13. Citra Kehilangan Macaroon Mahalnya dan Andy

2.6K 292 32
                                    

selamat membaca, cinta.

<3

Aku terpaksa duduk di sofa sementara Citra berada di tengahku dan Andy. Ugh, aku tidak tahu mengapa aku nervous seperti ini. Aku melihat tampang Andy yang ternyata sedang melihat ke arahku. Mulutku mengisyaratkan kalau aku harus pulang. Aku tidak ingin mengganggu acaranya dengan Citra yang terlihat manis dengan rok selutut berbahan linen itu. Meskipun aku tidak suka dengan posisiku sekarang.

Andy menggeleng ke arahku. Aku tidak mau dianggap pengganggu oleh Citra. Dan omong-omong, macaroon yang dibawa Citra itu terlihat lezat dan dipamerkan di meja makan yang membuatku menelan ludah. Macaroon berwarna maroon dan lilac. Aku tidak tahu bagaimana rasanya. Cuman saja itu sungguh terlihat menggugah seleraku.

Citra yang membuka percakapan pertama berkata, "Um, Andisa, kan?"

"Iya." Aku menggangguk mengiyakan.

"Kalau kau mau, silakan ambil." ucap Citra yang matanya mengarah ke macaroon itu. Aku mengangguk dan tanpa ragu aku mengambil yang berwarna lilac.

Demi Dewi Hestia, ini macaroon terenak yang pernah diriku cerna!

Mungkin karena ini pertama kalinya. Aku merasa tidak beruntung karena tinggal di Mont. Di Mont, tidak ada macaroon. Mont cuma ada gunung. Ugh.

"Kau suka ya?" Citra terkikih dengan manja.

Aku mengangguk sambil tersenyum kearah Citra. Kenapa dia sangat baik kepadaku? Niatnya aku akan membencinya. Macaroon ini merubah segalanya. Mengingatkanku dengan cupcake cokelat yang tidak sepadan dengan ini.

Ugh, jangan merendahkan diri dulu, Dis.

Andy tertawa ke arahku. Aku juga. Citra tidak.

Seketika si Cantik dan Ramah Citra berubah menjadi Citra yang aku-membenci-kau-pelacur. Mukanya menjadi sadis, penuh dengan tatapan merendahkan. Aku bingung sambil menatapnya, tentu saja dengan macaroon yang masih kukunyah. Apa dia alter ego?

Seolah dia cemburu. Andy cuma tertawa ke arahku. Dan itu hal yang biasa. Apa perempuan ini gila? Tentu saja, perempuan itu gila.

"Tentu saja. Gadis Mont seperti kau mana pernah memakan macaroon semahal ini. Mont itu cuma gunung."

Tiba-tiba saja, badanku memanas saat dia menghina Mont. Aku memang gadis Mont dan aku juga baru saja menghina Mont. Tetapi, ini berbeda kasus. Cuma orang Mont yang boleh menghina Mont. Tidak, Citra maupun Pemimpin Cap-Go.

Aku pun menarik nafas, "Simpan omongan busukmu, Citra,"

Aku berdiri, "Mungkin saking busuknya, kau bisa menjual dan menjadikannya pupuk organik. Belilah macaroon lagi, aku bawa ini."

Aku mengambil piring berisi macaroon beraneka warna dan pergi. "Pergilah sana, Mont!"

"Sedang kulakukan, Cap!"

Tanpa kusadari, Nyonya Pambudiega menyaksikan pertengkaran penuh drama tadi.

Sialan.

Dimana aku bakal menaruh muka penuh rasa malu ini?

Aku pun berjalan kearahnya dan berkata, "Nyonya Pambudiega–"

"Keira." Beliau membetulkan sambil tersenyum lembut.

"Maafkan atas kejadian buruk khas remaja dengan hormon tidak terkontrol barusan. Dan saya sudah berteriak di rumah anda yang sangat indah ini. Sekali lagi, maaf. Selamat sore."

Andi dan AndyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang