Chapter 2 : Mirror

155 19 0
                                    

Daniel POV
Kutapakkan kakiku di lantai kaca. Hanya ada kaca, kaca dan kaca disini dan dengan kata lain ruangan ini dipenuhi oleh kaca setinggi badanku.

Kupandang pantulan diriku dalam permukaan kaca di sebelahku. Tampak seorang pemuda berambut coklat gelap acak-acakan, kulit putih pucat, mata merah tajam dan kaus hitam penuh keringat. Itukah aku?

Ya, itu aku.

Namaku Daniel Pearce, 25 tahun. Lahir di London 20 Mei 2000. Selain itu aku tidak ingat.

Seingatku, sebelum aku berada di sini aku bekerja di sebuah perusahaan bernama 'E-Pasce' dan berada di bawah pengawasan professor botak berjanggut yang aku lupa namanya.

Lalu ingatan itu mucul lagi.

Professor botak berjanggut, Tabung kaca, Air, Panel-panel kontrol, Lubang kunci, Komputer, DNA, dan.. Listrik!

"Uhh.." aku memegangi kepalaku, nyeri rasanya bila ingatan itu datang. Aku harus segera keluar dari sini.

Akupun mulai menyeberangi ruangan. Setelah beberapa langkah berjalan aku berhenti. Sejauh ini tidak ada hal aneh yang terjadi. Tapi aku harus tetap waspada terhadap sekitar.

Aku berjalan lagi beberapa meter ke depan. Saat itu aku merasakan kejanggalan. Kemudian aku mendengar suara yang tidak lazim.

GrETT..GrEET..

Suara benda-benda tajam saling menggesek. Tiba-tiba kaca di samping kanan dan kiriku bergerak-gerak lalu mengarahkan sisinya yang tajam keluar.

Itu kemudian berputar bergabung dengan yang lain dan mengelilingiku dengan ujung tajamnya itu.

Ada lebih dari belasan kaca jahat yang mengelilingiku. Bagaimana ini? Satu gerakan kecil saja sudah dapat membunuhku.

Apa zaman ini begitu modern sampai kaca-kaca bisa bergerak? Tidak, tidak mungkin.

Aku ingin mengetahui apakah ini hanya hologram, halusinasi ataukah tekhnologi sungguhan. Aku mengulurkan tangan ke ujung kaca tersebut dan..

Cess..

Jariku tergores dan meneteskan darah merah segar. Aku terkejut. Kuharap ini hanya mimpi dan aku akan segera bangun. Kututup mataku.

Sedetik.

Dua detik.

Tidak ada yang terjadi.

Tiga detik

Empat detik.

"Sialan! Tidak terjadi apapun!" Gumamku.

Baiklah ini saatnya untuk kembali ke kenyataan. Tiba-tiba kaca-kaca itu bergerak memutariku membentuk pusaran. Pusaran itu bergerak semakin lama semakin cepat dan mendekat.

Ini tidak bagus. Aku telah terkepung. Apa yang harus kulakukan?

Celah.

Di antara kaca-kaca itu ada sebuah celah kecil. Aku harus melewatinya sebelum itu semakin kecil.

Aku menarik napas lalu menahannya. Kulewati celah itu dengan hati-hati. Ternyata ada sekitar 5 baris kaca yang harus kulewati. Jangan lupa bahwa kaca itu masih bergerak. Ini tidak mudah bagiku.

Di antara baris kaca, sepintas aku melihat wajah seseorang tersenyum licik dari salah satu kaca. Wajahnya terkesan familiar tapi aku tidak tahu namanya.

Aku menggunakan celah itu untuk melarikan diri. Aku segera berlari saat kaca-kaca itu sedikit menelan. Berlanjut ke baris yang berikutnya, berikutnya, dan berikutnya.

Aku bersyukur memiliki keberuntungan dan dapat lolos dengan cepat dan mudah.

Kulihat kaca-kaca itu menjadi semakin cepat dan semakin dekat sehingga bertabrakan dan kemudian pecah berkeping-keping.

"Kurasa kau yang mendesain ini harus banyak belajar tentang sensor gerak," teriakku menghadap langit-langit.

Tak lama terasa sebuah gempa di sekitarku. Ternyata itu adalah lantainya. Lantai-lantai kaca itu bergerak. Ada yang naik ada yang turun.

Lantai yang kupijak bergerak naik. Seakan-akan hendak menyatukanku dengan langit-langit.

Aku segera berlari dan menghindari lantai yang bergerak turun naik. Aku sempat terjebak di satu lantai yang dikelilingi lantai yang bergerak turun. Akupun melompat jauh sampai ke seberang.

Segera kubuka pintu ke ruangan selanjutnya dan memasukinya.

—YuukiNaura—

ESCAPE - It Just BeginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang