Daniel POV
Satu kata untuk ruangan ini. Surga.Kelopak bunga mawar berwarna merah muda berjatuhan bak hujan bunga. Harum merebak ke seluruh ruangan.
Terdapat meja makan yang sangat panjang, di atasnya ada berbagai macam makanan dari penjuru dunia. Ada steak, sup, buah-buahan, sashimi, tom yum, spagetti, burger, sayur lodeh, jengkol dan masih banyak yang lainnya.
Makan.
Aku telah melupakan hal yang terpenting dalam hidup seorang manusia. Aku hanya berpikir bahwa keluar dari sini adalah satu-satunya cara untuk hidup.
Tes...
Tes...
Testestestestestes...
Aku spontan menoleh ke arah Sugu. Ia sedang menggumamkan kata 'makanan' dengan air liur menetes deras seperti air terjun Niagara.
"Su..sugu?! Sejak kapan kau menghasilkan air terjun?" Tanya Kazu heran.
Sugu terkejut dan membersihkan air liurnya dengan pergelangan tangan. "Yosha! Ayo kita masuk ke dalam!" Ujar Sugu bersemangat.
"Sugu. Tunggu," Cegahku.
"Ada apa lagi sekarang?" Balasnya muak.
"Ini sudah pasti jebakan. Ini bukan zona netral," jelas Kazu.
Jebakan. Ya, bisa saja makanan-makanan itu adalah racun.
"Hei kalian..." terdengar sapaan lembut dari atas.
Itu adalah bidadari! Bidadari itu sangat cantik, hampir saja aku tergiur karenanya. Bidadari itu memiliki sepasang sayap yang putih dan indah seperti merpati.
Bidadari yang menyapa kami tadi memakai baju khas maid. Dress hitam berenda dan celemek putih polos. Kulitnya putih mulus dan badannya langsing sempurna.
Testestestestestes...
Kini air liurku yang mengalir deras.
"Hihihihi, ayo duduk dan makanlah sepuasmu," kalimatnya layaknya ajakan yang amat menggoda.
Aku dan Sugu yang sedari tadi mengalirkan air liur tanpa sadar menurut pada bidadari tersebut.
"Su..Sugu! Daniel! Kalian mau ke mana? Itu adalah jebakan! Hei Daniel, kau mengerti maksudku bukan? Tunggu!" Teriak Kazu.
Aku tidak memperdulikan teriakan Kazu dan tetap berjalan mengikuti sang bidadari. Aku seperti terhipnotis olehnya.
Kazu mulai mengikuti kami sebal. Aku duduk di sebuah kursi dari belasan kursi yang ada. Kursi-kursi ini sangat mewah dan terbuat dari kayu berkualitas yang dipoles sebaik mungkin.
Sugu dan Kazu duduk di sebelahku. Mata Sugu bersinar-sinar sementara Kazu memalingkan wajah, ngambek.
"Ayo makanlah... jangan sungkan-sungkan," rayu bidadari berkulit hitam manis dan berambut keriting.
Aku baru menyadari bahwa ada banyak bidadari-bidadari cantik lainnya yang berterbangan di atas meja makan.
Entah kenapa mood makanku masih tidak ada.
Sugu malah sebaliknya. Ia langsung mengambil sendok terdekat dan mengisi mangkuknya dengan sup daging.
"Ittadakimaasu!" Seru Sugu. Tapi saat Sugu hendak memasukkan makanan itu ke mulut, Kazu mentackle makanan itu.
"Kau mau mati hah?! Sudah kubilang ini jebakan!" Kata Kazu.
"Ini bukan jebakan..." ujar salah satu bidadari yang terbang lewat.
Ini semakin mencurigakan. Tapi lain dengan Sugu, "tuh kan katanya bukan jebakan."
"Dasar payah kau Sugu!"
"Onii-chan yang payah! Ini makanan dan bukan jebakan, lihat! Tidak ada jaring atau perangkap."
"Berhentilah kalian berdua," leraiku.
"Kau tidak percaya?! Baiklah mari kita lihat!" Lanjut Kazu.
"Kazu berhentilah."
"Apa kau juga tidak mempercayaiku Daniel? Baiklah, lihat ini!"
Kazu mengambil sebuah apel merah segar. Lalu dia menarik sayap salah satu bidadari.
"Hei!" Teriakku.
Kazu mengacuhkan teriakanku dan memaksa bidadari itu makan apel yang diambilnya. Bidadari itu memberontak tapi Kazu sungguh-sungguh memaksanya.
Tidak terjadi apapun.
"Ahahaha tidak terjadi apapun kan? Sudah kubilang..." ucapan Sugu terputus karena suara lengkingan tinggi dari bidadari tadi.
"TiDAAAAAAAAAAAAK....!!!!"
Aku sendiri terkejut dan segera memandangi bidadari itu. Bidadari itu seketika berubah menjadi sebuah apel merah segar seukuran manusia dewasa yang menggiurkan.
Seketika keadaan di sekitar berubah menjadi suram, kelam dan mencekam. Bunga-bunga yang berjatuhan berhenti. Bidadari lain yang berterbangan berhenti dan menatap lurus ke apel merah besar yang mengapung di udara.
Tiba-tiba semuanya berubah. Kelopak mawar merah muda yang berguguran kini menjadi hitam. Bidadari yang lain sayapnya berubah menjadi seperti kelelawar hitam dan mulai bertingkah aneh.
Bidadari-bidadari itu melesat cepat dan mulai memakan apel merah besar itu rakus. Mereka makan terlalu lahap sehingga aku banyak kehilangan nafsu makan.
Ternyata isi dari apel itu bukanlah 'apel' pada umumnya melainkan cairan abu-abu dan tulang belulang. Sugupun muntah.
Para bidadari yang asyik makan tersebut serentak menatap ke arah kami bertiga.
"Lari!!!" Perintahku kepada Kazu dan Sugu.
Kami berlari sekuat tenaga. Bidadari mengerikan itu mengejar kami. Aku melempar kursi-kursi yang kulewati ke belakang. Banyak bidadari yang terkena kursi karena perbuatanku. Banyak yang tersingkir, tapi masih banyak yang tidak.
Aku membuka pintu dengan kunci lalu menutupnya terburu-buru. Aku sungguh tidak tahu apa yang ada di balik pintu tersebut...
—YuukiNaura—
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE - It Just Begin
Abenteuer[HIATUS] Daniel Pearce, 25 tahun. Lahir di London 20 Mei 2000. Terbangun di sebuah gedung yang berisi 100 ruangan penuh rintangan. Ia harus melewati semua ruangan untuk mencapai ruangan terakhir dan paling dasar agar bisa keluar dari sana. Belum lag...