Daniel POV
"Whoaa... aku melayang!" Teriakku terkejut."Kukira kau tadi mendengarkanku," balas Kazu.
"Oke oke, jadi itu ranjau-ranjaunya?" Tanyaku sambil memandang sekitar. Aku sebenarnya cukup senang memiliki rekan, jadi aku tidak perlu berbicara sendiri lagi.
Ada puluhan benda terbang berbentuk aneh berwarna hitam melayang yang tersebar di seluruh penjuru ruangan. Benda itu dipenuhi duri tajam dan kelihatan benar-benar berbahaya.
Pintu ruangan selanjutnya ada di seberang. Aku melirik dua anak di sebelahku. Kazu masih sibuk membantu Sugu untuk membiasakan diri di ruangan ini.
Aku mulai maju selangkah.. tapi aku tidak melangkah. Mungkin aku bisa mempraktekkan gaya renang asal-asalanku. Aku maju dengan mengayun-ayunkan kaki dan tanganku, aku tahu ini berhasil.
Kazu dan Sugu mulai mengikutiku. Mereka juga meniru gaya renang asal-asalanku.
Aku terkikik melihat Sugu mangayun-ayunkan kakinya penuh semangat.
"Apa yang kau lihat?!" Katanya dengan pipi memerah marah.
Aku menjulurkan lidahku usil.
"Daniel! Awas! Perhatikan jalanmu!" Peringat Kazu.
"Hah? Kenapa?" Aku kembali menatap lurus ke depan dan mendapati hidungku yang mancung ini berada satu centimeter dengan sebuah ranjau.
Mataku terbelalak ngeri. Aku menahan nafas. Untung saja tidak terjadi apapun.
Kemudian aku melakukan gerakan seperti menyelam dan melanjutkan renang gaya asal beberapa meter di bawah.
"Tadi itu hampir saja," kata Kazu mengikuti caraku turun karena di depannya ada ranjau juga.
Sepuluh menit berlalu. Kami hampir sampai. Sebentar lagi.
Kulihat Sugu berhenti sejenak. Nafasnya tersengal-sengal. Jelas saja, dia terlalu bersemangat tadi.
"Hei Sugu, apa kau lelah? Jangan berhenti di sana, berusahalah untuk lebih cepat lagi," kataku memanas-manasinya.
"Yang benar saja, mungkin KAU yang lelah! Lihat saja, aku akan mendahuluimu setelah ini."
"Sebaiknya kalian berhati-hati," nasehat Kazu. Kini ia memimpin di depanku.
Sugu yang berhenti kembali maju dengan mengayunkan tangan dan kakinya. Tapi kali ini lebih cepat. Ia terus mengayun sampai hampir benar-benar mendahuluiku. Dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Aku juga mengayun lebih cepat. Semakin cepat, cepat dan cepat. Aku lebih kuat darinya jadi sudah pasti aku menang.
Tapi yang terjadi adalah dia semakin cepat dan cepat juga. Kini ia ada tepat di sebelahku. Aku tidak terima.
Lalu itu terjadi. Kesalahan fatal kami yang bermain-main dengan ruangan ini.
Saat mengayunkan tanganku, tanganku mengenai mata Sugu yang membuatnya agak terdorong ke samping.
"Aww.." erangnya.
Awalnya tidak terjadi masalah. Lalu saat kaki Sugu mulai mengayun kembali, kakinya mengenai salah satu ranjau udara.
Sugu menahan nafas. Kazu sudah sampai di pintu dan menatap kami dengan cemas. Dalam hitungan detik akan terjadi ledakan yang dahsyat.
Kutarik lengan Sugu dan menyepak-nyepak udara cepat. Sebentar lagi ini berakhir. Percikan merah mulai terlihat dari ranjau itu.
"Tidaktidaktidaktidaktidak!!!" Aku semakin agresif.
Sugu masih terlihat tidak percaya. Apa boleh buat, dia masih stunning dan agak shock.
Sebentar lagi. Sebentar lagi sampai. Hanya tinggal sedikit..
DUARR...
Ranjau itu meledak.
DUARR...
Dan ranjau di sebelahnya.
DUARDUARDUAR
Ledakannya merambat!
Finally! Akupun sampai di depan pintu. Sugu kuserahkan pada Kazu.
"Ada apa setelah ini Kazu?" Kataku sembari mengambil kunci.
"Ruang makan besar dengan bidadari-bidadari cantik. Hmm.. kurasa ini hanya jebakan."
Aku tertawa dan mengeluarkan kunciku.
"Apa yang lucu?" Tanya Kazu.
Aku tidak menghiraukan pertanyaannya. Kumasukkan dan kuputar kuncinya—yang sempat melayang—dan membuka ruangan selanjutnya.
—YuukiNaura—
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE - It Just Begin
Dobrodružné[HIATUS] Daniel Pearce, 25 tahun. Lahir di London 20 Mei 2000. Terbangun di sebuah gedung yang berisi 100 ruangan penuh rintangan. Ia harus melewati semua ruangan untuk mencapai ruangan terakhir dan paling dasar agar bisa keluar dari sana. Belum lag...