Chapter 2 : Slaughter

2.9K 214 10
                                    

"Aah, ne. Jung SangMi imnida. Kelas XII-B, bangapta."

"Kim Seok Jin imnida, XII-A. Sekarang katakan apa tujuanmu!"

"Membawamu ke tempat yang seharusnya, membantumu untuk memenuhi takdir yang sudah ditentukan untukmu dan 6 orang lainnya."

Jin POV

Apa maksudnya? Aku sama sekali tidak mengerti. Gadis ini pasti sudah gila.

"Takdir? Takdir apa maksudmu?" Aku sedikit menertawakan perkataannya yang terdengar seperti sebuah lelucon di telingaku.

"Tentu saja takdir yang akan mengubah hidupmu dan keenam orang lainnya." Namun gadis ini malah menjawab dengan santainya. Apa ia tak sadar bahwa aku sedang menghinanya?

"Maaf. Mungkin kau salah orang." Hampir saja kulangkahkan kakiku untuk berbalik, meninggalkan gadis aneh ini. Namun gadis itu mengatakan sesuatu yang sontak saja membuatku mengurungkan niatku untuk pergi.

"Aku tak mungkin salah orang," Kalimat itu sontak membuatku berhenti beberapa saat, hingga saat aku hampir melangkah lagi untuk pergi, ia mengucapkan sesuatu yang lagi-lagi berhasil menggagalkan niatku untuk segera pergi dari tempat ini, "Aku bisa merasakannya, Kim Seok Jin." Yeoja itu terkekeh di akhir kalimatnya.

"Jangan main-main denganku! Aku tidak punya waktu bermain-main dengan gadis aneh sepertimu." Ucapku hampir seperti membentak. Apakah barusan ucapanku sedikit keterlaluan padanya?

"Aku tidak sedang bermain-main." Raut wajahnya berubah serius sekarang. Dan caranya mengucapkan kalimat itu membuat daerah punggungku seperti dialiri aliran listrik yang menjalar hingga puncak kepalaku, seakan sebagian diriku dibuat tunduk hanya karena kata-katanya.
Entah kenapa aku merasa ngeri melihat ekspresi wajahnya. Tubuhku seperti balok kayu, sangat kaku, tak bergerak sedikit pun. Apakah ini ulah gadis ini.

SangMi bersedekap, menatapku tajam dan mengatakan, "Kau adalah seorang Guardians. Itu adalah takdirmu." Kata perempuan bermarga Jung ini. Kata-kata yang sama sekali tak kumengerti. Kini aku benar-benar yakin kalau orang ini benar-benar sudah tidak waras.

"Hey, hey.. Aku ini hanya manusia biasa," Ucapku mendekatkan diri ke hadapannya, "Guardians.. Apa salah satu dari imajinasimu?" Kataku meremehkan, kemudian bersedekap, dan menyunggingkan seulas senyum meremehkan di depan gadis berambut gelombang sebahu ini.

"Singkatnya," Ia menunduk dan menggerakkan tubuhnya sekilas, seolah tuli akan setiap ejekan yang kulontarkan padanya, kemudian kedua matanya kembali menatapku, "Guardians itu orang yang memiliki kekuatan melebihi manusia biasa dan.. Kau merupakan salah satunya," Salah satu jari telunjuknya menunjuk ke arahku, "Yahh... Singkatnya sih begitu." Ia jelas mengabaikan perkataanku.

"Segeralah bangun dari mimpimu, kawan." Aku melempar tatapan tak suka kepada gadis ini.

"Terserah padamu mau percaya atau tidak. Yang jelas, setelah ini kau tak akan bisa hidup normal. Cepat atau lambat makhluk-makhluk kegelapan pasti akan segera menyadari keberadaanmu, bisa saja nyawa orang-orang di dekatmu yang menjadi taruhannya," Ia dengan tenang mengatakan hal itu. "Mungkin juga nyawamu." Apakah ini semacam lelucon atau sebuah peringatan? Otakku mengatakan bahwa ini adalah lelucon, tentu saja akal sehatku tak dapat menerima hal menggelikan seperti ini. Namun hatiku mengatakan bahwa ini adalah sebuah peringatan, meskipun rasanya masih ganjil. Terlebih aku tidak tahu mana yang harus kupercaya.

The 7 Guardians (Bangtan Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang