"Kumohon. Pergi dari kamarku."
Jika Silver adalah seorang penurut, dirinya mungkin saat ini sudah berada di kamar asramanya. Terduduk di atas ranjangnya, menatap ke tembok dengan tatapan kosong, tanpa memikirkan apapun. Atau bisa juga--tidak, sebenarnya tidak ada lagi hal lain yang ia lakukan selain terdiam. Silver tidak tinggal di tempat di mana peralatan elektronik diperbolehkan secara bebas--yang mana sudah sangat normal saat ini. Alih-alih memperbolehkan pasiennya bersentuhan dengan elektronik, mereka menggantinya dengan terapi dan pemulihan, yang sebenarnya tidak cukup berguna juga untuk Silver.
Tapi tentu saja tidak, Silver bukan tipe penurut. Dirinya justru kini masih terdiam di kamar Zayn, masih belum mau bergerak. Zayn yang berdiri di dekat pintu pun terdiam. Rahangnya terlihat mengeras, dan Silver memperhatikan tangannya yang terkepal dengan keras, namun tidak ada lagi yang Zayn katakan. Bahkan, ia menghindari kontak mata sebisa mungkin dari Silver.
"Zayn...?" Silver sedikit terkejut begitu mendengar suaranya sendiri yang serak. Cepat-cepat ia pun berdeham. Silver bergerak dengan tidak nyaman, tidak yakin apa yang harus ia lakukan sekarang. Zayn tidak benar-benar mengusirnya dari kamarnya, kan?
"Kau dengar?" geram Zayn, sangat pelan.
"Tunggu dulu, aku--"
"Keluar. Dari. Sini. Sekarang." Zayn menekan setiap kata yang terucap. Dan itu sedikit membuat nyali Silver menjadi ciut, karena ia belum pernah melihat Zayn se-menyeramkan ini sebelumnya.
Silver benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan, atau katakan sekarang. Ia benar-benar tidak ingin pergi dari sini. Butuh waktu dan pergelutan yang hebat di dalam otaknya sebelum memutuskan untuk memberanikan datang kemari. Sejujurnya, sempat terbesit sedikit di otak Silver bahwa Zayn akan mengusirnya, namun ia tidak menyangka hal itu benar-benar terjadi.
Saat Silver mengambil waktu terlalu lama untuk berpikir, ia lagi-lagi dikejutkan dengan Zayn yang akhirnya menatapnya langsung di kedua manik matanya. Namun bukan tatapan hangat yang biasa Zayn berikan, ia menatap Silver begitu dalam, dan Silver tahu ada sesuatu di balik tatapannya itu.
"Oke." Silver berkata akhirnya. Sebelum benar-benar keluar, Silver menarik napas panjang, dan ia menyempatkan diri untuk melirik Zayn sekali lagi saat ia berjalan melewatinya. Namun Zayn masih mematung, menatap ke satu titik yang entah apa. Zayn bahkan tidak bersusah-susah untuk menoleh pada Silver. Begitu Silver sudah ada di luar kamar Zayn, ia kembali terdiam, seolah mengharapkan sesuatu. Namun kemudian ia mendengar suara pintu yang berdebam di belakangnya.
Sakit. Silver merasa sangat sakit sekarang.
Ini bukan rasa sakit yang biasa ia rasakan--berbeda, yang satu ini berbeda. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghujam di jantungnya, membuatnya nyaris kesulitan untuk bernapas. Seluruh darah Silver terasa mengalir naik ke kepalanya, dan terasa panas. Silver tidak yakin apakah tubuhnya yang berubah menjadi panas sekarang, ataukah suhu di lorong ini memang panas. Begitu pula dengan matanya, gadis itu bisa merasakan pandangannya yang mulai sedikit kabur karena terhalangi oleh air matanya. Sebelum mereka sempat jatuh dan mengalir di wajah Silver, ia berusaha menahannya sekuat tenaga sambil mengepalkan tangannya kencang-kencang.
Leah benar. Itu bukanlah Zayn yang Silver kenal. Dia hanyalah seorang pria kejam yang mengusir Silver dengan kasar. Dia hanyalah satu dari sekian juta orang tak berperasaan di bumi.
Kau yang membuatnya menjadi seperti itu, keparat.
--
Silver menggeram dengan frustasi. Ia menatap sebuah karya seni yang ia ciptakan beberapa menit yang lalu--hampir seluruh barang tergeletak di lantai, dan beberapa diantaranya pecah. Tidak terkecuali sebuah cermin yang ia lempar, yang kini sudah terbagi menjadi entah berapa bagian. Silver mengabaikan suara-suara gaduh di luar. Orang-orang yang mengetuk--bukan, menggedor--pintu kamar Silver dengan rusuh itu tidak akan bisa masuk ke dalam. Meskipun mereka selalu punya kunci cadangan untuk seluruh kamar, Silver cukup pintar untuk menghalangi pintunya dengan meja dan kursi, dan seluruh benda-benda berat lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandala
Fanfikce❝You are like a limb, or an organ, or blood. I cannot function without you.❞ - Silver Ainsley © 2015 by ayundaanggun All Rights Reserved