aku melirik2 ke arah pintu, menunggu Rey yang tak kunjung kembali masuk ke ruangan. 

"dimana Rey? kok ngangkat telfon lama banget?"  tanyaku penasaran sambil menatap pintu keluar.

"Rey udah pulang, lagian, tadi dia ngangkat telfon dari gue" Jelas Mike kepadaku

Aku menghembuskan nafas dan bergumam "kok dia gak pamit sih"

***

Aku dan Mike pun berpisah ke kelas kami masing-masing. Sampai aku di depan kelas Mike berteriak dari ujung koridor "Claire"

Aku langsung menoleh ke arah Mike. 

"Jangan lupa nonton gue basket, hari ini pulang sekolah ya" tambahnya sambil berteriak dari ujung koridor. 

Aku hanya menjawab dengan acungan jempol dan tersenyum lebar mengiyakan

Sampai dalam kelas aku berlari kecil ke arah mejaku "HEEYY" teriakku sambil memukul meja Rey yang berada tepat di belakang kursiku. Rey yang tidur dengan membaringkan kepala di atas meja, menjadi terbangun dan menoleh ke arahku. 

Aku duduk memutar kursiku sehingga aku duduk menghadap belakang, lalu memangku wajah dengan kedua punggung tanganku. "Kenapa lo tadi balik gak pamitan? Oiya kemaren lo mau ngomong apa ya di trotoar?" 

Rey langsung memasang earphone di kedua telinganya dan melanjutkan tidur. Aku mencopot earphone di telinga sebelah kirinya dan memasang earphone tersebut di telinga sebelah kananku. "lo gak dengerin lagu apa-apa?"

Rey mengangkat kepalanya dan menatapku. Aku mengambil ujung earphone yang ternyata tidak dihubungkan ke handphone sama sekali dan berkata dengan penuh kemenangan "woahhh, ketahuann"

Rey yang sedari tadi hanya menunjukkan ekspresi tidak enak seperti merasa terganggu, kini ada seulas senyum tipis yang tersungging di bibirnya. 

"attention please" lagi-lagi suara yang selalu menjatuhkan moodku di setiap paginya itu datang.

***

Sepulang sekolah aku memasuki lapangan basket indoor dan menonton pertandingan basket antar tim sekolahku dan sekolah lain yang tak aku tahu namanya. Aku hanya duduk sendiri menonton Mike dan akan berteriak tepuk tangan ketika dia berhasil memasukkan bola ke ring. Karena Mike adalah pemain yang selalu berhasil mencetak point, jadi ya tidak salah jika leherku sakit dan suaraku hampir habis. 

Pertandingan selesai dan dimenangkan oleh tim sekolahku dengan pencetak point terbanyak adalah Mike. Ternyata, Mike adalah Most Valuable Player tim basket sekolahku ini, maka tak aneh kalau saja selama pertandingan berlangsung, sebagian besar penonton meneriakkan nama Mike. 

Sementara penonton keluar ruangan, aku tetap duduk tidak beranjak menunggu Mike selesai berbilas. Baru 20 menit berlalu, lapangan dan kursi penonton sudah kosong tak tersisa satu manusia pun terkecuali aku. Untung saja tak lama kemudian akhirnya Mike menghampiriku "sorry lama".

Aku mencium wangi khas parfurm Mike dan bergumam "hmmm, wangi kemenangan"

Mike hanya tertawa kecil sambil membuka tutup sekaleng coca cola dan memberikannya kepadaku. "buat gue? gue bisa buka sendiri kok btw"

Sambil meminum minuman kepunyaannya dia berkata "lo dulu paling takut buka minuman bersoda, dan gue deh yang selalu harus bukain. Jadi ya gue udah otomatis bukain tanpa disuruh" jelas Mike. 

Aku mengambil bola basket di sebelah Mike dan membawanya ke tengah lapangan. Aku mencoba menembak bola ke ring dan hasilnya ternyata lemparanku meleset sangat jauh dari ring. Aku berlari mengambil bola tersebut dan mencoba melemparkannya lagi ke ring dan nyatanya setelah sekitar 6 kali aku berusaha, tak ada satupun bola yang paling tidak, nyaris masuk ke ring. Mike turun  dari bangku penonton, mengambil bola dan dengan hanya shoot sekali, bola tersebut masuk dengan sempurna ke ring.

"woaaahhh, MVP"  teriakku terkagum-kagum sambil tertawa kecil meledek.

Mike menghampiriku dan mengajariku dari belakang "kaki buka selebar bahu" katanya sambil menggeser kakiku lebih lebar dengan menggunakan kakinya. "pegang bola dengan kedua telapak tangan sampai membentuk huruf w" tambahnya sambil membenarkan posisi tanganku. "lutut tekuk dikit, badan condongin, dan shoot"

Dan benar saja, aku berhasil memasukkan bola ke ring. Sebenarnya, bukan aku tetapi Mike lebih tepatnya, karena Mike lah yang memegang tanganku dan menembak bola tersebut ke ring.  

"sekarang coba rebut bola ini dari gue" ajak Mike sambil mendribble bola. 

"siapa takut" jawabku sambil mencoba merebut bola tersebut dari tangan Mike. 

Ya, ternyata tak mudah untuk hanya merebut bola tersebut dari tangannya. Aku memang tidak bisa merebut bola tersebut dari Mike, tetapi aku masih bisa merebut hatinya bukan?


Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang