Daniel POV
Kami sedang berkeliling, kami mencari sebuah lubang yang memiliki tangga untuk turun ke ruang selanjutnya.Setidaknya itulah yang dikatakan Kazu.
Sebuah tangga menuju ke bawah dan semacamnya. Tertutup seperti selokan.
Aku bahkan tidak ingat apa itu selokan.
Kami mencari di setiap sudut ruangan. Ruangan ini mirip hutan. Penuh pepohonan, dahan dan daun kering, kicau burung, bahkan aku bisa mendengar suara sungai di sebelah kiriku.
Kazu membuka-buka setiap semak-semak yang ada. Sedangkan Sugu sedang berusaha mencari sesuatu di dasar sungai.
Hanya aku yang tidak melakukan apapun. Aku hanya menendang-nendang dedaunan kering yang berada di jalanku.
...
Aku mendengar sesuatu. Sesuatu yang tidak kuketahui.
...
Apa ini hanya dugaanku saja atau di balik pohon memang ada seekor kijang? Mungkin ini hanya dugaanku tapi aku benar-benar melihat ekor kijang di balik pohon itu.
Aku melirik ke kanan dan ke kiri. Kazu datang menghampiriku dan menepuk bahuku seolah bertanya 'ada apa sebenarnya?'
Aku menunjuk kijang itu dan berdesis, "ssh... ada kijang."
Aku dan Kazu menghampiri dengan cara mengendap-endap. Aku merasakan ketegangan meliputi ragaku.
Tiga langkah lagi kami akan berhasil menangkapnya. Aku segera menyiapkan pisau lipat dan bersikap waspada.
Sedikit lagi. Sedikit lagi aku pasti...
"Hei kalian berdua! Lihat apa yang aku temukan!" Teriak Sugu.
Oh tidak, hilanglah sudah kesempatanku membantai hewan malang ini.
Dan benar saja, ekor kijang itu terangkat. Menandakan tingkat kewaspadaan yang tinggi.
Ah masa bodoh, aku akan tetap menangkapnya. Aku ingin berlari tapi—
Hewan itu tiba-tiba berbalik dan memperlihatkan seluruh bagian tubuhnya.
Hewan itu memiliki dua kaki belakang seperti kijang. Dua cakar tajam sebagai kaki depan layaknya elang. Badannya sebesar beruang madu dan berwarna cokelat gelap. Dan kepalanya! Kepalanya berbentuk seekor singa jantan dengan surai lebat!
Aku ketakutan. Nyaliku ciut seketika. Aku lebih takut lagi jika ternyata makhluk itu bisa sihir, tapi itu tidak mungkin. Yang benar saj—
Untuk kedua kalinya kalimat di dalam pikiranku terpotong.
Makhluk itu membuka mulut singanya lebar-lebar dan, kukira dia akan mengaum.
Dzingg!!!
Sial! Singa itu mengeluarkan cahaya laser yang membakar! Kalau ini sih lebih merepotkan dari sihir.
Kazu dengan cepat bertindak. Dia menatapku dengan pandangan kau-alihkan-perhatiannya, aku mengangguk dan diapun berlari menghampiri Sugu.
"Hei! Ekor kijang! Ayo kejar aku kalau kau berani!" Teriakku sambil mengejek dan menepuk pantat.
Kuharap itu berhasil menarik perhatiannya. Dan itu memang berhasil.
Dia—makhluk itu mulai mengejarku.
Aku berlari menuju arah yang berlawanan dari Kazu dan Sugu.
Hewan itu mengejar dengan keempat kakinya yang berbeda-beda. Kaki depannya yang mirip cakar elang sangat tidak membantunya dalam berlari, buktinya dia sering menabrak pohon di sekitar.
Aku berlari dan begitu melihat tembok cokelat di depanku aku ingat bahwa ini masih berada di dalam ruangan.
Aku bersiap untuk melakukan belokan tajam. Mencoba membuat binatang aneh itu menabrak.
Seett...
Yeayy! Berhasil, apakah dia tertabrak?
Kulihat makhluk itu berhenti tepat lima centimeter di depan tembok dan memutar badannya 90° seperti robot. Lalu melesat secepat kilat.
Cih! Tidak ada pilihan lain, aku harus menghampiri Kazu dan Sugu. Sekarang juga.
Aku berlari sekencang yang kubisa. Lalu di tengah-tengah lariku, ada sesuatu yang keras dan mencuat di jalan.
Gedebukk!!!
Hah? Apa ini? Apakah ini yang dari tadi kami cari? Ini sangat mirip dengan yang dikatakan Kazu.
Tapi ini bukan waktunya untuk itu. Hei! aku terjatuh disini.
Makhluk itu mendekat. Sangat dekat. Oh tidak, inilah akhirnya.
Ptakk!
Batu! Ada yang melemparkan batu ke arah makhluk itu. Ini kesempatanku, aku cepat-cepat lari dan bersembunyi di semak belukar.
Binatang berbadan beruang itu kelihatan marah dan bingung, dia kehilangan aku karena seseorang yang melempar batu.
Tunggu, siapa tadi yang melempar batu?
"Pergi! Pergi! Jangan dekati aku!"
Sugu.
Dia melangkah mundur. Semakin mundur dan mundur. Makhluk itu semakin maju. Langkahnya besar-besar, tak lama Sugu pun terpojok.
"Tidak! Jangan dekati aku!" Teriaknya.
Sugu hampir mencapai batasnya. Ia begitu ketakutan, sedangkan aku tidak bisa melakukan apapun. Dimana Kazu?
Makhluk aneh itu membuka rahangnya dan bersiap mengeluarkan sinar lasernya.
Sugu merapat ke tembok. Tanpa sengaja sikunya menggeser suatu tuas dan tiba-tiba tembok di belakangnya terbuka.
"Kyaaaa....!!!" Sugu terjungkal ke belakang dan terjatuh di lubang yang menganga di dalam tembok yang terbuka.
Ada yang berlari. Kazu.
"Sugu!!!" Panggil Kazu.
Aku tidak tahan, kucabut pisauku dan menyerang makhluk itu secara brutal dari belakang.
Makhluk itu baru saja menoleh saat aku menancapkan pisauku ke lehernya. Darah mengalir deras saat kucabut kembali pisauku dan menyimpannya.
"Kazu, aku menemukan sesuatu yang kita cari dari tadi," kataku.
Kazu memandangku dengan pandangan yang kosong.
Kutepuk pundaknya dan bilang, "hei, kita harus pergi."
"Ta..pi Su..Sugu," katanya. Matanya menitikkan air mata bening.
"Ayo, kita jemput dia," anakku dengan senyuman penghibur.
Aku tahu Kazu pasti sangat khawatir. Dia mengelap air matanya dan mengangguk.
Kemudian dengan keyakinan tinggi, kami melompat bersama ke lubang yang telah menelan Sugu.
Hai readers, maaf lama, Author banyak tugas sekolah. Arigatou Author ucapkan untuk Readers yang setia membaca cerita ini. Love u all♡
—YuukiNaura—
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE - It Just Begin
Aventura[HIATUS] Daniel Pearce, 25 tahun. Lahir di London 20 Mei 2000. Terbangun di sebuah gedung yang berisi 100 ruangan penuh rintangan. Ia harus melewati semua ruangan untuk mencapai ruangan terakhir dan paling dasar agar bisa keluar dari sana. Belum lag...