1

85 8 4
                                    

Saat umurku 12 tahun, aku pernah bertengkar dengan ketua kelasku yang sok jago. Alasannya sih sepele, cuma karena aku menghilangkan pensil yang aku pinjam darinya. Dia mengejekku habis-habisan. Dan menceritakan kesalahanku ke seluruh penjuru sekolah dengan beberapa tambahan yang diada-adakan. Emang dasar anak tukang gosip. Aku meninju wajahnya sampai bengkak. Satu minggu itu, aku diasingkan. Tidak ada yang mengajakku pergi bersama, apalagi satu kelompok belajar. Hanya Riza, sahabatku. Selain dia, semuanya menjauh.

Tapi saat panas-panasnya seluruh murid menggosip dan menjauh dariku, seorang murid perempuan dengan yang dikepang tiba-tiba berteriak. " Hei!! Kita disini semua sama-sama murid sekolah. Coba berpikir secara logis, masa cuma gara-gara hal sepele kayak gitu dia kita jauhin. Bayangin aja gimana kalau kalian ngelakuin kesalahan yang lebih parah. Kayak gimana nanti?" dia menatap tajam keseluruh murid yang melihatnya.
" Dan kamu!!!" aku terkejut melihat anak itu menunjuk tepat ke arahku.

" Aku??"

" Kalau kamu nggak mau kayak gini, jangan ceroboh. Dan jangan pernah minjem-minjem lagi." teriaknya yang membuatku tertegun. " Hei, denger nggak sih apa yang aku omongin??"

"Mmm... Iya, iya." aku langsung mengambil sesuatu yang ada di dalam tasku dan memberikannya kepada ketua kelas.

" Udah. Udah. Bubar!!!" anak itu pun melengkah pergi. Diikuti seluruh murid yang tadi asyik menyimak. Dia ternyata cucu kepala sekolah. Cukup cantik.

***

Dua menit kemudian Gifthan kembali ke taman membawa buku Fisika-nya. Diikuti Mamahnya yang membawa nampan berisi makanan dan minuman.

" Tante tau kalau kamu mau kesini. Jadi, tante udah nyiapin makanan buat kamu." Mamah Gifthan tersenyum lembut kepadaku.

" Makasih."

" Chel, kamu pasti udah kan ngerjain tugas ini? Ajarin dong.." Gifthan sibuk membuka buku Fisika-nya dan mencari-cari rumus di buku pelajaran.

Aku mengangguk. Tugas itu sudah aku kerjakan tadi pagi; Gaya tarik pegas.

***

Satu jam berlalu. Gifthan sudah selesai mengerjakan tugasnya dengan bantuanku.

" Than, aku pulang dulu." pamitku.

" Tunggu dulu Chel. Biasanya kamu ngabisin dulu makanannya. Kenapa sekarang langsung pergi?" Gifthan terheran-heran melihatku pergi begitu saja.

" Ya aku mau pulang aja. Udah capek." jawabku asal.

" Mau aku anterin?"

" Nggak perlu. Aku naik sepeda aja." Aku langsung menaiki sepedaku dan mengayuhnya menjauhi rumah Gifthan.

Sebenernya, akhir-akhir ini aku nggak mau lama-lama bareng Gifthan. Entah kenapa liat mukanya aku jadi inget kejadian beberapa tahun yang lalu.

Tiba-tiba pandanganku memudar, kepalaku sangat pusing. Aku melihat bayangan paman tersenyum lembut kepadaku. Aku masih tetap mengayuh sepedaku dengan pandangan yang semakin buram. Dan aku merasa mendengar teriakkan seseorang. Dan setelah itu, aku ambruk seketika. Dan semuanya gelap. Hanya gelap.

####

Satu jam berlalu. Aku sudah selesai mengerjakan tugasku dengan bantuan Nichel.

" Than, aku pulang dulu." pamit Nichel.

" Tunggu dulu Chel. Biasanya kamu ngabisin dulu makanannya. Kenapa sekarang langsung pergi?" Aku terheran-heran melihat Nichel pergi begitu saja. Biasanya dia makan dulu, malah dia menghabiskan semuanya.

" Ya aku mau pulang aja. Udah capek."

Kayaknya ada yang aneh sama Nichel.

" Mau aku anterin?" tawarku yang membuatnya langsung menggeleng.

" Nggak perlu. Aku naik sepeda aja." Dia langsung menaiki sepedanya dan mengayuhnya menjauhi rumahku.

Beberapa menit kemudian, aku masih resah karena keanehan Nichel. Aku menyiapkan motorku dan mengendarainya menyusul Nichel.

Aku mulai memperlambat lajuku saat mulai mendekat pada Nichel yang mengayuh sepedanya semakin pelan.

" Nichel!!!" sahutku. Tapi dia sama sekali tidak menoleh. " Nichel!!!" tetapi ia tetap tidak menoleh secenti pun.

Tiba-tiba dia ambruk seketika. Aku langsung menepikan motorku dan turun, panik. Setahuku Nichel tidak pernah pingsan. Kali ini aku benar-benar resah dibanding tadi.

Aku mendekati Nichel, dia sangat pucat. Dengan tangan gemetar aku menekan nomor di ponselku.

Darurat. Aku harus ingkar janji. Aku harus bawa dia ke rumahku.

Aku menggendong tubuh Nichel. Berlari menuju rumahku, meninggalkan motor dan sepeda begitu saja.

Bertahanlah... Aku nggak tega ngeliat kamu kayak gini.

***

Dua jam berlalu. Nichel baru saja siuman.

" Hei. Udah baikkan?"

Nichel seperti terkejut melihatku, " Gifthan. Mmm..kepalaku masih pusing." dia memegang kepalanya. " Minum.." dia menatapku. Aku memberinya segelas air, dia langsung menghabiskannya secara cepat. Seperti orang yang kelelahan mengikuti lomba lari.

" Chel, maaf tadi aku ingkar janji. Aku..."

" Udah. Itu nggak apa-apa."
Dari mana dia tau?

" Than, felling aku kuat." aku mengangguk.

" Kamu disini aja dulu. Aku udah bilang sama ibu kamu." aku memegang pundaknya dan tersenyum lembut.

####

Gimana? Makin aneh nggak? Semoga nggak. Kemarin ada kesalahan, Gifthan itu satu tahun lebih tua dibandingkan temannya yang lain. Jadi, Nichel sama Gifthan itu bedanya 2 tahun. Dan mereka sama sama anak semata wayang.

Tolong minta vote sama coment nya ya... Makasih. Jangan bosen ya bacanya.









Not Bad LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang