Chapter 9 : Math Lovers

73 12 0
                                    

Daniel POV
Di sinilah aku. Mengerjakan soal-soal matematika dari yang anak TK pun bisa sampai yang sesulit memahami perasaan wanita.

Aku telah melupakan mimpi yang baru saja kualami. Mimpi aneh bersama gadis manis yang 'mungkin' aku kenal.

Setiap aku berjalan 5 langkah, pasti ada soal lain muncul. Jika aku tidak bisa menyelesaikannya maka aku akan di coret dengan sebuah cat permanen.

Aku mencoba menjawab asal. Mungkin ini bisa berha...

SrETT

Sialan! Leherku dicoret dari belakang!

Kulihat ke kanan. Ke arah Kazu.  Ia tidak mendapatkan kesulitan apapun. Malahan ia hampir sampai duluan.

  Kulihat ke kiri. Ke arah Sugu. Ia masih tertinggal jauh di belakang. Dengan banyak coretan tentunya.

  "Hei otak udang! Ayo cepatlah!" Panggilku usil. Aku tidak tahu kenapa tapi aku sangat suka mengganggunya.

  "Kau..." katanya menggantung sekaligus mengancam.

  "Tenang saja Sugu," kata Kamu yang berada di depan, "rintangan ini tidak berbahaya sama sekali. Hanya saja kalau salah kita akan di coret."

  "Hei! Kukira tadi kau hanya bilang bahwa kalau tidak bisa menjawab tidak boleh lewat!" Protesku.

  "Memang," kata Kamu santai sambil menjulurkan lidahnya dan maju sedikit demi sedikit.

  "Paling tidak ini tidak akan membahayakan nyawa ya kan?" Tanya Sugu mulai menjawab ngawur.

  "Iya, tapi memangnya kamu mau kita penuh coretan selama perjalanan?" Tanyaku sinis.

Sudah kubilang aku suka sekali mengganggunya.

Crett

Kena lagi! Ya ampun, tidak bisakah aku kabur dari semua ini? Aku sangat membenci matematika!

"Daniel," sapa Sugu.

Aku menoleh ke kiri. Sugu berada di sebelahku. Ia memiliki cukup banyak coretan.

"Tehee..." senyumnya jahil.

Aku memandangnya datar. Baru kali ini aku menemui orang sepertinya.

Atau aku sudah pernah menemui yang lainnya dulu tapi aku tidak ingat?

Aku tidak tahu persis.

Hanya saja pemikiran ini membawaku kembali ke mimpi anehku. Mimpi yang mirip dengan sebuah memori masa lalu.

Masa laluku.

"Daniel!" Teriak Sugu.

Aku tercengang. Dia berani penuh coretan asalkan dapat mendahuluiku.

Aku juga mulai maju, menjawab soal-soal yang semakin lama semakin rumit dan tidak jelas.

Lalu aku mempunyai sebuah pemikiran. Sebuah ide, yang cukup gila.

Karena soal-soal muncul saat langkah kelima aku berjalan, bagaimana jika aku meloncat sampai ke pintu selanjutnya.

Mungkin tiga atau empat kali loncatan, pokoknya kurang dari lima.

Gila? Tentu saja.

Tempatku berada sekarang masih setengah lebih sedikit ruangan. Masih cukup jauh memang, tapi apa salahnya mencoba?

Aku sedikit menggeser kaki kiriku mundur. Mengambil ancang-ancang untuk meloncat.

Ahaha aku jadi teringat kejadian di ruangan jurang-dengan-tali-menggantung, aku juga mengambil ancang-ancang seperti ini.

Tetapi kini situasinya berbeda.

Kulihat Sugu berada di depanku. Berjalan dengan hati-hati dan menunggu munculnya soal.

Aku tersenyum kecut. Apa yang akan Sugu katakan jika aku nanti terjatuh saat meloncat? Ah, aku akan berusaha untuk tidak peduli.

Aku meloncat sekuat tenaga. Aku merasakan kepalaku sedikit pusing dan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

Untuk sepersekian detik, aku merasa seperti melayang di udara. Keren.

Kemudian aku mendarat dengan keren juga. Aku beberapa centimeter di depan Sugu yang sedang menjawab soal.

Kuduga soal itu mudah karena ia tidak dicoret. Ia menganga melihatku. Kurasa ia terkesan.

Aku mengerling ke arahnya. Ia pura-pura muntah. Aku tidak peduli.

Aku mulai mengambil posisi ancang-ancang. Dan meloncat lagi.

Loncat. Loncat. Loncat.

Sial, itu loncatan kelimaku. Sebentar lagi aku akan di berikan soal.

Tapi masa bodoh dengan itu semua. Aku sudah sampai!

Kazu hampir sampai, ia tinggal menyelesaikan satu soal lagi dan akhirnya akan menyusulku di sini. Kazu sangat hebat, ia hampir tidak memiliki coretan.

Sugu tertinggal di belakang. Tak lama setelah Kazu sampai, Sugu sampai. Penuh dengan coretan tentunya.

Aku membuka pintu dengan kunciku sambil mengejek Sugu, "hai otak udang, bagaimana ulangan harianmu? aku tahu... kau pasti ranking pertama kan? Tapi dari akhir, haha."

Sugu masih terdiam. Kazu berlagak tidak peduli. Aku memutuskan untuk melanjutkan, "kau tahu? Aku juga tidak pintar, tapi aku ini cerdik, aku mengalahkan setiap ulangan."

"Ya, ya, aku tahu kau bisa dengan mudah mengontrol Agility DNAmu walau tidak semahir onii-chan. Kau mencurangi setiap rintangan," gerutu Sugu.

"Ajili apa?" Tanyaku tidak mengerti.

Sungguh kawan, aku benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakannya.

"Lupakanlah, ayo kita maju!" Kata Kazu mengalihkan pembicaraan.

Cklek!

Readers, bagaimana ceritaku yg ini menurut kalian? Vomment please!
-YuukiNaura-

ESCAPE - It Just BeginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang