Aku mendengarnya , aku mengetahuinya .. Faiz terlalu bodoh untuk ku.
Setelah mereka menyelesaikan obrolannya aku membuka pintu ruang klub.
"Hey guys , gimanah soal insiden nya?"tanyaku seolah olah tidak mengetahui apa apa.
"Ah ariy , belum ada kemajuan nih .."dengus putri.
"Kalian tenang aja , gue bakal cepetin masalah ini kok biar kalian cepet santai"ucapku menyakinkan mereka.
Seketika mereka memasang wajah terkejut.
"Bagaimana lo bisa nemuin pembunuhnya , bukannya lo jarang hadir rapat klub?"tanya ngotot faiz.
"Gue bisa!"kataku mengotot balik dengan tatapan dingin ku kepada faiz.
"Oke kalo begitu mohon bantuannya riy"ucap widia.
"Baik nona"kataku seolah merayunya.
Kulihat faiz sangat geram saat ku goda widia.
Jam sekolah berakhir.
Tidak seperti biasa , aku tidak pulang bersama widia dan lainnya melainkan dengan Rin.
"Gimanah persiapannya?"tanyaku pada Rin.
"Tenang , udah siap .. Kayak biasa Malam ini denis pergi ke NightClub , kita bisa mulai setelah ia pulang"ucap Rin.
"Baiklah"jawabku semangat.
"Gue risih sama penguntit satu ini , apa perlu gue beresin?"bisik Rin.
"Faizkah? Slow slow , gue punya rencana cantik"bisikku lagi.
Benar saja ia selalu mengikutiku bahkan saat aku sedang dirumah , aku masih diawasi olehnya.
"Huh.menjengkelkan , gue gabisa tenang kalo diawasi kaya gini tau"gumamku.
ia berada dikebun belakang rumahku , memang kebun dirumahku tak diberi pagar ataupun pembatas sehingga siapapun mudah melewatinya.
Saat ia sibuk dengan kameranya , aku segera menyelinap dan menghampirinya.
"Ah sial , kenapa batrainya harus abis sekarang!!"ucap faiz kesal.
"Apa mau nge-charger dirumahku?"bisikku yang sudah berada tepat dibelakangnya.
"Ah iy ..."ucap faiz tertahan dan menjatuhkan kameranya.
"Wah , kau terkejut yah? Kameranya jatuhkan , nanti rusak loh"ucapku.
"Maaf riy , maaf .. Bu .. Bu .. kannya gu .. Gue masih nu .. Nu .. duh lo"ucapnya terbata bata.
"Ha? Ha? HAHAHAHAAAAAAA!! HAHAHA!!"aku tertawa keras.
"Lo dan anggota klub mata mata bakal berakhir dengan cara yang sama!! Terkecuali widia , dia bidadari gue!!"ucapku membuat tubuh faiz bergetar hebat dan berlari.
"Rin!!"panggil ku.
Rin pun melompat dari jendela kamarku dan tepat didepan faiz lalu mencekik lehernya.
"Perlakukan dengan manis Rin , ia tamu penting untuk malam ini"pintaku.
"Baiklah"ucapnya.
Aku dan Rin membawanya ke gudang rumahku.
"Uhhhhh.jorok bnget lo riy"ucap Rin saat ku membuka pintu gudang dan debu bertebar tebaran.
"Ah jangan bawel Rin , cepat masukan dia"pintaku.
Rin memasukan faiz yang sudah terikat dengan tali dan aku pun menguncinya.
Bayangkan saja , gudang yang sempit dan tak ada fentilasi ataupun celah. Saat ku buka akankah ia masih hidup?
Perlahan lahan sang mentari menenggelamkan tubuhnya dan sang bulan muncul menggantikannya.
"Kak , gue bawa mobil lo gapapakan?"tanyaku.
"Masih SMP lo , udah laga lagaan mau bawa mobil"ucap kak relina.
"Udah ganteng ginih masa mau make motor terus , malu sama temen ah"ucapku jengkel.
"yaudah pake ajah , kuncinya ada ditas gue"jelas kak relina.
Aku pun berlari lalu mengambilnya dan menunggu Rin.
Tidak lama handphoneku berdering , Rin menelponku.
"Kau lama sekali!!"dengusku setelah kuangkat telpon darinya.
"Gue udah digerbang rumah lo"balasnya.
Aku pun mematikan telpon darinya lalu menyusulnya.
"Ayo cepat bantu gue"ucapku lalu menariknya.
"Tung .. Tunggu , lo ga merhatiin penampilan gue?"ucap Rin menghentikan langkahnya.
"Ah tidak perlu , kau sudah cantik"ucapku asal lalu menariknya kembali.
Aku dan Rin menuju gudang rumahku , saat kubuka aku sedikit terkejut karna faiz masih mampu bertahan walaupun wajahnya pucat.
Lalu memasukkan nya kedalam bagasi mobilku.
"LETS PLAY TO THE GAME!!!"ucapku semangat.
Bersambung ...
Dont be a silent readers ...
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Psychopath?
HorrorMEMAAFKANNYA itu urusan tuhan , tapi mengirimnya ke tuhan TERSERAH gue.