piriding, sayang.
<3
Fakta yang sebenarnya terjadi di kehidupanku:
1. Namaku Andisa Jo Prawira bukan Andisa Jane Prawira. Sebenarnya, Josephine tetapi nama itu terlalu feminis.
2. Aku adalah point guard yang membawa nama Antika ke tingkat nasional. Tim basket putri kebanggaan Mont.
3. Aku punya 5 orang mantan, Andisa dalam mimpi koma takkan percaya ini.
4. Aku tidak sependiam yang ada di mimpi. Aku pentolan sekolah lamaku yang membuat ibu dan ayah seperti punya dua anak laki-laki.
5. Lily adalah teman setimku. Tapi, aku lebih sering bermain man-to-man bersama Jamal atau Tom.
6. Salah satu alasan aku tidak dikeluarkan dari sekolah lamaku hanya karena prestasiku di bidang non-akademik itu.
7. Tidak pernah ada Andy dengan y pernah ada dalam hidupku. Kalau ada pun itu cuma namaku dan itu Andi dengan i.
8. Keluargaku memanggilku Disa, tapi tentu saja aku lebih suka Andi dan mereka selalu kupaksa memanggilku Andi. Untungnya, teman-teman memanggilku Ann atau Andi.
Kalau saat di mimpi, aku akan pergi kebagian Bimbingan Konseling atau penerimaan murid baru bersama orang tuaku dan mereka akan menungguku di luar. Tidak dengan sekarang, kita– atau aku, Jamal, Donna, Andra, Tom– berjalan di lorong layaknya Spice Girls.
Semua mata guru yang melihat ke arah kita seperti calon troublemaker yang akan merusak nama baik sekolah terbaik di Capitol.
"Andisa Josephine Prawira, silakan masuk." panggil seorang guru dengan muka yang sangat tahun 20-an. Hei, ini 2047 dan guru itu terlalu muda untuk menjadi guru.
Guru itu menyuruhku untuk memasuki ruangan bertuliskan 'Ruang Konseling', sementara Andra tak berhenti membuat lelucon tentang ini bakal jadi awalan dari kebiasaan keluar masuk ruangan ini. "Jaga perilakumu, Saudara Ahmad." perintahnya.
Mereka semua tak mengacuhkannya, aku cuma diam, tidak terlalu ingin mempunyai di sekolah baru. Tidak dengan otak yang separuh Andisa Jane.
"Oke, saya guru bimbingan konselingmu di SMA XIX Cap dan Andra, Andonna, Jamal, Tom, kalian bisa menunggu Nona Prawira dil luar."
"Saya akan menyiapkan dokumen untuk kau isi terlebih dahulu. Permisi." tambahnya.
Walau sudah disuruh keluar, teman-teman masih saja menungguku di dalam kursi tunggu ruang bimbingan konseling. Jujur saja, ini membuatku santai. Aku pun duduk di kursi bersama Jamal, Tom, dan Andra. Sedangkan Donna berjalan menuju papan mading yang berisi selebaran ekskul maupun program kerja murid SMA XIX Cap.
"Apa kau masih sering pusing?" tanya Jamal, si keriting dan berkulit sawo matang.
"Ya, begitulah."
Tom berkomentar, "Setelah koma, ada yang beda darimu, Ann."
"Apaan, sih? Aku pikir setelah bangun dari koma, kau akan normal. Tetapi, tetap saja menyebalkan." omelku sambil memutar bola mata.
"Kau kan yang koma, bodoh." ejek Andra sambil tertawa.
"Bajingan." ucapku sambil tertawa.
"Nah, itu baru Andi yang kukenal." tambah Tom. Aku pun memberi hormat layaknya perwira kepada kaptennya.
"Memangnya apa yang aku berubah?" tanyaku ke arah mereka bertiga. Mereka saling bertukar pandang seperti aku akan memotong testikel mereka kalau aku mengetahui jawaban mereka.
"Andisa Josephine Prawira." panggil guru tadi di ambang pintu.
"Ann." panggil Donna memperingatkan.
Kita semua sontak menoleh ke sumber suara. Aku langsung saja berdiri dan meninggalkan tiga laki-laki tengil itu. Aku memberikan tatapan jawab-atau-kau-mati ke arah mereka bertiga. Lalu, kakiku melangkahkan ke ruangannya. Aku menoleh ke arah Donna sebelum masuk ke ruangan. Mimik wajah Donna mengisyaratkan kalau guru konseling ini tidak terlalu kaku. Baguslah kalau begitu. Tidak seperti Bu Siska yang ada dalam mimpi komaku.
<3
"Nama?" tanyanya sesaat setelah ia menyuruhku duduk di seberang mejanya.
"Prawira. Andisa Jo Prawira."
"Jo?"
"Josephine."
"Tempat tanggal lahir?
"12 Januari 2032."
"Tahun depan, bakal jadi Sweet Sixteen-mu ya, tapi dengan kondisi seperti ini. Kasian sekali kamu."
"Ya, begitulah." jawabku asal-asalan. Wow, ini benar-benar seperti apa yang ada di awal koma. Aku mulai mengingatnya.
"Jadi, mulai besok Rabu, kau akan memulai sekolah, Nona Prawira. Jadwalmu akan menyesusaikan dengan teman-temanmu karena kamu telat memulai sekolah. Kalau kau bisa mengejar ketinggalan, kau tidak perlu ikut kelas tambahan selama musim dingin dan musim panas nanti. Sekarang kau boleh keluar." jelasnya sangat panjang lebar. Aku memperhatikan wajahnya. Sangat identik dengan Bu Siska di dalam mimpi komaku.
"Um, Bu Siska–"
"Krista, bukan Siska." Bu 'Krista' mengoreksi. Seingatku nama guru konseling itu Siska.
Aku berdeham pelan, "Maaf."
"Apa tidak ada seragam untuk mulai hari Rabu besok?" lanjutku.
"Tentu saja tidak ada. Ini bukan asrama, sayang." Bu Krista tersenyum dengan manis.
"Baiklah," aku membalas senyumannya, "terima kasih."
Aku keluar dari ruangan itu. Mengapa kenyataan begitu berbeda? Lily dan Andra hidup. Bahkan ada Donna, Tom, dan Jamal. Sekolah tanpa seragam.
Dan fakta ke 9. Guru konselingku bukan Siska, melainkan Krista.
Apa jangan-jangan laki-laki dalam komaku itu cuma khayalan?
Ingin sekali aku mengetahui kebenaran tentangnya. Mengingatnya secara kasar saja sudah bikin diriku senyum-senyum sendiri. Aku merasa kalau aku akan bertemu dengannya, cepat atau lambat.
Tapi, kapan?
<3
cihui this is getting boring but woah kurang satu part. bruh im baper.
s a l a m – s q u a c k
KAMU SEDANG MEMBACA
Andi dan Andy
Novela JuvenilSemua bisa berubah hanya karena orang disebelahmu tersenyum padamu. Tapi, apa iya juga bisa membuat menangis? © Hak Cipta Terlindungi, oleh empingunicorn, 2016 Highest rank: #172 in teen fiction #465 in teen fiction 1/10/2016 & 13/11/2016 Complete...