Aku sangat menantikannya , ayolah buatku sedikit senang!!
Siswa lain melihatku aneh ketika ku melewati mereka.
"Bagaimana?"ucap Rin menghadangku ketika memasuki kelas.
"Huh.ga penting ah!!"dengusku sambil berjalan melewati Rin.
"Ayo laah kasih tau"ucap rin sambil mendekatkan wajahnya padaku.
"Gausah deket deket wajah lo napah"ucapku sambil menyingkirkan wajahnya yang kurang 5cm dari wajahku.
"Ayo lah Ariy!!"ucapnya setengah memaksa.
Braaaak!!! Aku pun memukul meja dan seketika pandangan parah siswa mengarah pada kami berdua.
"Lo mau mati?"bisik ku.
Aku sedikit terkejut melihat wajah Rin yang tak sedikit pun ada rasa takut setelah ku ancam.
"Menarik sekali!!"pikirku
"Bel istirahat lo ikut gue!!"kata Rin memaksa.
Tidak lama setelah Rin kembali ke bangkunya , mereka bertiga faiz , meyrina dan widia memasuki kelas.
Wajah suram yang faiz perlihatkan padaku tak berpengaruh.
Tidak seperti biasa , mereka mengacuhkan ku hingga bel istirahat berbunyi.
Tanpa diberi komando setelah widia beranjak dari bangkunya meyrina dan faiz sudah mengikutinya .. Lalu aku menahannya.
"Lo pada masih bersikeras kalo gue pelakunya?"tanyaku
"Kalo iyaa ngapa hah!!"ucap faiz dengan nada sengaknya.
"Gue juga anggota klub lo , apa gue gaboleh sedikit ngebantu cuma karna gue yang jadi tersangka?"jelasku.
"Siapa yang bilang lo jadi tersangka? Lo boleh ngebantu kok , yaudah nnti ikut ke ruang klub yak .. Yuk mey"pinta widia dan berjalan.
"Tapi wid ...."ucap faiz tak setuju
Aku pun menaikan alisku dan menatap faiz dengan penuh kemenangan.
Aku bergegas ke ruang klub tapi Rin menghadangku.
"Mau kemana lo? Lo lupa .. Sekarang jadwal lo sama gue!!"ucap rin lalu menarik lenganku.
--------
Brak!!! Faiz memukul loker yang berada di ruang klub.
"Maksut lo apa ngebiarin si gila itu ngebantu kita!! Lo mau kita semua mati hah!!"ucap faiz setengah berteriak pada widia.
"Eh lo!! Bisa tenang sedikit ga!! Jangan cuma ngandelin emosi lo doang , Kalo ngandelin emosi doang gabakal ngerubah apapun .. Kasih waktu buat widia jelasin!!"balas putri.
"Jelasin wid"pinta meyrina.
Widia tampak memikirkan sesuatu terlebih dahulu.
"Lo semua minta jelasin? Gaperlu gue jelasin juga lo semua udah tau , kita bisa ngejebaknya bodoh!! Jangan mau kalah otak lo semua!!"ucap widia dengan senyum liciknya.
"Bagaimana caranya?"tanya maryam dengan nada santainya.
Widia pun menjelaskan rencana mereka.
------
Rin membawaku pergi ke kantin , dan memesan beberapa makanan ringan lainnya.
"Lo ngajak gue cuma mau makan ginian?"tanyaku sensi.
"Yaelah sensian amat lo , gue mau ngasih tau beberapa hal sama lo"kata Rin sambil memakan steak kentangnya.
"Apaan ajeh?"tanyaku santai.
"Pertama , jangan percaya sama omongan widia .. Dia tuh sama liciknya kaya lo"ucap Rin.
"Kaya gue? .."kataku sebelum dipotong
"Kedua , jangan gegabah ataupun nurutin kata katanya widia"ucap rin lagi.
"Cetrine!! Dengerin gue dulu! , kenapa lo bisa ngomong gituh? Lo tau apa masalah gue dengan mereka?"tanyaku.
"Gue tau apa? Gue tau soal kematiannya dicka&dicky , rina , dan ibunya dicka&dicky .. Lalu kalo gue gabung klub mata mata mungkin sekarang lo di rumah sakit jiwa?"jelas Rin.
"Gue ga sakit!! Dan satu lagi , karna lo udah tau gue yang sebenernya .."
"Tenang weh , gue sekarang kawan lo haha .. Nih bukti pertemanan gue sama lo"ucap Rin sambil memberi pisau yang tak jauh beda dari cutterku dan terukir 'Rin' pada pisaunya
"Gue belum sepenuhnya percaya , Rin"ucapku.
"Ya soal percaya atau ngga sih terserah lo"ucap Rin.
"Sejauh ini lo tau darimana?"tanyaku sambil mengaduk minumanku.
"Gue bisa liat"ucap rin sambil mengetuk samping kepalanya dengan jari telunjuknya.
"Indigo?"tebak ku.
"Yaaa , nyokap gue sih bilangnya begitu"ucapnya santai.
dengan adanya Rin , akan semakin menarik bukan?
Bersambung ...
Dont be a silent readers ...
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Psychopath?
TerrorMEMAAFKANNYA itu urusan tuhan , tapi mengirimnya ke tuhan TERSERAH gue.