Part 44

670 29 0
                                    


>>>
Taman ini berubah menjadi taman bunga. Dengan hamparan bunga warna warni. Padahal ini kan masuk autumn atau musim gugur dan bukan spring atau musim semi. Aku lihat bunga tulip kesukaanku tumbuh dimana mana...warnanyapun banyak...aku suka sekali.
*
Hangat...iya hangat sekali disini. Aku tak lagi mengenakan syal dan coatku tadi. Aku memakai dress panjang se mata kaki berwarna putih dengan motif broklat bunga mawar yang timbul. Indah sekali...dress ini berlengan panjang dan pas sekali di badanku, seperti putri di negeri dongeng, tanpa kerah dan memperlihatkan dadaku agak lebar.

*
Rasanya benar benar bedaa... Kupegang perut buncitku...aku bingung...sekarang sudah tidak lagi buncit.... Aku seperti kembali di usia 17 tahun... Rambutku tergerai dengan kepang romantis dan dihiasi bunga berwarna putih di lipatan kepangku...aku suka sekali. Semua asli dan wangi...
*
Aku duduk di bangku taman ini sendiri. Hanya ditemani bunga dan kupu kupu. Kutolehkan wajahku ke kanan dn ke kiri...tak seorangpun kutemui disini. Tapi dari balik pohon yang ditumbuhi buah apel segar di depanku tiba tiba muncul sosok yang sangat aku kenal....
*
"Hai sayang...." Dia menyapaku dengan senyum termanisnya. Di tangannya membawa seikat bunga tulip kesukaanku. Hatiku terasa begitu tenang saat dia menyapa dan mendekatiku. Wajahnya tampak bersih, bahagia dan bersinar.

"Kak Ali..." Kusambut dia dengan senyum mengembang. Rasanya sudah berbulan bulan aku tak tersenyum setulus ini.

Hari ini dia terlihat begitu tampan dan menawan. Setelan jas berwarna putih tanpa dasi membuatnya tampil lebih elegan.
*
"Kak...dimana aku?"
Dia tidak menjawab pertanyaanku, dia mendekatiku merangkul bahuku dan tangan kanannya menggenggam tangan kiriku.
*
Dia mengajakku berdansa...di taman ini, taman yang benar benar indah, hingga aku tak dapat mengungkapkannya dengan kata kata. Dentingan music dari piano dan biola tiba tiba mengiringi kami... Dan yang lebih membuatku terkejut....Awan....taman tempat kami berdansa ini dikelilingi oleh awan...
*
Kupandang manik mata hitam legamnya tanpa berkedip. Bahkan pandangan kami semakin dalam. Tak sepatah katapun terucap dari bibirnya. Hanya saja, ketika kami berdansa dia memelukku erat erat, menyalurkan semua kehangatan dan rasa cintanya.
*
Perlahan dia melepaskan pelukannya, pikiranku masih menerawang, sebenarnya apa arti dari semua ini. Dia menggandeng tanganku menuju sebuah piano berwarna putih bersih, terletak dibawah rindangnya pohon apel, dengan dihiasi apel apel segar yang masih bergelantungan. Kami duduk bersebelahan. Dan kami masih saja saling melempar senyum
*
dentingan piano itu mulai berbunyi tanpa ada suara keluar dari bibirnya....tapi...lama lama aku tau lagu apa itu...dan aku hanya bisa menyanyikannya dalam hati.
*
'Ingin melepaskanmu meskipun sulit....
Ingin menjauh darimu, meski mungkin ku tak bisa....'
*
Itu lagu pergi dari hatiku, apa maksud suamiku menyanyikan lagu itu untukku?? Tangannya mulai melambatkan setiap tempo dari tuts tuts yang ditekannya. Matanya memandangku lagi, tangannya menyentuh lembut pipiku, dia tersenyum dan berucap tanpa suara, tapi aku tau dia berkata apa...
'I love You...'
'I love You more and more' jawabku...
Entah kenapa, kami tidak bisa merasa sedih di tempat ini, air matapun tak ada meskipun mungkin terkesan sangat menyedihkan.
*
*
Kami masih duduk menghadap ke piano itu, ketika tiba tiba ada suara tangis bayi di dalam sebuah keranjang anyaman, tepat disampingku, diatas tebalnya rerumputan.
*
Seorang bayi mungil dengan pipi pinky, tangannya menggenggam, dibalut dengan selimut berwarna putih dan topi lucu berwarna putih pula. Matanya mengisyaratkan kebahagiaan. Sebelum aku meraihnya, kak Ali menggendongnya. Dia menatapku dan kali ini suaranya benar benar bisa aku dengar...
*
"Derrick Satria Syarief..." Sekali terucap, suaranya berhasil menggetarkan dada, menggelegar dan tajam.
.
"Maksud kakak?" Kataku sambil berdiri disampingnya mengelus pipi baby boy itu."
.
"Berikan dia nama itu sayang...mari ikut aku..." Dia menggandeng tanganku.
.
Tiba tiba kami seperti berjalan di dimensi yang berbeda. Kami melewati awan awan itu, melewati pusaran pelangi berwarna warni, melewati galaxy yang penuh sparkling atau kilatan cahaya. Dan kami berdiri di taman tempat terakhir aku duduk dan ditinggalkan oleh Kennard waktu itu.

*
*

Kali ini aku masih berdiri. Kami bertiga bagaikan masuk dalam putaran waktu dan melihat setiap kejadian yang muncul. Disana aku melihat diriku duduk dalam kesedihan. Mengepalkan tanganku dan kedinginan.
.
Satu persatu orang meninggalkan taman itu. Hingga akhirnya aku hanya sendirian dan kedinginan. Wajahku mulai memucat dan aku hanya terdiam. Aku melihat jam. Di tanganku namun aku enggan beranjak dari bangku itu.
.
Mungkin kala itu suhu sudah mulai di bawah 10 derajat. Dan aku masih enggan beranjak. Tatapanku kosong dan aku mulai merasakan sakit di kepalaku, hingga menembus ke hidung dan paru paruku. Aku melihat diriku yang mulai kesakitan dan darah segar mengalir dari hidungku.
.
Rasanya aku tak berdaya lagi, dinginnya begitu menusuk menembus kulit ari hingga ke tulang tulangku. Kupegang dan kuremas perut buncitku yang rasanya mulai mengencang. Sakit yang begitu hebat menderaku. Hingga aku masih dalam keadaan duduk, akhirnya tidak sadarkan diri dan tergeletak di bangku itu.

>>>

Selang kira kira satu jam kemudian, uncle Bertrand dan Aunt Febby datang. Wajah mereka panik ketika melihatku tak sadarkan diri dengan hidung dan telinga hang mengeluarkan darah segar....
>>>
Sungguh aku masih agak bingung. Kami bertiga berdiri dengan tegak. Ali dengan jas putihnya menggendong baby boy kami dan aku dengan gaun putih panjang yang shiny ini, berdiri disampingnya berpegangan di lengan kekarnya.
.
Akupun tak meminta penjelasan apa apa darinya. Cukup dengan mengikuti langkahnya yang membawaku melihat setiap detil kejadian yang aku alami....

*
*
*

B e r s a m b u n g

Hiiiii....hiiii....masih bis bikin kepooo ga ya part next nyaaa.... Akhirnya IAK bisa di next. Sekedar info IAK hampir -end yaaaa....

ITU AKU DULU (completed with 2 missing parts)Where stories live. Discover now