Chapter 4 : Moonlight

2K 190 16
                                    

NamJoon POV

*TING*

Suasana mencekam merayapi tubuhku dan hampir membuat bulu kudukku berdiri saat pintu lift ini terbuka.
Tampak sesosok kakek tua yang berdiri tepat dibalik pintu lift, ia menundukkan kepalanya yang penuh dengan uban. Entah faktor cahaya yang terlalu redup atau saking panjangnya uban orang ini hingga aku tak dapat melihat wajahnya.

Sejenak aku mulai bertanya-tanya apakah orang ini tak terganggu oleh rambut ubannya itu.
Maksudku- Memangnya ia dapat melihat sesuatu didepannya jika semua uban itu menghalangi pandangannya.

'Bukankah ini sudah waktunya jam tidur? Kenapa kakek ini malah berkeliaran selarut ini?' Pertanyaan itu seketika terbesit dalam benakku.
Mengabaikan isi pikiran yang sejenak berputar-putar dalam benakku, kumelangkah masuk kedalam lift.

Telunjuk kananku menekan sebuah tombol bertulis angka 1, lalu tombol itu menyala merah setelah kutekan. Berikutnya kualihkan pandanganku melihat-lihat tombol yang lain.
Tidak ada yang menyala selain tombol yang barusaja kutekan.

Apakah kakek ini mendekam didalam lift tanpa sebuah tujuan? Huh.. Orang tua yang misterius.

Jika kakek ini ingin turun di lantai ini pastilah dia sudah turun, namun hingga pintu lift tertutup sempurna, ia masih diam didepan pintu lift sambil memegangi tongkat infus, terlihat selang-selang infus itu tertancap sempurna pada kulitnya yang bisa dibilang sangat, sangat, sangat, pucat.
Seperti mayat hidup. Apa kakek ini mengidap penyakit yang parah? Ataukah ia baru saja bangun dari koma selama bertahun-tahun?

"Eeng~ Mian harabochi, apa anda tidak tidur malam ini? Tidakkah ini sudah terlalu larut untuk berjalan-jalan?" Aku menengok ke wajah orang tua disampingku, yang nampakya percuma karena uban yang menutupi separuh wajahnya.

"............."

Hening... Orang tua itu tak menjawabku, ia tidak merespon pertanyaanku sama sekali, ia hanya menundukkan kepalanya sedari tadi.

Ugghh- Entah kenapa hawa didalam lift ini mulai berbeda. Lebih ke... Mistis, dan kini entah kenapa bulu kudukku semakin merinding.
Sontak saja aku mengelus-elus tenguk leherku. Dan entah kenapa lift ini sangat lama sekali untuk mencapai lantai 1.

Tak lama kemudian lampu didalam lift ini berkedap-kedip membuatku harus memundurkan kakiku 1 langkah kebelakang. Baiklah hal ini berhasil menakutiku.
Namun tidak demikian dengan kakek misterius ini. Ia hanya diam, seakan tak terjadi apa-apa.

Apakah aku 1 lift dengan hantu?
Aah.. tidak-tidak, hantu itu tidak ada. Berpikirlah positif NamJoon, ini pasti hanya konsleting listrik biasa.

Seketika lampu diatasku berhenti berkedip. Huh leganya. Tapi~

Entah kenapa aku merasa kalau lift ini sedikit berjalan lebih cepat. Tapi... Rasanya bukan turun... Melainkan naik.

Dan benar saja saat kulihat layar dibagian atas lift yang menunjukkan angka yang semakin besar. Yang berarti bahwa lift ini naik dan bukannya turun. Aku pun menekan tombol alarm, but it's not working.
Lift ini malah semakin cepat. Hingga-

P8.

Lift ini berhenti pada lantai P8. Bukankah ini lantai yang hanya berisi kamar kosong, dan jangan lupakan lorongnya yang sangat gelap. Namun hanya ada 1 kamar yang tidak kosong... Kamar mayat.

*TING*

Pintu lift ini tiba-tiba terbuka dan menampakkan gelapnya lorong lantai P8, 10 meter didepanku terdapat sebuah lampu yang terlihat berkedip-kedip seperti hampir mati.

Kakek yang sedari tadi hanya diam (dalam arti yang benar-benar diam, tak melakukan apa-apa) kini mulai melangkahkan kakinya menuju ke gelapnya lorong lantai P8 dengan membawa serta tongkat infusnya yang berdecit saat roda tiang infus itu bergulir.

The 7 Guardians (Bangtan Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang