"Aku jatuh cinta padanya."
Sungguh, Silver?
Kau baru saja mengakui kau cinta pada Zayn?
Di depan Leah?
Leah tak banyak bicara setelah Silver mengemukakan pengakuan yang--sejujurnya, tidak terlalu mengejutkan baginya. Leah bahkan sudah nyaris yakin apa yang ia pikirkan selama ini memang benar, hanya tinggal menunggu pengakuan dari Silver saja. Dan semuanya memang berjalan seperti yang sudah ia duga.
Selanjutnya, Leah sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia sadar, dirinya dan Silver mencintai satu pria yang sama. Dan mereka berdua dicampakkan oleh pria yang sama. Sudah berminggu-minggu Zayn tampak menjauh dari Leah--terlihat jelas sekali, ia mengabaikan semua telfon dan sms dari Leah. Leah bahkan sempat datang ke tempatnya, namun Zayn tidak pernah ada disana. Pria itu hanya berkata ia sedang butuh waktu untuk sendiri, dan setelah itu dirinya dengan Leah tidak pernah bicara lagi.
Leah mencengkram setir mobilnya dengan kuat-kuat. Perlahan ia menarik napas dan menghembuskannya, mencoba untuk tetap tenang.
"Apa kau tahu apa yang sebenarnya terjadi dengannya?" tanya Leah.
"Cukup." sergah Silver segera. Rasanya ia sudah tidak bisa bertahan semenitpun di dalam mobil ini. "Turunkan aku disini saja."
"Apa? Tapi kita bahkan belum--"
"Aku tidak akan minum kopi denganmu. Maafkan aku Leah, tapi seluruh obrolan tentang Zayn ini bisa membuatku gila. Kau cukup turunkan aku disini saja."
"Aku bisa mengantar--"
Silver semakin tidak sabar. "Kumohon."
Leah mencengkram stir dengan kuat-kuat, pandangannya lurus ke depan. Silver mulai berpikir apakah gadis di sampingnya ini tuli atau bagaimana, karena dirinya sama sekali tidak mengindahkan apa yang Silver katakan. Alih-alih menurunkan Silver, Leah justru mempercepat laju mobilnya. Silver mengerang dengan frustasi.
"Kau sedang mencoba menculikku, atau apa?!" teriak Silver.
Leah masih belum ingin menoleh pada Silver. "Tepat sekali."
Silver mendengus keras. "Kau gila? Turunkan aku!"
Mendadak, Leah membanting setir ke pinggir dan menghentikan mobilnya dengan kasar. Silver nyaris saja terlempar jika seat belt tidak menahan tubuhnya. Leah terlihat kehilangan kontrolnya, melepaskan image gadis sederhana yang tenang. Silver pun menoleh pada Leah dan menatapnya seakan Leah adalah manusia paling gila yang pernah ia temui. Dan hal itu membuat Silver berpikir, mungkin seharusnya Leah-lah yang ada di pusat rehabilitasi.
"Sungguh, maafkan aku." kali ini, ia benar-benar terlihat seperti Leah sungguhan. "Tapi aku sudah tidak tahan lagi."
Di sampingnya, Silver hanya bisa menatapnya tanpa mengatakan apa-apa. Kepekaan Leah pun membuatnya lanjut bicara sebelum Silver sempat bertanya satu patah kata pun.
"Sejak kalian tidak pernah bertemu lagi, Zayn menjadi seseorang yang berbeda." ucap Leah pelan. Ia melipat kedua lengannya di atas setir dan mengubur kepalanya di atasnya. "Saat dia berkata dia ingin kembali lagi bersamaku, aku senang... sungguh, senang sekali. Kupikir aku sudah kehilangan Zayn untuk selamanya, tapi dirinya yang terlalu baik memberiku kesempatan terakhir."
Silver tetap terdiam, mendengarkan semuanya dengan baik-baik. Sungguh, ia nyaris tidak mengerti dengan semua yang Leah katakan. Tapi ia menahan diri untuk bertanya, dan membiarkan Leah terus bicara.
"Tapi kemudian aku tersadar, dirinya bukanlah Zayn yang kukenal sebelumnya. Zayn berubah menjadi seseorang yang mudah terpancing emosi, dan sebelumnya aku yakin betul ia tidak seperti itu. Dia terlalu menghabiskan banyak waktu untuk melamun, hingga hampir dapat peringatan tentang pencabutan beasiswanya." jelas Leah panjang lebar. "Sungguh, aku tidak membencimu sama sekali, Silver. Tapi jika aku boleh jujur, sedikit dari diriku senang ketika tahu Zayn memutuskan untuk pergi darimu. Karena dengan begitu kupikir dia--kupikir, semuanya akan kembali normal seperti sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandala
Fanfic❝You are like a limb, or an organ, or blood. I cannot function without you.❞ - Silver Ainsley © 2015 by ayundaanggun All Rights Reserved